- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
MANIFESTO PELAKU TRAGEDI PENEMBAKAN JAMAAH SHOLAT JUMAT DI NEW ZEALAND (15/03/2019)


TS
ochuqueena
MANIFESTO PELAKU TRAGEDI PENEMBAKAN JAMAAH SHOLAT JUMAT DI NEW ZEALAND (15/03/2019)
Manifesto Pelaku
Sebelum kejadian penembakan masjid (Jumat,15/03/2019) di Selandia Baru, New Zealand. Pelaku sempat memposting Manifesto sebagai pernyataan sikap yang ia bagikan di laman akun Twitter miliknya.
Pria yang diketahui sebagai pemilik akun bernama Brentont Tarrant ini menyebutkan dirinya tidak menyukai Islam dan membenci mereka yang (pindah agama) masuk islam. Tarrant menyebut para muallaf (yang pindah agama) sebagai "pengkhianat darah".
Ia mengatakan bahwa aksinya terinspirasi oleh beberapa penembak massal seperti Anders Breivik pada kejadian penembakan di Oslo dengan 77 orang korban di Norwegia pada 2011 lalu.
Penembakan yang semula ia targetkan (setelah menonton video di Facebook) di Masjid Dunedin, bagian selatan Christchurch. Berpindah ke Christchurch dan Linwood setelah ia mengunjungi masjid-masjid didaerah setempat.
Pelaku menuliskan; "Setelah mengunjungi beberapa masjid di Christchurch-Linwood dan melihat penodaan gereja yang telah dikonversi menjadi masjid di Ashburton, rencana saya berubah," "Masjid-masjid Christchurch dan Linwood memiliki lebih banyak 'penjajah'."
Serangan teroris di Stockholm pada April 2017 yang mengakibatkan seorang gadis (siswa sekolah Swedia Ebba Akerlund) terbunuh. Dan pelaku menjadikan peristiwa tersebut sebagau motivasi untuk melakukan 'serangan balasan' dengan sasaran yang berbeda.
Pelaku menambahkan bahwa dirinya adalah pendukung Donald Trump. Sebagai simbol identitas kulit putih yang diperbaharui dengab tujuan bersama. Ia menegaskan bahwa dirinya adalah seorang kulit putih biasa dengan keadaan ekonomi kelas pekerja berpenghasilan minim. Tetapi ia berani mengambil sikap untuk memastikan masa depan bagi rakyatnya.
"Kita harus memastikan keberadaan rakyat kita dan masa depan untuk anak-anak kulit putih," tulisnya.
Karena salah satu tujuan dari aksi kejamnya itu adalah untuk mengurangi tingkat imigrasi ke tanah eropa. Ia menegaskan bahwa dengan aksinya, "tidak ada tempat yang aman (terkhusus di lokasi tersebut)." Meski pada awalnya Selandia Baru bukan pilihan untuk menggencarkan serangan senjata oleh dirinya.
Pelaku menambahkan bahwa penembakan jamaah sholat jumat di Selandia Baru merupakan serangan balas dendam pada penjajah. Ia menganggap bahwa penjajah asing telah menyebabkan ratusan ribu kematian di tanah Eropa sepanjang sejarah. Tapi, haruskan serangan tersebut berpusat di Masjid?
Pelaku menambahkan; "Ribuan nyawa Eropa hilang akibat serangan teror di seluruh tanah Eropa." Dan aksinya dilancarkan "untuk perbudakan jutaan orang Eropa yang diambil dari tanah mereka olh budak-budak Islam", tulisnya.
Pada postingan selanjutnya, pelaku menambahkan foto senjata dan perlengkapan gaya militer (yang diduga digunakan pada saat penembakan terjadi) di akun Twitter miliknya. Dan diketahui bahwa postingan foto telah dihapus tepat sebelum serangan terjadi.
(AAS)
Sebelum kejadian penembakan masjid (Jumat,15/03/2019) di Selandia Baru, New Zealand. Pelaku sempat memposting Manifesto sebagai pernyataan sikap yang ia bagikan di laman akun Twitter miliknya.
Pria yang diketahui sebagai pemilik akun bernama Brentont Tarrant ini menyebutkan dirinya tidak menyukai Islam dan membenci mereka yang (pindah agama) masuk islam. Tarrant menyebut para muallaf (yang pindah agama) sebagai "pengkhianat darah".
Ia mengatakan bahwa aksinya terinspirasi oleh beberapa penembak massal seperti Anders Breivik pada kejadian penembakan di Oslo dengan 77 orang korban di Norwegia pada 2011 lalu.
Penembakan yang semula ia targetkan (setelah menonton video di Facebook) di Masjid Dunedin, bagian selatan Christchurch. Berpindah ke Christchurch dan Linwood setelah ia mengunjungi masjid-masjid didaerah setempat.
Pelaku menuliskan; "Setelah mengunjungi beberapa masjid di Christchurch-Linwood dan melihat penodaan gereja yang telah dikonversi menjadi masjid di Ashburton, rencana saya berubah," "Masjid-masjid Christchurch dan Linwood memiliki lebih banyak 'penjajah'."
Serangan teroris di Stockholm pada April 2017 yang mengakibatkan seorang gadis (siswa sekolah Swedia Ebba Akerlund) terbunuh. Dan pelaku menjadikan peristiwa tersebut sebagau motivasi untuk melakukan 'serangan balasan' dengan sasaran yang berbeda.
Pelaku menambahkan bahwa dirinya adalah pendukung Donald Trump. Sebagai simbol identitas kulit putih yang diperbaharui dengab tujuan bersama. Ia menegaskan bahwa dirinya adalah seorang kulit putih biasa dengan keadaan ekonomi kelas pekerja berpenghasilan minim. Tetapi ia berani mengambil sikap untuk memastikan masa depan bagi rakyatnya.
"Kita harus memastikan keberadaan rakyat kita dan masa depan untuk anak-anak kulit putih," tulisnya.
Karena salah satu tujuan dari aksi kejamnya itu adalah untuk mengurangi tingkat imigrasi ke tanah eropa. Ia menegaskan bahwa dengan aksinya, "tidak ada tempat yang aman (terkhusus di lokasi tersebut)." Meski pada awalnya Selandia Baru bukan pilihan untuk menggencarkan serangan senjata oleh dirinya.
Pelaku menambahkan bahwa penembakan jamaah sholat jumat di Selandia Baru merupakan serangan balas dendam pada penjajah. Ia menganggap bahwa penjajah asing telah menyebabkan ratusan ribu kematian di tanah Eropa sepanjang sejarah. Tapi, haruskan serangan tersebut berpusat di Masjid?
Pelaku menambahkan; "Ribuan nyawa Eropa hilang akibat serangan teror di seluruh tanah Eropa." Dan aksinya dilancarkan "untuk perbudakan jutaan orang Eropa yang diambil dari tanah mereka olh budak-budak Islam", tulisnya.
Pada postingan selanjutnya, pelaku menambahkan foto senjata dan perlengkapan gaya militer (yang diduga digunakan pada saat penembakan terjadi) di akun Twitter miliknya. Dan diketahui bahwa postingan foto telah dihapus tepat sebelum serangan terjadi.
(AAS)




anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
2.7K
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan