Kaskus

Story

yuniwaAvatar border
TS
yuniwa
Lian
Lian melangkahkan kakinya perlahan ke pojok ruangan kafe yang menjadi tempat favoritnya, kursi rotan dengan meja kaca yang di dalamnya berhiaskan berbagai jenis bintang laut yang telah dikeringkan berbaur dengan kerang-kerang kecil dan pasir putih. Lian suka sekali mengamati semua benda mati yang ada di dalam kaca meja itu, jika sudah merasa bosan ia akan membuang pandangannya keluar, melihat lalu-lalang kendaraan dan juga pejalan kaki yang silih berganti, atau hanya sekedar menatap kosong langit yang tak selalu biru lewat kaca cendela yang besar tanpa penghalang itu.

Secangkir coklat panas dan sepiring ubi goreng dengan bermacam-macam toping menjadi pilihanya hari itu. Ia duduk dengan gelisah, pandangan matanya melihat keluar berharap Rumi segera datang menemuinya. hari ini adalah hari dimana mereka berjanji untuk bertemu setelah dua tahun berpisah untuk mengapai cita-cita masing-masing.

Dua Tahun mereka berpisah dengan jarang berbagi kabar. Rumi bertugas  di Pulau paling terluar tanpa sinyal telekomunikasi maupun listrik, hanya dua bulan atau tiga bulan sekali bisa menelpon Lian pada saat Rumi mengambil gaji atau berbelanja ke Kota, selain itu mereka hanya berbagi rindu dalam doa-doa yang dipanjatkan dalam sujud-sujud yang panjang.

Hari ini Hari yang ditunggu, tentunya oleh mereka berdua. Bahkan Lian telah datang satu jam sebelumnya, menunggu dengan hati berdebar, dadanya dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan, matanya berbinar-binar penuh cahaya. siapa yang tak merasa bahagia kekasih yang lama dirindukan  akan datang. Seminggu yang lalu Lian membeli baju baru, warna biru kesukaan Rumi. Ia memakainya khusus untuk pertemuan hari ini, bagi Lian semua tentang Rumi harus lebih istimewa.

satu jam telah berlalu, tepat seperti waktu yang dijanjikan. Rumi masuk ke dalam kafe dengan jaket hitam yang menambah kegantengannya, berjalan tergesa menuju meja Lian. Ia tak sabar menemui gadis itu, entah apa nanti yang akan terjadi, setidaknya mereka telah bertemu sesuai janji.

Lian tersenyum lebar melihat lelakinya datang, rasanya ini berlari dan memeluk tubuh itu, namun Lian sadar itu bukan hal yang pantas dilakukan, mereka tidak memiliki ikatan apa-apa, mungkin sebentar lagi, dan ia harus bersabar menunggu saat itu tiba seperti kesabarannya selama dua tahun ini.

Rumi menghempaskan tubuhnya di kursi ruang tamu rumahnya, kepalanya berdenyut begitu kencang, semua peristiwa di kafe tadi ingin dia melupakannya, namun wajah sedih gadis yang telah setia menunggunya itu tak mampu terhapus begitu saja. dadanya terasa sakit melihat air mata yang mengalir dipipi Lian, mata yang biasa berbinar itu telah redup ketika ia mengakui semua kesalahannya, kata maaf yang terucap ternyata tak mampu menyebuhkan luka, semoga seiring waktu Lian akan mampu mengobati luka yang telah dia tancapkan.

Lian berjalan gontai, melangkahkan kaki entah kemana tanpa tujuan, dikepalanya masih terngiang kata maaf yang dikatakan oleh rumi. laki-laki yang telah memintanya menunggu hingga dua tahun itu, yang kedatanganya ia harapankan membawa cincin untuk jari manisnya bukan memamerkan cincin di jarinya sendiri. kupu-kupu yang memenuhi dadanya hilang begitu saja terbang entah kemana, yang tinggal hanya hati dengan luka mengaga.
0
696
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan