Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nurrahmahnurmaAvatar border
TS
nurrahmahnurma
SURAT UNDANGAN MERAH JAMBU


SURAT UNDANGAN MERAH JAMBU

By: Nurrahmah Sa Fa

**
Aku selalu memaafkanmu setiap kali hendak beranjak tidur. Memejamkan mata, cara satu-satunya untuk melupakan semua. Meski begitu, ingatan itu kerap kembali tiap kali aku terbangun.
*
“Kamu baik-baik saja?”
Pertanyaan itu sudah ratusan kali dilayangkan kepadaku dua bulan terakhir.

Apa aku baik-baik saja? Apa aku baik? Bagaimana perasaanku dan sebagainya?
Aku baik.
Buktinya aku masih hidup, bernapas dengan lancar, menjalani hidup normal seperti orang lain. Bangun tidur, berangkat kerja, lalu tidur lagi. Namun, segalanya sesak, seperti tenggelam di lautan dingin.

Tidak cukup tersenyum, tidak cukup dengan hanya pura-pura tertawa. Seperti segalanya baik-baik saja. Ya, memang baik-baik saja. Tidak ada yang salah, kecuali surat undangan merah jambu yang tergeletak di meja.
Surat undangan yang bertandang ke rumah tiga hari lalu.
*
Dua bulan lalu.

“Maafkan aku, May!”

Hari itu, matahari masihlah malu-malu menampakkan diri dari ufuk timur. Namun, ia tiba-tiba datang ke rumah dengan wajah lesu.

Padahal, ia tahu aku tidak boleh ditemui lagi.

Pernikahan kami seminggu lagi akan dilaksanakan, dan sebagai calon pengantin wanita aku harus dipinggit.

Aku tidak tahu atas alasan apa mengapa mereka harus memingit calon pengantin. Bukan malah mengizinkan kami sibuk menyiapkan pesta pernikahan.

"Aku minta maaf padamu, May!" ucapnya, gagu.

Aku menghadapkan wajah ke arahnya, meminta penjelasan lebih. Ia lantas meraih tanganku, lembut.

"Aku mohon maafkan aku!"

"Kenapa? Mas gagal dapat organ tunggalnya? Kalau itu, tenang saja, Bibiku bakal bantu kok!"

Ia menggeleng, tangannya masih menggenggam tanganku erat.

"Dengar, May! Aku ingin kamu tau, aku mencintaimu dari dulu sampai sekarang. Tidak ada yang berubah apa pun yang terjadi."

"Aku tahu, Mas! Aku tahu kamu suka padaku sejak SMA, tidak perlu jelasin apa-apa."

Ia menunduk, wajahnya terlihat lesuh.

"May, sepertinya aku tidak bisa menikah dengamu!"

Ia menatapku lekat, dengan tatapan paling jujur yang pernah kulihat darinya. Padahal, aku berharap kali ini ia bercanda. Lelucon calon pengantin sebelum pernikahan.

"Jangan bercanda, nanti kalau kita benaran batal nikah gimana?" ujarku menolak.


"Aku serius, May! Aku ... Aku sudah melakukan kesalahan!"

Wajahnya menunduk dalam, penyesalan. Aku menarik tanganku, tidak percaya. Tidak percaya dengan apa yang aku pikirkan sendiri.

"Jangan bilang kalau Mas selingkuh di belakangku dan ...."

"May, ini terjadi begitu saja! Aku khi-laf, May!"

Ia merebut tanganku lagi, tapi kutepis keras.

"May, dengarkan aku!"

Tidak ... Tidak ... Tidak!

Tidak mungkin.

Ketidakmungkinan yang akhirnya menjadi mungkin.
**
Kami batal menikah.

Sekarang, ia berdiri di hadapanku sebagai suami orang. Menyalami para tamu undangan dengan wajah yang tersenyum merekah.

Aku sudah separuh jalan dari pelami, tapi kuputar balik. Tidak sanggup.

"May, mau aku beri tahu sesuatu?"

Tiba-tiba seseorang yang tidak asing lagi dalam hidupku, menghadang. Wajah tirusnya tersenyum sambil menatap ke arah tamu undangan.

"Kamu tidak akan bisa melupakan apa yang telah terjadi. Melupakan semua kenangan yang sudah terjalin. Yang perlu kamu lakukan hanyalah, memaafkan dan menerima bahwa takdir kalian berbeda. Kalian mungkin sama-sama berjalan di jalan yang sama, tapi tujuan kalian berbeda."

Aku menunduk, tidak tahu harus mengatakan apa.

Aku sudah mencoba memaafkannya setiap hari, setiap jam, dan setiap menjelang tidur.

Kenyataannya, aku selalu gagal dan dibanting kembali ke kenangan yang sama. Bersamanya, laki-laki yang pernah berjanji akan menikahi aku.

"Kasi tahu aku gimana caranya supaya aku bisa memaafkan laki-laki yang sudah begitu tega mematahkan hatiku, Rayhan?"

Rayhan tersenyum mengembang, seolah mengerti segala hal yang aku pikirkan. Padahal, mana mungkin. Tidak ada seorang pun yang mengerti, aku jamin itu.

"Aku siap menjadi calon suamimu berikutnya, May!"

Rayhan tersenyum lebar sekali. Mengatakan hal sebercanda itu di pesta pernikahan mantan calon suamiku.

"Aku sedang tidak bercanda, May!"

Aku sudah dua langkah keluar dari aula pernikahan. Rayhan malah menarik tanganku lagi.

"Aku serius, May! Aku sedang melamarmu sekarang. Maukah kamu menikah denganku? Bulan depan. Tidak! Kalau kamu mau, hari ini kita ke KUA?"

Mataku melotot nyaris keluar. Tetapi, mata Rayhan memancarkan keseriusan yang tidak bisa aku tolak.

Apakah memang sudah saatnya aku membuka lembar baru dalam hidupku? Memulai cinta yang kandas dengan membangun cinta yang baru. Bersama Rayhan, sepupu sekaligus sahabat terbaikku.

***
#GoMoveOn
Bima, 21032019
Nurrahmah Sa Fa


ardiansyah326
anasabila
indriketaren
indriketaren dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan