- Beranda
- Komunitas
- News
- Sains & Teknologi
Lucy, Nenek Moyang Setengah Kera Setengah Manusia


TS
wahyuraharjo
Lucy, Nenek Moyang Setengah Kera Setengah Manusia

Australopithecus, diambil dari bahasa Latin "australis" yang berarti "dari selatan" dan bahasa Yunani "pithecos" yang berarti "kera". Mereka adalah genus dari Hominidae yang telah punah. Pada awalnya digunakan untuk spesies yang ditemukan di Afrika Selatan. Kata afarensis berasal dari lokasi di mana beberapa fosil pertama untuk spesies ini ditemukan - Depresi Afar di Ethiopia, Afrika Timur.

Final head reconstruction of A. afarensis male, based on AL 444-2.
Quote:
Pofil
Nickname :Lucy's species atau Spesies Lucy
Tempat Tinggal : Afrika Timur (Ethiopia, Kenya, Tanzania)
Waktu Hidup : Antara 3.85 dan 2.95 juta tahun lalu
Tinggi Rata-Rata: 151 cm (pria); 105 cm (wanita)
Berat Rata-Rata: 42 kg (pria); 29 kg (wanita)
Nickname :Lucy's species atau Spesies Lucy
Tempat Tinggal : Afrika Timur (Ethiopia, Kenya, Tanzania)
Waktu Hidup : Antara 3.85 dan 2.95 juta tahun lalu
Tinggi Rata-Rata: 151 cm (pria); 105 cm (wanita)
Berat Rata-Rata: 42 kg (pria); 29 kg (wanita)
Quote:
1. Sedikit Tentang Australopithecus Afarensis

A. afarensis adult male and female with child.
Australopithecus Afarensis adalah salah satu spesies yang paling lama hidup dan yang paling terkenal dari nenek moyang kita karena sejumlah penemuan besar termasuk serangkaian jejak kaki dan kerangka fosil yang cukup lengkap, Paleoantropologi sudah menemukan lebih dari 300 individu fosil dari spesies ini. Spesies ini berhasil bertahan hidup selama lebih dari 900.000 tahun.
Mirip seperti simpanse, anak-anak dari A. afarensis tumbuh pesat sejak lahir dan jadi dewasa lebih cepat dari manusia modern. Artinya, A. afarensis memiliki masa pertumbuhan yang lebih pendek dari manusia saat ini. Tampaknya mereka hidup dalam kelompok kecil yang berisi laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa.
Spoiler for Ilustrasi:

A. afarensis adult male and female with child.
Australopithecus Afarensis adalah salah satu spesies yang paling lama hidup dan yang paling terkenal dari nenek moyang kita karena sejumlah penemuan besar termasuk serangkaian jejak kaki dan kerangka fosil yang cukup lengkap, Paleoantropologi sudah menemukan lebih dari 300 individu fosil dari spesies ini. Spesies ini berhasil bertahan hidup selama lebih dari 900.000 tahun.
Mirip seperti simpanse, anak-anak dari A. afarensis tumbuh pesat sejak lahir dan jadi dewasa lebih cepat dari manusia modern. Artinya, A. afarensis memiliki masa pertumbuhan yang lebih pendek dari manusia saat ini. Tampaknya mereka hidup dalam kelompok kecil yang berisi laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa.
"Australophitecus Afarensis ini kemungkinan merupakan nenek moyang manusia atau mungkin juga kerabat dari cabang evolusi yang berbeda"
Quote:
2. Memiliki Karakteristik Dari Manusia Dan Kera

(Left) Lucy, a female Australopithecus afarensis,created for the Cleveland Museum of Natural History. (Right ) Full body reconstruction of Lucy, a female Australopithecus afarensis. Created for the Smithsonian's Hall of Human Origins.
Memiliki proporsi wajah lebih seperti kera (hidung datar, rahang bawah yang sangat menonjol) dan tempurung otak dengan otak yang kecil (kurang dari 500 cm2 atau 1/3 dari ukuran otak manusia saat ini), dan lengan yang panjang dan juga kuat dengan jari yang melengkung berguna untuk memanjat pohon.
Mereka juga punya gigi taring yang mirip dengan manusia modern, dan juga tubuh yang berdiri dengan dua kaki dan biasanya berjalan dengan berdiri tegak (bipedal). Mereka beradaptasi dengan hidup di dua lingkungan berbeda (pepohonan dan sabana) hal ini membuat mereka mampu bertahan hidup hampir satu juta tahun ketika iklim dan lingkungan berubah.
Spoiler for Ilustrasi:

(Left) Lucy, a female Australopithecus afarensis,created for the Cleveland Museum of Natural History. (Right ) Full body reconstruction of Lucy, a female Australopithecus afarensis. Created for the Smithsonian's Hall of Human Origins.
Memiliki proporsi wajah lebih seperti kera (hidung datar, rahang bawah yang sangat menonjol) dan tempurung otak dengan otak yang kecil (kurang dari 500 cm2 atau 1/3 dari ukuran otak manusia saat ini), dan lengan yang panjang dan juga kuat dengan jari yang melengkung berguna untuk memanjat pohon.
Mereka juga punya gigi taring yang mirip dengan manusia modern, dan juga tubuh yang berdiri dengan dua kaki dan biasanya berjalan dengan berdiri tegak (bipedal). Mereka beradaptasi dengan hidup di dua lingkungan berbeda (pepohonan dan sabana) hal ini membuat mereka mampu bertahan hidup hampir satu juta tahun ketika iklim dan lingkungan berubah.
Quote:
3. Hidup Lama Karena Mampu Beradaptasi

A. afarensis at Hadar (acrylic). Created for National Geographic Magazine.
Mereka bisa bertahan karena bisa beradaptasi dengan tempat tinggalnya. Jadi saat mereka tinggal di hutan, mereka tidak akan kesulitan melewati atau memanjat pepohonan untuk mencari makanan dan saat hutan berubah menjadi sabana, karena mereka bipedal maka kedua tangannya bisa membawa makanan, otomatis mereka bisa membawa makanan lebih banyak.
Bandingkan dengan kera quadropedal (knuckle-walking) yang mana mereka hanya bisa membawa makanan dengan satu tangan karena tangan satunya harus menjadi tumpuannya saat berjalan dan lebih sedikit makanan yang bisa dibawa.
Spoiler for Ilustrasi:

A. afarensis at Hadar (acrylic). Created for National Geographic Magazine.
Mereka bisa bertahan karena bisa beradaptasi dengan tempat tinggalnya. Jadi saat mereka tinggal di hutan, mereka tidak akan kesulitan melewati atau memanjat pepohonan untuk mencari makanan dan saat hutan berubah menjadi sabana, karena mereka bipedal maka kedua tangannya bisa membawa makanan, otomatis mereka bisa membawa makanan lebih banyak.
Bandingkan dengan kera quadropedal (knuckle-walking) yang mana mereka hanya bisa membawa makanan dengan satu tangan karena tangan satunya harus menjadi tumpuannya saat berjalan dan lebih sedikit makanan yang bisa dibawa.
Quote:
4. Temuan Fosil Dan Jejak Kaki

(Kiri) AL 288-1, fosil Lucy yang ditemukan di Hadar, Ethiopia. (Kanan) DIK-1-1, fosil ini sering disebut 'Lucy's Baby' disebut demikian karena ditemukan beberapa mil ke selatan dari tempat dimana Lucy ditemukan.
Selama tahun 1970-an, dua tim pemburu fosil mulai mengungkap bukti leluhur manusia purba di Afrika Timur. Satu tim, dipimpin oleh Donald Johanson, bekerja di Hadar di Ethiopia. Tim lain yang dipimpin oleh Mary Leakey, berada lebih dari 1.500 kilometer jauhnya di Laetoli di Tanzania. Fosil-fosil yang ditemukan di kedua situs itu memiliki fitur dan umur yang sangat mirip tetapi mereka tidak cocok dengan fosil dari spesies apa pun yang diketahui pada waktu itu. Karena itu nama spesies baru, Australopithecus afarensis, diciptakan untuk mereka pada tahun 1978.


Fosil jejak kaki ini ditemukan di Tanzania, Afrika Timur dan diperkirakan berasal dari 3.6 juta tahun yang lalu. Fosil tulang dari Australopithecus Afarensis ditemukan di dekatnya sehingga diduga merekalah yang meninggalkan jejak kaki tersebut.
Jejak kaki menyerupai jejak kaki manusia ini ditinggalkan oleh hominin yang berjalan melalui lapisan abu gunung berapi yang mengendap di tanah. Hujan membuat abu lembab (bahkan lekukan yang dibuat oleh rintik hujan masih bisa dilihat pada lapisan abu). Sekilas, sepertinya dua orang berjalan berdampingan, yang di sebelah kiri lebih kecil dari yang di sebelah kanan, kemungkinan seorang anak kecil.
Pada pemeriksaan lebih dekat, dapat dilihat bahwa jejak di sebelah kanan buram, dan sebenarnya dibuat oleh dua orang dewasa. Yang satu menginjak jejak yang ditinggalkan orang yang di depannya. Ada bagian jalan yang menunjukkan bahwa seorang individu berhenti dan berbelok ke kiri sebelum melanjutkan perjalanan.
Matahari lalu mengeringkan abu yang lembab itu, lalu mengeras seperti semen. Gunung berapi terus membuat lapisan abu hingga mencapai 20 cm menyelimuti tanah dan jejak kaki. Selama jutaan tahun, sedimen tambahan tersebut diendapkan dan sebagian terkikis oleh angin dan air. Beruntungnya ada beberapa jejak kaki yang terlihat dan tidak tertutupi. Hingga akhirnya ditemukan oleh para tim pencari fosil.
Spoiler for Ilustrasi Fosil:

(Kiri) AL 288-1, fosil Lucy yang ditemukan di Hadar, Ethiopia. (Kanan) DIK-1-1, fosil ini sering disebut 'Lucy's Baby' disebut demikian karena ditemukan beberapa mil ke selatan dari tempat dimana Lucy ditemukan.
Selama tahun 1970-an, dua tim pemburu fosil mulai mengungkap bukti leluhur manusia purba di Afrika Timur. Satu tim, dipimpin oleh Donald Johanson, bekerja di Hadar di Ethiopia. Tim lain yang dipimpin oleh Mary Leakey, berada lebih dari 1.500 kilometer jauhnya di Laetoli di Tanzania. Fosil-fosil yang ditemukan di kedua situs itu memiliki fitur dan umur yang sangat mirip tetapi mereka tidak cocok dengan fosil dari spesies apa pun yang diketahui pada waktu itu. Karena itu nama spesies baru, Australopithecus afarensis, diciptakan untuk mereka pada tahun 1978.
Spoiler for Ilustrasi Jejak Kaki:

Cast of the Laetoli footprints, on display in the Hall of Human Origins in the Smithsonian Institution's National Museum of Natural History in Washington, D.C.

Laetoli footprints
Fosil jejak kaki ini ditemukan di Tanzania, Afrika Timur dan diperkirakan berasal dari 3.6 juta tahun yang lalu. Fosil tulang dari Australopithecus Afarensis ditemukan di dekatnya sehingga diduga merekalah yang meninggalkan jejak kaki tersebut.
Jejak kaki menyerupai jejak kaki manusia ini ditinggalkan oleh hominin yang berjalan melalui lapisan abu gunung berapi yang mengendap di tanah. Hujan membuat abu lembab (bahkan lekukan yang dibuat oleh rintik hujan masih bisa dilihat pada lapisan abu). Sekilas, sepertinya dua orang berjalan berdampingan, yang di sebelah kiri lebih kecil dari yang di sebelah kanan, kemungkinan seorang anak kecil.
Pada pemeriksaan lebih dekat, dapat dilihat bahwa jejak di sebelah kanan buram, dan sebenarnya dibuat oleh dua orang dewasa. Yang satu menginjak jejak yang ditinggalkan orang yang di depannya. Ada bagian jalan yang menunjukkan bahwa seorang individu berhenti dan berbelok ke kiri sebelum melanjutkan perjalanan.
Matahari lalu mengeringkan abu yang lembab itu, lalu mengeras seperti semen. Gunung berapi terus membuat lapisan abu hingga mencapai 20 cm menyelimuti tanah dan jejak kaki. Selama jutaan tahun, sedimen tambahan tersebut diendapkan dan sebagian terkikis oleh angin dan air. Beruntungnya ada beberapa jejak kaki yang terlihat dan tidak tertutupi. Hingga akhirnya ditemukan oleh para tim pencari fosil.
Quote:
5. Alat-Alat Yang Digunakan

Spesies ini kemungkinan menggunakan alat sederhana yang mungkin termasuk batang pohon dan bagian dari tumbuhan yang tidak tahan lama yang dia temukan disekitarnya (Mirip seperti anak-anak yang nemu ranting terus dianggep pedang
). Kemungkinan mereka juga menggunakan batu sebagai alat, tapi tidak ada bukti bahwa batunya dibentuk atau dimodifikasi dengan cara apapun.
Pada 2010, fosil tulang yang memiliki bekas luka ditemukan di Dikika, Ethiopia, Fosil ini berusia sekitar 3,4 juta tahun. Tulang-tulang ini menunjukkan bukti yang jelas dari alat-alat batu yang digunakan untuk menghilangkan daging dan menghancurkan tulang untuk mendapatkan sumsum. Tidak ditemukan peralatan yang digunakan sehingga tidak diketahui apakah alat itu sengaja dimodifikasi atau memang dari sananya sudah berbentuk sedemikian rupa. Tidak ada hominin yang ditemukan di situs tersebut, para penemu percaya A. Afarensis yang bertanggung jawab atas bekas luka tersebut, karena tidak ada spesies hominin lain yang berasal dari periode yang sama.
Spoiler for Ilustrasi:

Tanda paralel pada fosil hewan (impala dan kerbau) di atas kemungkinan dibuat menggunakan alat-alat batu.
Spesies ini kemungkinan menggunakan alat sederhana yang mungkin termasuk batang pohon dan bagian dari tumbuhan yang tidak tahan lama yang dia temukan disekitarnya (Mirip seperti anak-anak yang nemu ranting terus dianggep pedang

Pada 2010, fosil tulang yang memiliki bekas luka ditemukan di Dikika, Ethiopia, Fosil ini berusia sekitar 3,4 juta tahun. Tulang-tulang ini menunjukkan bukti yang jelas dari alat-alat batu yang digunakan untuk menghilangkan daging dan menghancurkan tulang untuk mendapatkan sumsum. Tidak ditemukan peralatan yang digunakan sehingga tidak diketahui apakah alat itu sengaja dimodifikasi atau memang dari sananya sudah berbentuk sedemikian rupa. Tidak ada hominin yang ditemukan di situs tersebut, para penemu percaya A. Afarensis yang bertanggung jawab atas bekas luka tersebut, karena tidak ada spesies hominin lain yang berasal dari periode yang sama.
Spoiler for Video Tentang Alat Batu:

Video di atas mengilustrasikan bagaimana A. afarensis bisa mengetahui bahwa batu bisa dijadikan sebagai alat
Quote:
6. Jenis Makanan
Analis gigi, tengkorak, dan bentuk tubuh mereka menunjukkan pola makan yang sebagian besar terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Namun dengan temuan fosil pada 2010 (dibahas di bawah), menunjukkan bahwa mereka mungkin juga memakan sejumlah besar daging. Analisis mikroskopis dari enamel gigi mereka menunjukkan bahwa mereka lebih banyak makan buah dan daun daripada biji dan tanaman keras lainnya. Tulang rusuk dengan bentuk kerucut menunjukkan mereka memiliki perut besar yang disesuaikan dengan kualitas makanan yang rendah dan banyaknya porsi makanan. Posisi sagittal crestke arah belakang tengkorak menunjukkan bahwa gigi depan memproses sebagian besar makanan.

Spoiler for Ilustrasi:

Analis gigi, tengkorak, dan bentuk tubuh mereka menunjukkan pola makan yang sebagian besar terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Namun dengan temuan fosil pada 2010 (dibahas di bawah), menunjukkan bahwa mereka mungkin juga memakan sejumlah besar daging. Analisis mikroskopis dari enamel gigi mereka menunjukkan bahwa mereka lebih banyak makan buah dan daun daripada biji dan tanaman keras lainnya. Tulang rusuk dengan bentuk kerucut menunjukkan mereka memiliki perut besar yang disesuaikan dengan kualitas makanan yang rendah dan banyaknya porsi makanan. Posisi sagittal crestke arah belakang tengkorak menunjukkan bahwa gigi depan memproses sebagian besar makanan.
Spoiler for Sagittal Crest:

Sagittal Crest A. Afarensis
Quote:
7. Galeri Austalopithecus Afarensis

Lucy, perempuan dari Australopithecus afarensis.

Rekonstruksi A. afarensis laki-laki menggunakanclay, berdasarkan fosil AL 444-2. Dibuat untuk Smithsonian's Hall of Human Origins.

Proporsi tubuh A. afarensis (dengan Homo sapiens dan simpanse). Dibuat untuk National Geographic Magazine.

Lucy dengan 2 hominim lainnya; Australophitecus sediba dan Homo erectus (Turkana boy). Dibuat untuk National Geographic Magazine.

Perbandingan Lucy dengan 2 hominim lain, Homo erectus (Turkana Boy) dan Homo naledi. Dibuat untuk National Geographic Magazine.
Spoiler for Ilustrasi:

Lucy, perempuan dari Australopithecus afarensis.

Rekonstruksi A. afarensis laki-laki menggunakanclay, berdasarkan fosil AL 444-2. Dibuat untuk Smithsonian's Hall of Human Origins.

Proporsi tubuh A. afarensis (dengan Homo sapiens dan simpanse). Dibuat untuk National Geographic Magazine.

Lucy dengan 2 hominim lainnya; Australophitecus sediba dan Homo erectus (Turkana boy). Dibuat untuk National Geographic Magazine.

Perbandingan Lucy dengan 2 hominim lain, Homo erectus (Turkana Boy) dan Homo naledi. Dibuat untuk National Geographic Magazine.
Spoiler for Sumber:
-Tschüss-


Diubah oleh wahyuraharjo 10-04-2019 05:24
15
16K
Kutip
175
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan