Pasca pemilu tanggal 17 April kemarin, menyisakan banyak kisah.
Gonjang ganjing perihal hasil quick count pun menghiasi timeline beberapa laman media elektronik.
Mana yang harus dipercaya?
Quote:
Tentu saja kita masih harus yakin dan percaya hanya kepada Tuhan yang maha esa dong ya.
Soal hasil pemilu, kita simak saja hasil dari realcount KPU pusat
Bagaimana dengan hasil realcount?
Spoiler for hasil realcount pemilu 2019:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerima rekapitulasi perhitungan hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 secara bertahap.
Berdasarkan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU, hingga 18 April 2019 pukul 10.15 WIB, real count telah menjangkau 1.407 dari 813.350 TPS atau 0.172% dari total suara.
Dari perhitungan yang belum mencapai 1% itu, pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Amin sementara unggul dari pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi.
Pasangan Jokowi-Maruf mendapat 59,35% sedangkan Prabowo-Sandiaga 40,65%.
***
Pada Kamis (18/4/2019) dini hari, Prabowo-Sandi sempat unggul.
Tepatnya pada pukul 03.00 WIB Prabowo memimpin 51,47 persen dengan jumlah suara 33.913.
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers terkait perolehan suara di exit poll internal tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di Kediamannya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019). Pada keterangan pers tersebut Prabowo mengklaim dirinya mengungguli pasangan Joko Widodo dan Maruf Amin. (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)
Sementara Jokowi-Maruf memeroleh 48,53 atau jumlahnya 31.981 suara.
Data yang kami himpun, perolehan tersebut saat data masuk masih 0,044 persen atau sekitar 360 dari total 813.350 TPS.
Sempat juga tersirat kabar akan ada pergerakan semacam yang terjadi pada tahun 1998, akan tetapi hal itu langsung dibantah oleh pihak kepolisian republik Indonesia.
Spoiler for isu pergerakan masif:
Kamis 18 April 2019, 09:33 WIBIsu 'Pergerakan Mirip '98' Hoax, Polisi Pastikan Situasi Kondusif
Jakarta - Polri memastikan informasi yang beredar di media sosial dan Whatsapp Group tentang akan ada situasi mirip 1998 di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, DKI Jakarta dan Solo adalah hoax. Polri mengaku tim dari Direktorat Siber Bareskrim sedang memprofilkan dan mengidentifikasi akun-akun yang berupaya menyebarkan konten yang dinilai provokatif dan agitatif pasca pencoblosan Pemilu 2019.
"Itu hoax. Semua konten-konten provokatif dan agitatif yang disebarkan oleh akun-akun di medsos sedang diprofiling dan identifikasi oleh tim Cyber Bareskrim," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, ketika dikonfirmasi detikcom, Kamis (18/4/2019).
Dedi menuturkan apabila penyidik sudah mengumpulkan bukti tindak pidana akun-akun tersebut, maka penyidik akan menangkap pemilik akun itu.
"Apabila sudah cukup alat buktinya, ditemukan dua alat bukti, akan dilaksanakan penegakan hukum," tegas Dedi.
Dedi menerangkan pihaknya juga bekerja sama dengan Kemenkominfo dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) unik men-takedown dan memblokir akun-akun yang menyebarkan narasi negatif terkait situasi negara. Dia mengimbau masyarakat tak mudah percaya atau terpengaruh konten-konten tersebut.