Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hernestwisnuAvatar border
TS
hernestwisnu
Hikayat Si Pandir
Hikayat Si Pandir

Jaka pun menggeser layar ponselnya.

Bau kekalahan sudah makin lantang menyengat, tak lagi ia malu menunjukkan rautnya. Si Pandir pun lalu berakal. Ia tahu benar kalau masih lebih mungkin mentari terbit dari utara ketimbang ia duduk di singgasana. Bagaimana tidak, semua jalan tidak nampak lagi. Peti emasnya sudah hampir habis. Perang yang lalu sungguh menguras harta. Belum lagi ia berutang upeti pada raja-raja tetangga.

Sahabatnya, Sang Saudagar, nampak mulai enggan mengulurkan tangan. Tak lagi ia memberikan hasil ladang pada si Pandir, padahal Saudagar itulah yang menjadi tenaga agar ia bisa terus berlayar.

Para jelata pun nampak sudah jengah dengan lakunya, makin hari mereka makin tak percaya. Para arif bestari pun bersuara sama, mereka ramai-ramai bernubuat jika seterunya lah yang akan keluar sebagai pewaris tahta. Namun Si Pandir berkeras menolak takdirnya digariskan.

Dikumpulkan kemudian para adipati dan hambalangnya dengan maksud agar Si Pandir bisa bersoal jawab. Pada yang satu ia bertanya, mengapa akhirnya bisa begini.

Lalu si adipati menjawab, "Tuanku, siasat Tuan penuh duri dan karat. Diam para rakyat, lalu mereka berbuat. Mereka menghukum kita. Kita ditampi dari ayakan. Taklimat hamba, Tuanku ikut rebut hati mereka, ikut kemana kali mengalir membawa kita."

Mendengar ini Si Pandir hangus dada. Marahlah ia. Tak mungkin ia dengan segala kemuliaannya harus tunduk pada seterunya yang adalah budak jelata. Ia meludah dan berkata, "Lebih baik buana berdarah daripada saya lepas tahta." Lalu dihalaunya si adipati.

"Ada lagi?" tanya Si Pandir.

Seorang lagi maju dan berujar, "Paduka, gelap durjana reda hanya ketika hati Paduka mukhlis legawa. Menang kalah adalah titah Sang Kuasa. Kita sebagai tercipta, hanya bisa terima dengan hati rela."

Si Pandir mendenguskan hidungnya, "Ha, si tolol mau ajar ikan berenang?" Lalu dihalaunya si hambalang.

"Ada lagi?" tanya Si Pandir.

Kali ini seorang alim cendekia berujar. Memang sepanjang pertempuran kemarin, alim cendekia ini kerap menentukan kemana Si Pandir harus melangkah, bagaimana si Pandir harus menghunuskan pedangnya, kapan Si Pandir harus maju atau mundur. Lalu kata sang alim, "Paduka, ketika tahta nampak lebih berkilau dari para jelata, hamba yakin paduka sesungguhnya sedang buta. Sujud mohon hamba pada paduka agar badai ini segera reda, agar paduka mau berbela rasa, agar beribu jiwa ini bisa dapat lega."

Si Pandir mengernyitkan dahi tapi si alim cendekia terus berpesan, "Lebih baik segala kita lekas buka mata, buat apa banting tenaga untuk sesuatu yang sudah jelas kentara? Pertempuran kita boleh kalah, tapi beri negara ini menyambung asa."

Si Pandir malah melotot. Lalu ia tergelak keras. "Pikirmu hei tolol, karena kau rasa dekat dengan Pencipta, aku mau kau perintah? Yang lalu kau kudengar, karena rakyat bodoh itu ambil kau sebagai anut mereka. Sekarang kau mau berselisih denganku?"

Sang alim pun dihalaunya.

Si Pandir makin kalut, ia dihujam lautan angkara, ia memukul-muluk meja tempat ia bicara, ia berteriak bak dirasuk Si Penghasut. Semua menentangku, jeritnya. Semua adalah hamba orang negeri seberang, teriaknya.

Sampai akhirnya seorang adipati gundul tambun bermata empat menghampirinya. "Paduka, hamba punya siasat. Ini hamba dengar dari hikayat negeri nun jauh di Barat."

"Utarakan!" teriak si Pandir tak sabar.

"Paduka, jika suatu dusta, dikata berlaksa-laksa, ia akan menjadi fakta." ia mendesis.

"Paduka, tilikan hamba, jika Paduka pergi ke mimbar, lalu menyiar bahwa kitalah yang sebenarnya keluar sebagai juara pada sabung ini dan siarkan ini sejauh utara ke selatan dan siarkan ini selama bengawan deras mengalir dan siarkan ini tanpa pernah paduka bersauh. Pada akhirnya para jelata akan percaya bahwa paduka adalah sungguh pemilik tahta." si Tambun sambil tersenyum.

Ia melanjutkan, "Lalu paduka sujud--seolah paduka bersyukur. Biarkan dunia semua menyaksikan bahwa paduka sungguh sudah mencabut nyawa sang seteru paduka."

Sementara si Pandir merenung kata-kata si Tambun, seisii ruangan lalu riuh. Ada yang setuju, ada yang tidak. Ada yang bilang itu adalah suatu kebodohan, ada yang bilang itu usul cemerlang.

Mereka yang tak setuju berkata, "Dahulu paduka pernah sujud biarpun kita tak juara dan lihatlah, tak sejengkal pun kita mendekat ke kemenangan."

Lalu ada yang menjawab, "Dulu lain cerita."

"Dulu kita sekalipun bukan pewaris tahta, kita adalah punggawa hukum, kita wakil para jelata hingga kita bisa tetap leluasa berkuasa. Kita tetap tinggal di istana, kita tetap mereguk anggur merah, kita tetap berhias permata."

"Tapi sekarang, apa yang kita punya?" sanggah mereka.

Seisi ruangan pun lalu larut dalam sawala itu sampai akhirnya Si Pandir menggebrak pilar dan berteriak,

"Cukup. Setelah berkhalwat aku tetapkan untuk bersandiwara!" kata Si Pandir.

"Terlalu lama penantian ini untuk duduk di singgasana itu. Saya harus kesana sekalipun tipu adalah kusirnya."

Mereka terdiam sebentar. Sekejap lagi berbondong-bondonglah segenap budak-budak si Pandir itu keluar untuk berkabar kemenangan semu sang tuan. Sejurus kemudian...

--‐----------------------------------------‐-----------------

Brakkk....!!! Jaka melempar ponselnya ke meja.

"Mas, kenapa kok lempar-lempar hape?" tanya Riana, istri Jaka.

"Lagi baca cerpen. Ga seru, cerpen picisan. Endingnya udah ketebak." kata Jaka acuh sambil menyalakan TV.

"Oh.., cerpen Hikayat si Pandir yang lagi viral itu ya?" tanya Riana lagi.

"Ho oh." kata Jaka sambil mencari saluran.

"Aku udah baca. Tapi endingnya kasian banget." lanjut Riana.

"Oh ya? Kenapa?" tanya Jaka, sambil terus memencet remote TV.

"Si Pandir akhirnya mati bunuh diri. Ga dikasih tau kenapa sih, tapi stress berat kayanya." kata Riana sambil menghempaskan diri disamping Jaka.

"Terus seterunya?" tanya Jaka.

"Ya menanglah. Kan endingnya udah pasti ketebak." senyum Riana.





Diubah oleh hernestwisnu 21-04-2019 13:36
11
3K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan