Kaskus

News

agiladesetiawanAvatar border
TS
agiladesetiawan
Ringkasan Pernyataan Kontroversial Allan Nairn, Klaim Ungkap Siasat Prabowo
[hr]
BERITA POLITIK INDONESIA
Ringkasan Pernyataan Kontroversial Allan Nairn, Klaim Ungkap Siasat Prabowo
Ringkasan Pernyataan Kontroversial Allan Nairn, Klaim Ungkap Siasat Prabowo
Sumberwww.democracynow.org
Posted on April 16, 2019

Ringkasan Pernyataan Kontroversial Allan Nairn, Klaim Ungkap Siasat Prabowo

Beberapa hari jelang Pilpres 2019, seorang jurnalis investigasi asal Amerika Serikat, Allan Nairn, tiba-tiba membuat berita kontroversial. Ia mengklaim, telah tersebar ringkasan rapat antara Prabowo dan beberapa mantan jenderal tentang rencana mereka setelah mantan komandan Kopassus itu terpilih sebagai presiden nanti. Salah satu yang Nairn ungkapkan adalah, Prabowo berencana memenjarakan lawan-lawan politiknya.
Oleh: Allan Nairn (Democracy Now)
Baca Juga: Pilpres 2019: Pertandingan Ulang atau Pengulangan Pertandingan?
Presiden Indonesia Joko Widodo akan kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2019 pada Rabu (17/4) esok. Saingan utamanya adalah Prabowo Subianto, mantan komandan militer pasukan khusus dan mantan menantu diktator lama Soeharto. Ini adalah pertandingan ulang Pilpres 2014 yang dimenangkan Jokowi dengan hampir 6 poin persentase.
Jurnalis investigasi Allan Nairn baru saja mengungkap rencana mengejutkan yang dibuat oleh Prabowo jika ia memenangkan kursi kepresidenan. Menurut catatan strategi kampanye yang diperoleh Nairn, Prabowo telah membuat rencana untuk melakukan penangkapan massal terhadap lawan politik dan sekutunya saat ini.

ADVERTISEMENT

Nairn melaporkan bahwa Prabowo juga ingin mengembalikan Angkatan Darat Indonesia ke peran yang dimainkannya dalam kediktatoran Soeharto yang didukung Amerika Serikat (AS), yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998. Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia dan demokrasi terbesar ketiga di dunia di belakang India dan Amerika Serikat.
Jenderal Prabowo—yang memiliki peluang nyata untuk terpilih sebagai presiden—adalah salah satu jenderal paling terkenal di Indonesia. Dia telah dikaitkan dengan pembunuhan massal terhadap warga sipil, lebih banyak daripada jenderal lainnya. Dia juga adalah perwira yang merupakan anak didik terdekat dari pemerintah AS, yang bekerja secara langsung, selama kariernya, dengan Badan Intelijen Pertahanan AS dan Pasukan Khusus AS.
Prabowo memberi tahu Nairn hal ini pada tahun 2001, ketika mereka melakukan dua diskusi panjang. Pernyataannya tentang bagaimana ia membawa pasukan AS ke Indonesia dan bagaimana mereka menggunakan kesempatan di Indonesia untuk melakukan apa yang ia sebut pengintaian untuk invasi—yaitu, mereka menggunakan kesempatan yang diberikan Prabowo untuk membuat rencana darurat untuk potensi invasi AS terhadap Indonesia di masa depan—klaim tersebut didukung oleh dokumen-dokumen Pentagon.
Dan Prabowo berkata kepada Nairn, “Saya adalah anak laki-laki Amerika berambut pirang.” Dia adalah pria Washington di Jakarta selama beberapa dekade. Tetapi, setelah Jenderal Soeharto—yang telah mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan membantai dari 400.000 hingga satu juta warga sipil—akhirnya digulingkan dalam pemberontakan demokratis pada tahun 1998, Jenderal Prabowo tidak lagi berguna untuk Washington, dan mereka mencampakkannya dalam semalam, setelah ia kalah dalam perebutan kekuasaan internal dengan jenderal lain.
Prabowo—yang telah dikaitkan dengan setidaknya dua upaya kudeta—mengatakan kepada Nairn bertahun-tahun yang lalu, bahwa Indonesia tidak siap untuk demokrasi, dan bahwa—setelah bermimpi tentang merebut kekuasaan dan disebut sebagai diktator fasis—dia sekarang memiliki peluang nyata untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Dan dalam laporan Nairn, ia merujuk pada catatan pertemuan yang terjadi di salah satu rumah Prabowo di Jakarta pada 21 Desember tahun lalu. Ini adalah pertemuan antara Prabowo, enam jenderal lainnya, beberapa laksamana, dan tiga operatif sipilnya, setidaknya yang disebutkan dalam berita acara, yang bocor melalui aparat, polisi militer, dan sistem intelijen Indonesia. Menurut catatan itu, mereka membuat rencana spesifik untuk apa yang akan mereka lakukan jika Prabowo mengambil alih kekuasaan.
Salah satunya adalah melakukan penangkapan massal terhadap lawan-lawan politik, dan mereka menentukan partai-partai politik yang anti-Prabowo yang akan menjadi sasaran. Kedua, mereka juga akan melakukan penangkapan massal sekutu Prabowo. Tampaknya ada dua motivasi. Satu, untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan Prabowo sendiri, untuk menghilangkan saingan, untuk menghilangkan pemimpin lain, baik di oposisi maupun di kubu yang sekarang mendukungnya.
Yang akan menjadi sasaran penangkapan, menurut catatan ini, adalah mantan Presiden Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono dari partai Demokrat, dan juga pasukan Islam, mulai dari partai politik PKS hingga FPI, sisa-sisa HTI, kelompok milisi Islam, dan jenis organisasi massa lainnya. Kelompok-kelompok ini juga akan menjadi sasaran penangkapan.
Ini—sesuai dengan motivasi kedua—adalah untuk menjilat Amerika Serikat. Menurut catatan-catatan ini dan menurut diskusi yang telah Nairn lakukan dengan orang-orang dari lingkaran Prabowo dalam memverifikasi dokumen ini dan bahan untuk artikel ini, Prabowo sangat ingin untuk kembali mendapatkan dukungan Washington, dan dia benar-benar serius ketika berbicara tentang penangkapan kelompok-kelompok Islam yang sekarang menjadi kekuatan pendorong kampanyenya.
Di lapangan, mereka adalah orang-orang yang memberikan energi, yang memberikan struktur organisasi, dan—menurut pendapat Nairn—memberinya kesempatan nyata untuk menang pada Rabu (17/4) dan mengalahkan Presiden Jokowi. Jadi, apa yang mereka bicarakan adalah malam ketika para lawan dan sekutu dari luar partai Prabowo sendiri akan dibuang, disingkirkan, dan ditangkap.
Untuk melakukan hal ini, mereka berbicara tentang penempatan jaksa agung baru Prabowo, Kapolri baru, Komisi Pemberantasan Korupsi yang tampaknya independen, dan juga BIN, yang memiliki hubungan dengan CIA dan yang terkadang melakukan pembunuhan, dan, pada kenyataannya, mungkin paling dikenal karena pembunuhan pada tahun 2004 terhadap pahlawan hak asasi manusia Munir, yang merupakan teman Nairn.
Juga, dalam pertemuan ini—menurut catatan dan diskusi Nairn dengan orang-orang yang mengenalnya—mereka juga berbicara tentang mengembalikan Angkatan Darat Indonesia ke peran yang dimainkannya selama masa kediktatoran Soeharto saat Orde Baru. Ini adalah waktu pembantaian massal dan masa ketika Angkatan Darat adalah wasit utama politik.
Jadi, jika Jenderal Prabowo memenangkan Pilpres 2019—dan dia memiliki peluang nyata—konsekuensinya akan sangat berat bagi peluang pengorganisasian, aktivisme, atau gerakan apa pun di masa depan, terhadap apa pun yang menyerupai demokrasi nyata di Indonesia.
Dan ada ironi yang hebat di sini, karena jika ini ternyata menjadi pemilihan umum yang ketat, akan ada kemungkinan bahwa para korban utama Jenderal Prabowo dan keluarga mereka, keturunan mereka, keturunan keluarga mereka, dan mereka yang mengagumi perjuangan berani para korban inilah yang mungkin pada akhirnya memberikan kemenangan kepada Prabowo, karena Presiden Jokowi—yang mengalahkan Prabowo pada Pilpres 2014—telah mengecewakan komunitas aktivis.
Jokowi mengatakan akan mengadili para jenderal ini—para jenderal pembantaian massal—di pengadilan. Dia tidak melakukannya. Dia jelas takut dengan Angkatan Darat. Dia telah membawa beberapa jenderal ini—seperti Hendropriyono dan Wiranto—ke lingkarannya, untuk, menurut teorinya, melindunginya dari seluruh Angkatan Darat, yang tidak benar-benar dia kendalikan.
Jadi, dalam kekecewaan mereka, banyak aktivis menyuarakan golput. Dan ada indikasi bahwa para pemilih golput ini jumlahnya bisa signifikan. Dan itu bisa memenangkan Prabowo.
Baca Juga: Apa yang Akan Diamati Investor di Pileg dan Pilpres 2019
Berbicara tentang peran Freeport-McMoRan—salah satu operasi penambangan emas dan tembaga terbesar di dunia, yang berpusat di Amerika Serikat—mereka beroperasi di Papua Barat, yang secara de facto ditempati oleh pasukan keamanan Indonesia.
Mereka telah menelanjangi gunung, merusak sungai, dan menghasilkan miliaran dolar dalam kerusakan lingkungan. Prabowo dalam kampanyenya, menyuarakan perlawanan terhadap asing, terhadap perusahaan asing, dan perebutan kekayaan Indonesia. Tetapi, pada kenyataannya, secara pribadi, Prabowo melakukan intervensi untuk membantu Freeport-McMoRan, menurut wakil ketua partai politiknya sendiri, yang memberi tahu Nairn bagaimana Prabowo melakukan intervensi untuk membunuh tuntutan hak-hak pekerja terhadap Freeport.
Dan dalam hal pemilu, Nairn mengatakan, “Nurut saya: Jangan golput, gunakan hak suara Anda.” Pemilu ini bisa menjadi titik balik bagi Indonesia.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Mata Mata Politik.
Keterangan foto utama: Prabowo di Palembang, Sumatra Selatan, 9 April. (Foto: Bloomberg/Dimas Ardian)





0
1.1K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan