Lah, sekarang giliran saya yang tepok jidat. Salah saya di mana? Bagi saya Kaskus adalah rumah indah yang kehangatannya mengundang siapapun datang. Pilihan kategorinya bermacam-macam, siapapun bisa menulis di sana sesuai minat yang dimiliki. Tak ada batasan atau larangan.

Bahwa ada aturan dari masing masing pengelola ruang, itu adalah untuk kebaikan bersama. The lounge menyediakan tempat untuk kita berbagi opini, Story From The Heart untuk penyuka fiksi, dan seterusnya. Ada perbedaan aturan pada masing masing ruang, itu harus kita pahami sebelum memilih kategori mana yang akan kita jadikan tempat tulisan.

Satu hal yang saya mengerti, di ruang manapun semua user berhak masuk, dan ikut memberikan komentar terkait konten yang telah ditulis seseorang. Terlibat diskusi, mulai dari yang hangat sampai panas. Tidak ada syarat gender, atau garis keturunan, atau asal daerah atau syarat lain yang menyebutkan seseorang dilarang memasuki sebuah akun. Berkomentar dan terlibat diskusi di sana.

Jika kemudian ada yang sampai terbawa perasaan antara suka dan tidak suka seseorang terhadap user lain, itu sudah di luar konteks bahasan. Suka adalah rasa, tidak suka adalah rasa, sama sekali tidak berhubungan dengan logika. Kalau tetiba ada perasaan suka atau tidak suka terhadap seseorang karena sebuah perlakuan seseorang, yang perlu dipertanyakan adalah hati. Tempat terdalam kita memaknai situasi. Ada apa dengan hati?




Sumber gambar : liputan6.com


Tak ada yang bisa disalahkan dalam fenomena ini. Media sosial hanya alat mendekatkan seseorang, yang perlu diwaspadai bukan medsosnya tapi hati.

Ya, jagalah hati, jangan mudah terbawa emosi. Ada teman lain jenis rajin sapa, masuki kita, disangka suka. Ada yang bilang sayang, disangka betulan. Padahal kita tak pernah tahu siapa dia latar belakangnya apa. Supaya aman, baiknya kita asah dulu kecerdasan emosional kita. Dia bisa menjaga rasa kita dari perbuatan yang tidak masuk akal.

Kemudian kalau tetiba muncul rasa marah karena teman dekat kita, juga berbagi hangat kepada orang lain itu tandanya apa? Waspada. Ya, harusnya kita mewaspadai olah rasa kita. Sebab yang kita hadapi orang lain, bukan orang yang terikat komitmen dengan kita.




Sepertinya menjadi tolok ukur seberapa jauh kita terseret pada perasaan terhadap seseorang. Maka supaya tidak makin baper, ada baiknya mulai introspeksi, berkaca. Ada apa dengan hati. Apa yang diinginkan dari menjalin hubungan dengan seseorang, apakah betul orang itu buat kita, atau hanya perasaan saja. Bahkan kalaupun sudah ada tembak menembak, ada kata jadian, waspada tetap harus dikedepankan. Supaya kita tidak salah melangkah ke depan.

Salah seorang sahabat lelaki saya yang pernah dijatuhi cinta oleh perempuan dunia maya pernah mengatakan, cemburu dan marah itu bukan tanda cinta. Tapi tanda dia ingin menguasai kita. Apa enaknya dikuasai. Gak ada. Yang ada kebebasan kita malah terkekang. Begitu katanya.

Lalu ketika saya tanya, loh kok gitu, lha pas menikah dahulu bagaimana? Punya anak juga kan? Jawabannya apa? Sudah lupa aku. Punya anak kan tinggal muncrat wae. Kurang ajar bener jawabannya. Bagi saya dia melecehkan rasa. Sebab bagi saya pribadi, tak akan bersedia disentuh kalau tak ada rasa cinta. Ketika saya utarakan, dia malah tertawa, " Kamu kan cewek."

Tapi saya bisa bilang apa? Manusia, tipe, watak dan karakternya berbeda beda. Mejikuhibiniu, kayak pelangi. Tergantung kita menghadapinya. Yang penting diri kita. Asah kecerdasan emosional kita. Seperti dikatakan oleh Wikipedia




Jadi supaya tidak mudah baper mari kelola kecerdasan emosi kita. Sebab tak semua orang sepakat dengan perasaan kita. Cemburu tanda sayang Marah tandanya Cinta, ternyata tidak sepenuhnya berarti begitu. Paling tidak seperti yang dikatakan sahabat lelaki saya di atas.

So, Buat agan dan sista dimanapun berada, kalau boleh saya sarankan. Mari bebaskan perasaan kita. Jadikan Kaskus rumah indah untuk semua orang. Silahkan masuk dan memasuki thread mana saja yang anda suka. Tanpa terbawa perasaan. Bagaimana menurut anda?