Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun bercerita ihwal pemimpin bangsa jelang pemilu presiden 2019. Cak Nun membeberkan kriteria presiden impiannya dalam tulisan berjudul 2019-2024: Presiden Husnul Khatimah.

“Presiden yang dibutuhkan bangsa Indonesia periode 2019-2024 adalah pemimpin yang punya kesanggupan membawa Indonesia ber-husnul khatimah,” ujar Cak Nun, saat diwawancarai di rumahnya di Yogyakarta, Jumat (29/3/2019).

Cak Nun menuturkan, jangan sampai bangsa Indonesia, terutama rakyat kecil di strata bawah, akan semakin berposisi "pelengkap penderita" dan menjadi korban kamuflase-kamuflase elite politik nasional maupun global.

Selama 73 tahun merdeka dengan keunggulan kekayaan alam dan ketangguhan rakyatnya, Indonesia dinilai belum menunjukkan "kependekaran"nya terhadap arus globalisasi.

“Waktu tinggal sedikit. Perlu lebih bangkit dan mulai sedikit “gila” kepada dunia,” ujar Cak Nun.

Cak Nun menyebut, bulan-bulan rawan mulai April sampai dengan Oktober 2019 harus diisi dengan kearifan bersama untuk memastikan kesatuan bangsa.

“Jangan sampai terjadi vacuum presiden. Tahun 2019-2020 harus ada yang memimpin proses membangun kembali nasionalisme sejati, untuk membangun harga diri bangsa serta meraih kemenangan seluruh rakyat di tahun-tahun berikutnya,” ujarnya.

Urgensi kesadaran husnul khatimah, ujar Cak Nun, sangat didesakkan oleh dinamika pemetaan perkembangan global, percepatan advanced-teknologi yang sedang berlangsung dan mengakibatkan multi-changed, unpredictable developments yang membuahkan wild future – yang tidak bisa direspon hanya dengan resolusi rendah paradigma pembangunan seperti yang sekian periode ini menjadi ciri pengelolaan kepemerintahan NKRI.

“Ditambah kondisi mental dan budaya bangsa Indonesia yang secara simultan mengalami degradasi dan devaluasi kwalitatif sedemikian rupa, maka siapapun yang menjadi Pemerintah NKRI pasca April nanti jika tanpa kesadaran husnul khatimah akan jauh dari prestasi menorehkan tinta emas sejarah,” ujarnya.

Cak Nun menuturkan di tahun-tahun depan ini bangsa Indonesia tidak perlu lagi mengalami hal-hal di mana semua dan para anak cucu tidak siap. Menurutnya lima tahun lagi Indonesia harus menjadi negara kuat, rakyat kuat. Bukan rakyat kuat negara lemah atau rakyat lemah negara kuat, apalagi negara lemah rakyat lemah.

Menurutnya, salah satu pijakan husnul khatimah untuk masa depan Indonesia adalah menemukan kembali pengetahuan bahwa bangsa Indonesia memiliki kebesarannya sendiri dibanding bangsa-bangsa lain di dunia.

Manusia Indonesia memiliki stereotype geniousitasnya sendiri, multi-talented, serta ketangguhan di bidang mentalitas, budaya, daya intelektual serta keluasan spiritual sedemikian rupa.

Pemerintah Indonesia, ujar Cak Nun, juga perlu menimbang ulang dan merumuskan kembali etos kepemimpinannya agar bisa menakar keseimbangan pembangunannya, kebijaksanaan arah masa depannya. Cak Nun juga meminta pemerintah berhenti dari sikap kecengengan dan gimmick pembangunan serta membuang segala jenis kekerdilan politik yang selama ini menjadi sumber permusuhan, kebencian dan pertengkaran-pertengkaran yang mubadzir.

Cak Nun menjelaskan pengertian husnul khatimah bukan sekedar konsep dalam Islam. Menurutnya, Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan apapun, sebagaimana kekayaan ribuan etnik dan kandungan nilai-nilai budaya dan filosofi dari mozaik sejarah bangsa Indonesia justru merupakan sumber dan kontributor inspirasi bagi Indonesia masa depan. “Islam wajib bermanfaat bagi Indonesia,” ujarnya. (atx/adn)
sumber