- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Domestik
Catatan Perjalanan Jogja - Lombok (via darat)


TS
byprass
Catatan Perjalanan Jogja - Lombok (via darat)
Selamat malam agan sista forum kaskus traveler..
Saya mau share cerita perjalanan dari Jogja ke Lombok via darat.
Perjalanan ini saya lakukan pada tanggal 9-15 September 2016 yang lalu.
Dimulai dari Jogja terminal Giwangan. Bis Mila Sejahtera tujuan Banyuwangi jd satu-satunya pilihan setelah 2 hari sebelumnya kehabisan tiket kereta. Berangkat setelah sholat Maghrib. Kira2 pukul 18.45 kondisi bus sudah full. Tiket bis Jogja sampai Banyuwangi kala itu sekitar Rp. 110.000,-
Kurang lebih seperti ini gambar bisnya:


Dan ini interiornya, sengan kursi 3-2, ditempat duduk paling belakang ada pintu itu adalah smooking room. Namun diisi juga buat penumpang.

Sebenarnya saya sudah masuk dan booking tempat dahulu dari jam 17.00. Karena disuruh oleh pak kondektur dia bilang bis ini cepat penuh. Selama perjalanan berhenti lagi di Terminal Tirtonadi Solo. Diisi lagi dengan beberapa penumpang. Oiya bus ini lewat tol jombang sehingga dapat melaju cepat hingga sampai di daerah Gempol mampir Soto Ayam Lombok.

Waktu itu berhenti makan pukul 2.30 Lalu bis kembali melanjutkan perjalanan sekitar jam 3.00 . Di probolinggo banyak penumpang turun. Waktu menunjukkan jam 4.50 di daerah Leces. Setelah itu masuk Jember pukul 6.30 disini jadi titik banyak penumpang turun. Beberapa ada mahasiswa dan mahasiswi yang ingin ke Pantai Merah sehingga mereka berhenti di sini. Selepas Jember, masuk daerah Genteng kakek yang duduk saya disebelah juga turun. Hingga kota banyuwangi, hanya tersisa 4 orang saja penumpang bus. 2 orang turun di kota. 2 orang lainnya termasuk saya turun digarasi bis di SPBU tepatnya yang terletak didepanya yang letaknya agak di pinggiran kota sehingga dekat dengan pelabuhan yang jaraknya sekitar 3 kilometer. Sekitar jam 9.40 lalu naik angkot hingga ketapang dengan harga Rp. 5000,-. Saya disarankan oleh bapak-bapak yang juga turun digarasi orang jakarta makan dipelabuhan Ketapang saja. Letaknya yaitu di pintu masuk ada gang kecil ke parkiran motor, disitu ada banyak kantin cukup Rp. 10.000,- untuk nasi telur es nutrisari dan bakwan. Nyebrang pukul 11.30 waktu setempat/ WIB. Sampai di Gilimanuk sekitar jam 13.00 WITA jalan kaki hingga terminal gilimanuk sebelumnya ada pengecekan KTP di sini sulit untuk sholat dengan kondisi mushola kotor. Bis Lissa jadi transport dari Gilimanuk ke Padangbai, cost 60 rb. Biasanya penumpang tapi ini malah calo terminal yang kesal karena masalah harga. Dia marah-marah sendiri ga jelas. Akhirnya Bis Mikro ini berangkat sekitar jam 14.00.

Diperjalanan persembahan berisi bunga diberikan ke pura. Saat pak Kenek meminta uang untuk membayar ada sedikit masalah lagi karena harga deal yang saya bayar Rp. 60.000,- sedangkan ia minta Rp. 70.000,-. Sampai denpasar lalu klungkung bapak kenek bercerita susahnya bekerja dibidang ini hal ini karena jam kerja yang panjang. Ia berangkat dari subuh untuk menunggu bis start dari terminal klungkung jam 7.00. Sampai gilimanuk ia berangkat jam 14.00. Lalu ke Padangbai sampai jam 19.00. Dari situ ia kembali ke garasi jam 8 lalu bersih-bersih kendaraan sampai jm 21.00. Jam 22.00 ia pulang dengan ojek, karena sebelumnya ia pernah mengalami kecelakan naik motor sehingga membuatnya trauma. Kembali ke topik, karena tiba di Padangbai masih cukup sore sekitar jam 19.00, maka perkiraan sampai pelabuhan Lembar Lombok tengah malam maka saya memiilih menunggu penyebrangan antara jam 23.00-00.00 agar sampainya pagi. Perjalanan cukup cepat. Saya tidur dikursi paling belakang pojok di ruang AC. Kapal penyebrangan Selat Lombok ini memang termasuk yang bagus karena bersih dan pasti ada ruangan AC nya. Tidur 3 jam hingga sekitar jam 4.00. Bangun cuci muka, setelah itu melihat kapal feri yang lain sedang berhenti ditengah laut banyak yang tidak berlayar. Kapal bersandar pukul 4.15. Pesan pop mie di dekat mushola dengan ibu - ibu orang jawa, saya langsung ditanya pakai boso jowo. Nunggu Azan setelah itu sholat. Mampir ke Indomaret depan Pintu gerbang Pelabuhan Lembar beli minuman didepan Indomaret ada bapak2 angkot mangkal menawari antar sampai terminal, dia minta Rp. 25.000,- . Saya bilang biasanya cuma 10 ribu. Trus dia bilang sama teman2nya yang nongkrong disitu sambil ketawa “kalau 10 rb jalan aja sana”. Ya saya jawab aja sekenanya “iya saya jalan”. Setelah itu jalan kaki pagi buta sampai per3an arah Sekotong lalu ada angkot mobil Carry. Naik sampai terminal Mandalika bayar Rp. 10.000,- seperti biasa dengan tawar menawar juga. Dari mandalika jalan kaki sampai Ampenan. Jalan senggang karena ada Car Freeday, sekalian sarapan juga nasi bungkus ayam suwir, aqua gelas dan beberapa gorengan serta Narmada botol habis kurang dari Rp 10.000,-. Oiya Narmada merupakan perusahaan air minum lokal. Dari Ampenan ojek sampai Senggigi, dari Senggigi jalan kaki sebentar dengan pemandangan jalan yang indah.



Setelah berjalan beberapa kilometer karena menyerah akhirnya naik ojek lagi sampai Pamenang. Pamenang ojek sampai puskesmas Tanjung di Lombok Utara lalu Jalan kaki mampir ke tempat Amak (bapak) Juarto. Sebenarnya perjalanan ini dalam rangka kunjungan kembali KKN ketika dulu saya jadi mahasiswa. Disini terdapat berugak (gubuk) ditiap depan rumah warga sebagai tempat untuk menerima tamu. Seperti ini gambarnya :

Ngobrol sambil ngupi bireng (Kopi Hitam) Esoknya Sholat Idul Adha. Bertemu Amak Segarsah menyampaikan ingatan untuk diam saat khutbah. Amak Juarto khotbah tentang teladan Nabi Ibrahim. Selesai itu bersalaman lalu ketemu Amak Sumarya, Amak Karti, Amak Segarsah temu kangen dengan beliau para sesepuh dusun. Selesai itu lau meroah berdoa dan ada prosesi potong rambut anak yang baru lahir akiqah ada sekitar 4 orang. Setelah itu ada begibung yaitu makan bersama dengan satu piring/nampan atau istilahnya jawanya kembulan. Begini gambaran begibung :

Begibung makan bersama pak Kadus Amak Sunar. Setelah selesai mampir ke rumah dan berugak Amak Sumariya, ada juga Amak Warsah dan Amak Sardi. Zuhuran di Masjid, lalu ganti baju mampir ke tempat Amak Segarsah. Sore Ashar di masjid lalu setelah itu mampir ke rumah Amak Warsah. Setelah itu mampir ke rumah Amak Karti minum kombok (kelapa muda). Karena pohon kelapa disini banyak sekali. Hampir semua wilayah dusun dipenuhi dengan tanaman ini. Seperti Ini penampakannya dari atas bukit.

Selesai lalu pulang ke tempat amak juarto. Malam tidur jam 00.00. Pagi subuh jam 5.30. Karena masih dingin tidur lagi bangun jm 9. Ngopi lalu bantu amak pakok ngasi makan kambing dan sapi. Makan siang sayur daun kelor lauk ikan tongkol. Jam 13.30 sholat lalu pamit ke amak sumariya dan amak sardi. Pulang dikasih kopi lombok dari amak yadi. Akhirnya meninggalkan dusun Pengembuk, Sokong, Tanjung, Lombok Utara diantar oleh amak Juarto. Sampai pelabuhan Lembar sore sekitar jam 16.00.Karena perkiraan sampai Padangbai malam dan tak ada transportasi akhirnya ngobrol dengan bapak-bapak dari Lamongan yang ternyata membawa truk ekspedisi. Sayangnya ia hanya sampai Denpasar, namun ada bapak satu lagi yang mau ke Surabaya. Karena petugas pelabuhan sudah memanggil kepada para truk yang sudah mengantri untuk masuk ke dek kapal. Maka sementara saya numpang truk bapak-bapak dari Lamongan ini karena udah ngobrol banyak sehingga beliau cerita tentang apa saja mulai dari sejarah politik hingga perjalanan hidupnya. Beliau pernah mengalami koma karena kecelakaan sejak saat itu ia selalu menyimpan buku Yasin di atas dashboard truknya. Di dalam truk ini semuanya lengkap untuk kebutuhan sehari-hari, dari air minum, rokok, gayung dan peralatan mandi, baju yang digantungkan, dibegian belakang kursi juga terdapat kasur untuk istirahat. Setelah masuk kapal kami masih ngobrol dan cerita di dalam kabin. Selesai dari itu lalu saya mencari dalam dek bawah kapal untuk mencari truk yang satunya lagi, ternyata truk bapak-bapak yang rencana mau saya tumpangi tadi ternyata tidak ada. Akhirnya Cuma bisa pasrah. Hanya berharap semoga beliau ada di kapal setelahnya. Keduanya sama menggunakan truk ISUZU FVM 240 PS warnanya juga sama-sama putih yang membedakan hanyalah plat nomor, yang satu DK yang lainnya plat B. Selama penyebrangan di Ferry ditayangkan film “Now U See Me 2 keren juga sekarang pelayanan ASDP. Sampai Padang Bai jam 23.00 cepat juga perjalanan ini sekitar 4 jam. Selat Lombok malam itu juga sedang tenang. Setelah itu menunggu hingga pukul 00.00 ternyata benar truk yang ingin aku tumpangi ada di kapal setelahnya. Menunggu beliau keluar dari kapal di pinggir jalan keluar saya melambaikan tangan dengan harapan bapak itu melihat. Kurang lebih seperti ini penampakan truknya :

Ternyata bapaknya melihat lalu ia mengarahkan saya untuk pindah ke sebelah kiri jalan agar dapat segera naik ke dalam truk karena takutnya mengganggu lalu lintas keluar kendaran dari kapal. Setelah naik dan masuk kami ngobrol sebentar, ternyata sekarang supir-supir truk banyak yang membawa kendaraan sendirian walaupun itu dari jauh. Karena menurut juragan pemilik truk, adanya kenek tidak terlalu terpakai. Selain itu juga keluar cost untuk gaji. Oiya sekali jalan bapak ini menerima uang bayaran sekitar Rp. 250.000,- sampai Rp. 300.000,- per hari. Lumayan besar menurut saya, namun fee tersebut tidak dibayar jika sedang di pool pemberhentian ketika menginap di suatu kota untuk proses loading atau unloading barang. Sebelumnya beliau perjalanan dari Jakarta ke Mataram sendirian dengan total waktu tempuh 3 hari. Muatannya adalah ban mobil. Tapi ketika pulang dari Mataram menuju ke Surabaya truk ini kosong, sehingga bisa jalan lebih cepat. Ya walaupun itu cepatnya maksimal hanya sekitar 60 – 70 km/jam. Setelah keluar dari gerbang Pelabuhan Padang Bai, beliau mampir sebentar ke toko yang jualan kaos. Ia membeli oleh-oleh kaos bali pasangan atas bawah untuk anaknya yang paling kecil yang rencana setelah dari surabaya untuk loading barang lalu ke jakarta ia akan mampir sebentar ke rumah. Ada sedikit kesulitan saat memarkirkan truk ini karena ia panjang, entah berapa meter namun saya inisiatif turun untuk jadi kenek dadakan untuk memberi arahan. Setelah itu bapak asli pemalang tersebut lalu melanjutkan perjalanan. Di jalan arah keluar Padang Bai ada truk yang mengalami kecelakaan tunggal yang masih belum dievakuasi. Kejadianya sekitar 4 hari yang lalu ketika bapak sopir itu menyebrang ke Lombok. Di sekitar lingkar luar kota Denpasar bapak ini agak lupa jalan karena ia lama tak kemari sehingga otomatis aku buka map di hp. Karena sebelumnya ia jalan trayek jakarta – sumatera yaitu sekitar daerah medan dan aceh, lewat lintas timur. Jam 2.30 kami berhenti sejenak di warung makan Arema Bunda. Istirahat ngeteh. Lalu tidur ternyata terbangun pk 5.00 lalu subuhan. Setelah itu pecah uang untuk beli aqua. Masuk lagi ke kabin truk karena bapaknya sudah tertidur lelap saya membangunkan beliau untuk pamit dan ingin memberi uang tumpangan beliau hanya menjawab sayup-sayup sebenarnya malah menolak. Akhirnya uang 30 ribu saya selipkan didashboard truk. Jam 5.30 di warung makan ada 2 oraang bapak-bapak yang membawa pickup L300 saya bertanya dan minta tumpangan menuju ke gilimanuk perkiraan perjalanan memakan waktu 1 jam. Mampir sebentar untuk drop janur buat acara adat di Bali. Selama di mobil diringi dengan musik Osing (nama suku dan bahasa Banyuwangi), sebelumnya tak tahu itu lagu apa. Setelah dicari-cari googling, ternyata lagu tersebut judunya Gumantunge Rasa. Didengerin terus lama-lama ternyata enak juga. Sampai dipelabuhan pukul 7.30 WITA. Saya hanya bayar ganti uang karcis Rp. 6.000,-. Tak lupa berterima kasih banyak kepada 2 bapak asli Banyuwangi ini. Setelah itu menyebrang sampai ketapang pukul 7.30 WIB. Ternyata pagi – pagi nyebrang langit masih cerah dan pemandangan dari penyebrangan menuju ketapang sangat menakjubkan, angin masih tenang, udara masih segar, surya tak terlalu terik. Kurang lebih seperti inilah viewnya Pelabuhan Ketapang dengan background Gunung Ijen dan Gunung Raung

Saya ketinggalan kereta api Sri Tanjung yang sudah dipesan sebelumnya. Akhirnya cari sarapan nasi bungkus 5 rb. Dapat saran dari bapak penjual kalau ada kereta nanti Probowangi dari Banyuwangi ke Surabaya. Namun karena urung dan masih terlalu lelah Akhirnya kestasiun Banyuwangi Baru beli tiket lagi KA Sri Tanjung Rp. 95.000,- untuk esok harinya. Setelah itu cari penginapan murah Rp. 50.000,- semalam lalu istirahat siang. Sore jam 16.00 bangun, mandi, cari makan lagi nasi padang lauk ayam goreng Rp. 15.000,-. Yang jaga asli perantauan dari pariaman. Cukup murah untuk ukuran nasi padang di sekitar pelabuhan, mungkin karena sebelumnya saya ajak ngobrol tentang foto sesepuh (semacam tokoh) Pariaman yang biasanya atau pasti ada disetiap warung makan masakan padang yang asli dari Pariaman. Karena warung masakan Padang sekarang ga sedikit juga yang pemiliknya bukan orang Sumatra Barat (baca: orang Jawa). Wkwk. Sholat maghrib jamaah dimasjid. Setelah itu hanya leyeh-leyeh sebentar di kamar. Jam set 9, sholat isya dimasjid lagi. Lalu jalan kaki cari atm dan makan nasi ayam pecel lele Rp.16.000,-. Pulang sampai penginapan jam 22.00 browsing hp. Lalu tidur jam 00.00 bangun pukul 5.18 dibangunkan oleh ibu pemilik rumah. Dengerin musik sebentar. Jam 6.00 mandi, 6.15 ke stasiun, masuk kereta api Sri Tanjung.

Lalu duduk di kursi yang sudah dipesan dekat sambungan gerbong yang letaknya strategis dan lumayan lega. Posisinya seperti denah ini :

Perjalanan akan memakan waktu sekitar 14 jam. Pagi ngeteh tong tji digerbong resto KAI harganya Rp. 5.000,-. DI tempat duduk bersebelahan dengan mahasiswi anak UIN SuKa dan satu lagi mahasiswi AKPER. Mereka duduk berhadapan, sedangkan depan saya? Kosong. Jadi tambah lega. Tapi diperjalanan ada mas Bagian Cleaning Service KAI dari perusahaan swasta ISS yang berkantor pusat di Denmark. Jadi kalau di kereta ada yang pakai seragam biru dongker dengan tulisan ISS di bagian dada, ya itulah. Karena kursi depan saya kosong jadi mas ini duduk disini (yah ga jadi lega) karena sepertinya ia sedang mendekati dan ngobrol dengan mahasiswi sebelah saya. Dan waktu berhenti di beberapa stasiun kecil ketika saya tinggal keluar sebentar ketika kembali nambah satu lagi lagi mas dia pake kursi saya lagi buat ngobrol juga sama mahasiswi ini. Sepertinya mahasiswi ini istimewa. Malah mas didepan saya ini minta tolong ke saya untuk dimintakan nomernya. Ada - ada saja. Karena waktu pergantian lokomotif di Stasiun Gubeng tidak lama dan tidak sempat untuk membeli nasi akhirnya terpaksa makan siang Nasgor instan, harganya ? Cukup Rp. 23.000,- saja di gerbong resto KAI yg dkelola perusahaan sendiri. Agak menguras dompet juga sih buat ukuran orang yang tinggal di kota yang standarnya “murah”. Maghrib sampai madiun setelah itu masuk sragen ada anak kecil namanya aprilia dipanggil lili, asli magelang masih kelas 3 SD. Anaknya pintar, rangking 3 dia cerita terus sepanjang jalan, sama seperti kereta ngga ada berhentinya. Tapi memang wawasannya luas, supel kalau ketemu sama orang, ngobrol dengan orang baru dikenal juga dia ngga malu. Dia tanya “mas dari kampus ini ya?”. Lalu saya tanya balik “kok bisa tahu?”. Ternyata dia tahu itu dari lambangnya di kaos yang saya pakai letaknya sebelah lengan kanan, padahal warnanya hitam agak transparan dan kaosnya juga berwarna coklat tua. Saya kira anak ini bakal jadi orang sukses. Perjalanan ini terlambat sekitar 2 jam. Karena sebelumnya mengalami masalah genset yang terletak di gerbong khusus, untuk menghidupkan AC dan kelistrikan di Gerbong KAI di Stasiun Surabaya Gubeng. Jadi dari Probolinggo hingga Surabaya pintu di gerbong dibuka karena AC tidak menyala agar kabin tidak panas. Akhirnya pukul 21.30 tiba dengan selamat di Lempuyangan.

Sekian sedikit cerita dan catatan perjalanan dari saya. Semoga bisa menambah informasi dan inspirasi bagi agan dan sista yang membutuhkan. Bila ada salah kata mohon koreksinya ya gan. Salam pejalan..

Diubah oleh byprass 27-03-2017 03:45




tata604 dan diemasp memberi reputasi
2
18K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan