- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
PEDULI KEMENTAN JAGA MAKIN SUSUT LAHAN PERTANIAN


TS
asepbensin
PEDULI KEMENTAN JAGA MAKIN SUSUT LAHAN PERTANIAN
Menyusutnya areal lahan pertanian memang ironi. Tapi bukan berarti itu adalah pembiaran dari Kementerian Pertanian (Kementan). Demi sebuah tujuan lain.
Bagaimanapun: pertanian adalah priorotas di negara kita. Kementan ingin produktivitas hasil pertanian tetap tumbuh terus. Bahkan amat ingin lahan pertanian sebagai sumber penghidupan mayoritas masyarakat kita tak terganggu.
Namun ada beberapa faktor mengapa lahan pertanian semakin tergerus. Sekali lagi: jangan langsung menyudutkan Kementan. Kepedulian Kementan terhadap bertahannya areal lahan pertanian pun telah diterapkan.
Misalnya beredar kabar tentang makin minimnya lahan pertanian di sekitar Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, atau di Bandara Kulon Progo, Yogyakarta, di Bali, di Malang, Jawa Timur serta lainnya yang diinformasikan dari pemberitaan.
Jangan langsung terprovokasi kabar hoaks. Seolah Kementan mengabaikan lahan pertanian. Begini; status lahan pertanian itu adalah milik pribadi (perorangan). Maka amat sulit melarang individu yang ingin menjual hak miliknya sebab kemauan sendiri.
Namun Kementan tak diam saja. Ada upaya antisipasi menangkal makin susutnya lahan pertanian. Sebut di Bandara Soekarno Hatta, Kementan bekerja sama dengan pemprov setempat menetapkan 9 kawasan lahan tani produktif yang tak boleh dijual dan diambil untuk kepentingan individu maupun publik.
Kementan juga berusaha maksimal mendistribusikan alsintan, pupuk dan bibit ke petani supaya mereka semangat mengelola lahanya.
Diharapkan dari situ petani yang selama ini 'pasrah' dengan cara bertaninya, mulai merasakan dampak positif dari sektor agraris. Sebab ada pola modernisasi pertanian. Sehingga mereka mengurungkan niatnya menjual lahannya sebab selama ini dianggap kurang maju.
Kementan juga merangkul seluruh pemprov di Indonesia supaya bersama-sama menyinkronkan lagi tata ruang dan wilayahnya. Agar jelas mana saja lahan pertanian produktif yang patut dipertahankan dan tidak tercabut lagi ke depannya.
Kementan bukan juga 'lepas tangan' begitu saja dengan lahan pertanian yang telah terganti dengan permukiman atau pembangunan lainnya. Melalui Dinas Pertanian setempat, diminta agar bekas lahan pertanian tetap ditanami berbagai jenis hortikultura. Supaya produksi tetap terjaga.
Toh Kementan juga menyadari bahwa produksi ketersediaan komoditas pertanian harus selalu aman. Jangan sampai menyusutnya lahan pertanian mempengaruhi berkurangnya pasokan pangan kita.
Kementan bergerak cepat. Sejak 4 tahun lalu telah menerapkan sistem optimalisasi rawa sebagai areal pertanian produktif. Kementan ingin pangan nasional aman dan petani tak hilang pekerjaan. Walaupun lahan pertanian mulai menyusut.
Jangan langsung terprovokasi menyerang Kementan soal susutnya lahan pertanian. Kementan bukan abai. Penyebabnya jelas. Dan Kementan punya upaya membendungnya.
Bagaimanapun: pertanian adalah priorotas di negara kita. Kementan ingin produktivitas hasil pertanian tetap tumbuh terus. Bahkan amat ingin lahan pertanian sebagai sumber penghidupan mayoritas masyarakat kita tak terganggu.
Namun ada beberapa faktor mengapa lahan pertanian semakin tergerus. Sekali lagi: jangan langsung menyudutkan Kementan. Kepedulian Kementan terhadap bertahannya areal lahan pertanian pun telah diterapkan.
Misalnya beredar kabar tentang makin minimnya lahan pertanian di sekitar Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, atau di Bandara Kulon Progo, Yogyakarta, di Bali, di Malang, Jawa Timur serta lainnya yang diinformasikan dari pemberitaan.
Jangan langsung terprovokasi kabar hoaks. Seolah Kementan mengabaikan lahan pertanian. Begini; status lahan pertanian itu adalah milik pribadi (perorangan). Maka amat sulit melarang individu yang ingin menjual hak miliknya sebab kemauan sendiri.
Namun Kementan tak diam saja. Ada upaya antisipasi menangkal makin susutnya lahan pertanian. Sebut di Bandara Soekarno Hatta, Kementan bekerja sama dengan pemprov setempat menetapkan 9 kawasan lahan tani produktif yang tak boleh dijual dan diambil untuk kepentingan individu maupun publik.
Kementan juga berusaha maksimal mendistribusikan alsintan, pupuk dan bibit ke petani supaya mereka semangat mengelola lahanya.
Diharapkan dari situ petani yang selama ini 'pasrah' dengan cara bertaninya, mulai merasakan dampak positif dari sektor agraris. Sebab ada pola modernisasi pertanian. Sehingga mereka mengurungkan niatnya menjual lahannya sebab selama ini dianggap kurang maju.
Kementan juga merangkul seluruh pemprov di Indonesia supaya bersama-sama menyinkronkan lagi tata ruang dan wilayahnya. Agar jelas mana saja lahan pertanian produktif yang patut dipertahankan dan tidak tercabut lagi ke depannya.
Kementan bukan juga 'lepas tangan' begitu saja dengan lahan pertanian yang telah terganti dengan permukiman atau pembangunan lainnya. Melalui Dinas Pertanian setempat, diminta agar bekas lahan pertanian tetap ditanami berbagai jenis hortikultura. Supaya produksi tetap terjaga.
Toh Kementan juga menyadari bahwa produksi ketersediaan komoditas pertanian harus selalu aman. Jangan sampai menyusutnya lahan pertanian mempengaruhi berkurangnya pasokan pangan kita.
Kementan bergerak cepat. Sejak 4 tahun lalu telah menerapkan sistem optimalisasi rawa sebagai areal pertanian produktif. Kementan ingin pangan nasional aman dan petani tak hilang pekerjaan. Walaupun lahan pertanian mulai menyusut.
Jangan langsung terprovokasi menyerang Kementan soal susutnya lahan pertanian. Kementan bukan abai. Penyebabnya jelas. Dan Kementan punya upaya membendungnya.
1
648
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan