Original Posted By evywahyuni►
Part. 2
***❤❤❤***
Hai Alena ...!”
“Hai Ruby, tumben pagi-pagi dah di kampus, biasanya telat.”
“Biasalah … dibangunin Mami, hampir aja telat lagi seperti kemaren.”
“Yuk, kita ke ruangan. Siapa tau di kelas sudah rame.”
Alena merangkul Ruby, teman merangkap sahabat, walau kadang Alena kesal karena kelakuan Ruby yang kelewat centil . Keduanya berjalan menuju ruang kelas, sesekali terdengar tawa canda mereka saat membicarakan sesuatu.
Sesampainya di ruangan ternyata teman-teman sudah berdatangan sejak tadi, riuh suara gelak tawa memenuhi hingga terdengar di luar kelas. Ada Ibnu, Rizal, Amel, Sherly, dan Icha. Mereka adalah teman-teman Alena dan Ruby sejak SMA. Kemudian setelah tamat memutuskan kuliah bareng di kampus yang sama dan masuk di jurusan yang sama pula.
“Hai Alena, tumben bareng Miss Telat,” sapa Rizal ketika melihat Alena masuk bersama Ruby.
“Enak aja lo ngomong, emang gak boleh datang pagi- pagi?” balas Ruby sambil menjitak kepala Rizal.
“Aduh … sadis amat Neng! Itu tangan apa gada sih?” ujar Rizal sambil meringis memegangi kepalanya.
“Makanya jangan ngeyel, Ruby sekarang dah jadi Miss Galak lho!” celetuk Amel.
“Eits … jangan ribut, ayo duduk di bangku masing-masing. Nanti kedapatan sama dosen killer, bisa berabe.” Icha mencoba menengahi, sambil mengajak Sherly duduk bareng.
Tak lama kemudian masuklah seorang lelaki tampan bertubuh atletis. Dia adalah Wandi, seorang atlet basket yang biasa mewakili kampus ikut lomba di mana-mana. Dia menghampiri Alena yang tampak acuh memandang ke luar jendela.
“Hai … Alena, kenapa tadi teleponku dimatikan?”
Alena lalu mengalihkan pandangannya pada Wandi. Menatap tak suka pada laki-laki itu.
“Siapa juga yang suruh menelpon? Caper banget deh!”
“Aku tadi telepon, cuma mau bilang kalo hendak menjemput kamu, Alena. Sayangnya belum bicara eeh teleponnya malah dimatikan.”
“Makasih, tak usah repot-repot. Ada bus, kok.”
Alena masih tak mengubah mimik mukanya, Wandi akhirnya mengalah. Tak ingin berdebat dengan gadis incarannya, ia pun ke luar.
Ruby menyenggol lengan Alena. Ia baru tahu kalau Wandi rupanya menaruh hati pada sahabatnya itu.
Alena masih tampak cuek, sambil terus memandangi punggung Wandi yang perlahan menghilang di balik pintu.
“Edan lo! Cowok seganteng Wandi saja di cuekin, dia atlet terpopuler lho di kampus kita. Segitu eneg-nya lo sama dia, Alena. Dia itu suka sama lo tau gak?”
“Biarin aja, aku gak suka aja,” jawab Alena kalem.
Lepas mata kuliah pertama, Alena, Sherly, dan Icha sudah berpindah tempat nongkrong.
Kantin menjadi tempat pelarian setelah jenuh menghadapi mata kuliah yang sesaat menjadi sangat membosankan. Sementara Ruby dan teman-teman yang lain masih sibuk dengan urusannya masing-masing.
Setelah memesan makanan favorit mereka kembali terlibat percakapan, saking serunya sampai-sampai pengunjung kantin yang lain menoleh ke arah mereka, tapi tetap saja mereka asyik dengan dunianya sendiri.
“Teman-teman, kuliah selanjutnya batal. Tadi Pak Arya yang bilang, ada keluarganya kecelakaan.”
Setengah berlari Daniel menghampiri teman-temannya. Memberitahukan informasi yang baru saja diterimanya dari Pak Arya, dosen yang akan mengajar siang nanti.
“Jadi bisa pulang dong sekarang?” sahut Sherly senang.
“Kalo mau pulang ya pulang saja, toh sudah tak ada mata kuliah lagi. Kecuali mau nongkrong di perpustakaan.” balas Daniel tersenyum ramah, matanya tak lepas memandang Sherly.
“Oke Dan, makasih informasinya ya. Apa masih ada yang mau disampaikan?” tegur Icha sedikit sinis saat melihat pandangan Daniel ke Sherly, semacam serigala lapar! Siapa sih yang tak kenal Daniel, si caper.
“Eh … gak ada kok, cuma itu saja. Oke, saya ke perpustakaan dulu. Ada yang mau ikut?” matanya mengedip mengarah ke Sherly.
“Ehmmm …!”
Icha menatap tak suka.
“ Ya sudah, pergi sana! Orang masih makan diganggu!” bentak Icha.
Daniel balik badan dan berlalu dari hadapan mereka, malu karena kedapatan menatap Sherly. Mending cari aman daripada terus-terusan dibuat grogi oleh Icha, si gadis tomboi.
“Galak amat sih Cha? Daniel sampai ketakutan begitu dibentak sama kamu.” sahut Alena sambil terus menikmati nasi goreng favoritnya,
Sherly yang sedari tadi diam pun angkat bicara, “
Daniel memang wajar dibegituin Len, siapa suruh genit.”
“Lho kan wajar, namanya laki-laki pasti bakal genit bila melihat perempuan cantik dan lembut macam kamu Sherly. Coba liat Icha, gak ada cowok yang godain dia kan?”
“Aku kan gadis tomboy,” sahut Icha sambil tertawa. Dasar, tadi matanya hampir keluar gara-gara melototin Daniel sekarang malah kekeh tertawa.
“Tomboy bin Alay!” jawab Alena sambil melemparinya sisa kerupuk di piring.
Tawa Icha makin membahana.
***❤❤❤***
*Bersambung lagi gan-sist ...



Harap bersabar menunggu kelanjutannya ya? Jangan lupa di-subscribe, dibintangin, dicendolin dan dikomentarin biar lapak ini rame kayak pasar baru, hehehe ...😊😊😊