- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Target Pertumbuhan Ekonomi 7% Cuma Mimpi


TS
7rhapsody
Target Pertumbuhan Ekonomi 7% Cuma Mimpi
Pemerintah mengumbar janji pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7% persen. Namun hingga memasuki tahun ke-5 tidak terbukti, mentoknya hanya 5,17% pada 2018 lalu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, target tersebut memang sangat berat di mana melihat kondisi perekonomian saat ini.
“Angka 5,17% bagus lah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Ya walaupun kita juga bukan yang terbaik,” ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (6/2).
Tak tercapainya target, menurut Suhariyanti banyak faktor, salah satunya adanya perang dagang antara AS dan China.
“(Lima tahun ini) banyak sekali hal yang tidak terduga, misalnya kalau The Fed akan naikkan bunga dan ada perang dagang antara AS dan China,” jelas Suhariyanto.
Catatan BPS, Suhariyanto menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 tercatat 5,17% lebih tinggi dibandingkan periode 2017 sebesar 5,07%.
Pertumbuhan ekonomi itu didorong dari lapangan usaha jasa lainnya yang sebesar 8,99%. Sementara dari pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangg (PK-LNPRT) sebesar 9,08%.
Terpisah, Kepala Badan koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjelaskan, tak tercapainya target pertumbuhan ekonomi 7% karena disebabkan realiasisai invetasi yang meleset. Sepanjang 2018, invetasi di Indonesia mengecewakan.
Jadi memang realisasi investasi di 2018 cukup mengecewakan. Ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ekonomi secara total di bawah keinginan kita, kata Lembong, di Jakarta, kemarin.
Jelas Lembong, realisasi investasi pada 2018 hanya Rp721,3% atau 94% dari target. Kata dia, Realisasi ini juga anjlok dari pertumbuhan pencapaian investasi pada 2017 yang menyentuh 10% di atas target. Catatan dia, tahun lalu pertumbuhan investasi hanya 4% saja.
Kendati demikian, tahun ini, Lembong optimis gairah investasi akan tinggi jika penyelenggaraan Pemilu 2019 berlangsung dengan terbit dan damai.
Potensi gairah iklim investasi berlangsung baik, sebut Lembong dalam beberapa bulan ke depan bakal ada pembangunan pabrik berskala besar di beberapa daerah industri seperti Banten, Jabodetabek, dan Jawa Barat. Selain itu, di sektor digital juga terlihat menggeliat.
“Dalam beberapa bulan ini akan ada groundbreaking pabrik-pabrik baru yang nilainya triliunan dan puluhan trilunan. Juga ada arus modal ke economic digital seperti Tokopedia, Gojek, Grab, semuanya masih menerima investasi dalam jumlah besar,” papar Lembong.
Pemerintah boleh optimistis, tapi data dan fakta yang ada sekarang ini realisasi 7% hanyalah sebuah mimpi besar. Kenapa demikian, karena untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di angka 7% hanya keniscayaan. Ketidakmungkinan itu dikatakan Pengamat Ekonomi Abra Talattov dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Tahun ini di mana tahun politik, pertumbuhan ekonomi sangat berisiko.
“(Target 7%) ini tidak mungkin. Ini kan RPJM (Rancangan Perencangaan Jangka Menengah) tahun 2014 pemerintah sebatas angan-angan. Jangankan target 7%, APBN 2014 saja 5,4 persen gak tercapai. Apalagi ini digabungkan politik, kebijakannya akan berubah,” kata Abra kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu (6/2).
Abra menjelaskan, tahun lalu investasi asing minus 8,8%. Nah, tahun 2019 kemungkinan akan bernasib demikian, jika pemerintah tidak melakukan perbaikan misal masalah perizinan dll.
“Selain itu konsistensi pemerintah juga mudah berubah-ubah. Jika masyarakat keberatan, atau kontra, kebijakan dengan cepat dicabut. Hal ini menjadi pertimbangan investor asing untuk investasi di Indonesia,” papar Abra.
sumber
banyak indikator yg menjadi penyebab... (di akhir sesi, ts coba memberi pemaparan agar lebih transparan).
namun demikian kita perlu realistis dan mengapresiasi atas usaha keras pemerintah selama ini.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, target tersebut memang sangat berat di mana melihat kondisi perekonomian saat ini.
“Angka 5,17% bagus lah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Ya walaupun kita juga bukan yang terbaik,” ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (6/2).
Tak tercapainya target, menurut Suhariyanti banyak faktor, salah satunya adanya perang dagang antara AS dan China.
“(Lima tahun ini) banyak sekali hal yang tidak terduga, misalnya kalau The Fed akan naikkan bunga dan ada perang dagang antara AS dan China,” jelas Suhariyanto.
Catatan BPS, Suhariyanto menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 tercatat 5,17% lebih tinggi dibandingkan periode 2017 sebesar 5,07%.
Pertumbuhan ekonomi itu didorong dari lapangan usaha jasa lainnya yang sebesar 8,99%. Sementara dari pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangg (PK-LNPRT) sebesar 9,08%.
Terpisah, Kepala Badan koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjelaskan, tak tercapainya target pertumbuhan ekonomi 7% karena disebabkan realiasisai invetasi yang meleset. Sepanjang 2018, invetasi di Indonesia mengecewakan.
Jadi memang realisasi investasi di 2018 cukup mengecewakan. Ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ekonomi secara total di bawah keinginan kita, kata Lembong, di Jakarta, kemarin.
Jelas Lembong, realisasi investasi pada 2018 hanya Rp721,3% atau 94% dari target. Kata dia, Realisasi ini juga anjlok dari pertumbuhan pencapaian investasi pada 2017 yang menyentuh 10% di atas target. Catatan dia, tahun lalu pertumbuhan investasi hanya 4% saja.
Kendati demikian, tahun ini, Lembong optimis gairah investasi akan tinggi jika penyelenggaraan Pemilu 2019 berlangsung dengan terbit dan damai.
Potensi gairah iklim investasi berlangsung baik, sebut Lembong dalam beberapa bulan ke depan bakal ada pembangunan pabrik berskala besar di beberapa daerah industri seperti Banten, Jabodetabek, dan Jawa Barat. Selain itu, di sektor digital juga terlihat menggeliat.
“Dalam beberapa bulan ini akan ada groundbreaking pabrik-pabrik baru yang nilainya triliunan dan puluhan trilunan. Juga ada arus modal ke economic digital seperti Tokopedia, Gojek, Grab, semuanya masih menerima investasi dalam jumlah besar,” papar Lembong.
Pemerintah boleh optimistis, tapi data dan fakta yang ada sekarang ini realisasi 7% hanyalah sebuah mimpi besar. Kenapa demikian, karena untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di angka 7% hanya keniscayaan. Ketidakmungkinan itu dikatakan Pengamat Ekonomi Abra Talattov dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Tahun ini di mana tahun politik, pertumbuhan ekonomi sangat berisiko.
“(Target 7%) ini tidak mungkin. Ini kan RPJM (Rancangan Perencangaan Jangka Menengah) tahun 2014 pemerintah sebatas angan-angan. Jangankan target 7%, APBN 2014 saja 5,4 persen gak tercapai. Apalagi ini digabungkan politik, kebijakannya akan berubah,” kata Abra kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu (6/2).
Abra menjelaskan, tahun lalu investasi asing minus 8,8%. Nah, tahun 2019 kemungkinan akan bernasib demikian, jika pemerintah tidak melakukan perbaikan misal masalah perizinan dll.
“Selain itu konsistensi pemerintah juga mudah berubah-ubah. Jika masyarakat keberatan, atau kontra, kebijakan dengan cepat dicabut. Hal ini menjadi pertimbangan investor asing untuk investasi di Indonesia,” papar Abra.
sumber
banyak indikator yg menjadi penyebab... (di akhir sesi, ts coba memberi pemaparan agar lebih transparan).
namun demikian kita perlu realistis dan mengapresiasi atas usaha keras pemerintah selama ini.
Diubah oleh 7rhapsody 01-04-2019 21:59
0
1.9K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan