Kaskus

News

ikardusAvatar border
TS
ikardus
Kemenkeu Soal Jebakan Chinese Money: Pengaruh untuk Indonesia Masih Sangat Jauh
Merdeka.com - Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa Indonesia masih aman dari pengaruh Chinese Money Trap yang tengah ramai dibicarakan oleh Rizal Ramli dan beberapa juru bicara tim sukses Prabowo Sandi. Mengutip penjelasan Facebook Nas Daily, Chinese Money Trap ialah skema China yang memberi pinjaman ke beberapa negara dalam jumlah besar untuk pembangunan dengan maksud agar Negeri Panda dapat menguasai aset tersebut jika penerima utang tidak mampu membayar.

Pemberi pinjaman antara lain Bank Dunia, Asian Development Bank, Jepang, Jerman, Prancis, dan China. China merupakan pemberi pinjaman terbesar ketiga setelah Singapura dan Jepang, disusul AS dan Hongkong. Pinjaman pemerintah kepada China menggunakan skema goverment to goverment (G to G) dan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian, terukur, dan transparan.

"Pinjaman pemerintah tidak jatuh tempo sekaligus, tetapi pembayarannya dicicil selama periode tertentu sehingga tidak memberatkan keuangan. Indonesia masih sangat jauh dari pengaruh skenario yang disebutkan sebagai Chinese Money Trap," jelasnya.

Mengapa Indonesia masih aman?

Pemerintah menjelaskan, selain besaran jumlah utang dari China yang masih sebesar Rp 22 triliun atau 0,50 persen, rasio utang pemerintah terhadap PDB per 2018 masih dalam batas aman atau kurang dari 30 persen. Rasio utang Indonesia saat ini sebesar 29,78 persen, jauh di bawah negara peer atau yang setara. Di mana, Mesir sebesar 101,2 persen, Mongolia 79,4 persen, Sri Lanka 77,6 persen, Pakistan 67,2 persen.

Sementara, rasio defisit pemerintah pada 2017, sebesar 2,5 persen atau di bawah batas aman yang ditentukan 3 persen. Di mana, negara lain yakni Mesir di 10,7 persen, Kenya 9,5 persen, Mongolia 6,2 persen, Pakistan 5,8 persen, Sri Lanka 5,5 persen.

Kemenkeu meyakinkan pemerintah mampu untuk membayar utang karena telah dianggarkan dalam APBN di setiap tahunnya. "Pengelolaan utang diatur dalam UU APBN serta pengawasannya dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)."

Selain itu, utang digunakan untuk membiayai proyek-proyek produktif yang memberikan manfaat lebih besar dari biaya utangnya. Menurut McKinsey pada 2016, proyek infrastruktur memberikan return 20 persen, sementara biaya utang pemerintah sekitar 8 persen.

https://m.merdeka.com/uang/kemenkeu-...ngat-jauh.html

Benarkah Nasib Indonesia Seperti Sri Lanka yang Dijebak Utang China?

Tagar.id,
"Wah, Indonesia bisa seperti Sri Lanka ini. Akhirnya negara digadaikan ke China karena gak bisa bayar utang!!"

Begitu saya baca status seseorang dengan komen-komen yang riuh rendah mirip kampret yang keluar goa menyambut datangnya malam. Dan si pembuat status menayangkan video Nas Daily - seorang vlogger - tentang Money Trap atau jebakan utang China pada Sri Lanka.

Inti cerita di Nas Daily itu begini. Sri Lanka pinjam duit ke China dengan proyek ambisius membangun infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan. Nah, ternyata pemerintah Sri Lanka kemudian gagal bayar utang mereka ke China, sehingga akhirnya menjual pelabuhan yang dibangun dengan utang dari China itu.

Tragis memang. Tetapi ada fakta tentang Sri Lanka yang tidak disampaikan oleh Nas Daily dalam vlog pendeknya itu.

Pertama, pemerintahan Sri Lanka korup sehingga kesejahteraan ekonomi masyarakat di sana hanya dinikmati segelintir orang yang dekat dengan kroni perdana menterinya. Kedua, pembangunan bandara dan pelabuhan itu sejatinya hanya untuk pencitraan daripada fungsinya. Terbukti bandara Mattala Rajapaksa disebut sebagai bandara tersepi di dunia, karena meski megah tapi tidak ada kegiatan di sana layaknya bandara.

Kenapa? "Letak bandaranya salah," kata seorang ekonom senior di Kolombo.

Ketiga, wajar Sri Lanka gagal bayar utang karena nilai utangnya sebesar 77 persen dari PDBnya. Sederhananya begini, kamu punya gaji bulanan tapi 77 persen dari gaji yang kamu terima harus buat bayar utang. Mampus, kan??

Nilai utang Indonesia dari PDBnya hanya 29 persen. Masih kecil. Pendapatan kita masih lebih besar daripada utang kita. Ibaratnya, gajian tiap bulan 29 persennya untuk bayar utang, 71 persennya masih bisa dimakan

Jadi apa yang dilakukan China mirip waktu kamu kredit motor tapi gak bisa bayar. China menyita pelabuhan Sri Lanka, tapi nanti dikembalikan ke pemerintah Sri Lanka sesudah 99 tahun lagi.

Terus apa Indonesia bisa seperti Sri Lanka, kan kita juga punya banyak utang ke China??

Ya, jauhlah. Nilai utang Indonesia dari PDBnya hanya 29 persen. Masih kecil. Pendapatan kita masih lebih besar daripada utang kita. Ibaratnya, gajian tiap bulan 29 persennya untuk bayar utang, 71 persennya masih bisa dimakan.

Lagian jumlah utang Indonesia ke China cuman 22 triliun rupiah dari seluruh utang kita ke banyak negara, atau cuman 0,50 persen saja.

Tapi ya itu, kalau udah denger nama China, para kampret kayak ketakutan dengan wajah panik dan teriak-teriak sok pintar. Padahal utang Indonesia paling besar bukan ke China, tapi justru ke Singapura dan Jepang. Malu, kan?

Gorengan isu anti China ini kemudian dimanfaatkan pada tahun politik dengan bahasa yang dibesar-besarkan seolah-olah negara kita sedang dalam posisi bangkrut. Padahal tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru berada pada titik tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

Mendingan memang para kampret aja yang digadaikan ke China. Kampret itu punya potensi ekonomi yang tinggi, karena selain kotorannya yang bisa dibuat pupuk, juga otaknya bisa didonorkan dengan harga tinggi sebab jarang di-pake dan orisinil.

Tapi nanti susah juga ya. Penerima donor otak itu bisa-bisa setiap hari mereka mengeluh, "Ini salah Jokowi." Kacau, kan ?

Seruput....
Diubah oleh ikardus 30-03-2019 01:10
0
1.4K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan