SURVEI Litbang Kompas terbaru menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf Amin menurun hingga berada pada angaka 49,7 persen.
Beberapa bulan sebelumnya, elektabilitas calon petahana tersebut berada di atas 50 persen.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon menilai, menurunnya elektabilitas calon petahana tersebut dikarenakan kesalahan manajemen kampanye.
Menurut anggota Komisi I DPR RI itu, Jokowi kurang bersentuhan dengan masyarakat saat kampanye, karena terlalu sering mengikuti acara seremonial.
"Cara kerja tim kampenye belum efektif. Hanya efektif di permukaan saja, terlalu banyak acara deklarasi-deklarasi, bersentuhan dengan masyarakatnya kurang. Bersentuhan dengan rakyat secara langsung," kata Effendi Simbolon di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Seharusnya, menurut Effendi Simbolon, Jokowi berkampanye seperti Pemilu Presiden 2014 lalu, di mana Jokowi blusukan untuk menjaring langsung suara masyarakat.
"Sudah tingggalkan saja acara deklarasi-deklarasi itu, dan mengandalkan para caleg itu tidak efektif. Sekarang efektif 20 hari lagi, Pak Jokowi harus blusukan lagi dan bernsentuhan langsung dengan masyarakat," sarannyak.
Menurut Effendi Simbolon, sudah saatnya Jokowi mengerahkan tim besar seperti Pilpres 2014 lalu, untuk mengampanyekan program serta visi-misi petahana di sisa masa kampanye.
Dengan seperti itu, maka visi-misi serta program yang diusung akan masif sampai di masyarakat.
Gunakan partai seperti PDIP itu kapal besarnya. Relawannya malas semua dan jangan mengandalkan 'tim sekoci'. Dan kata pamungkasnya adalah Jokowi blusukan, itu antitesanya, Jokowi blusukan," tegasnya.
http://wartakota.tribunnews.com/2019...an-lagi?page=2