Kaskus

Story

YumnaAzaleaAvatar border
TS
YumnaAzalea
Cerbung: Tabita, Rasa di Ujung Masa
Cerbung Tabita, Rasa di Ujung Masa

Cerbung: Tabita, Rasa di Ujung MasaJam beker berbunyi, tepat pukul 03.00 dini hari. Suara alat masak yang beradu terdengar jelas dari dapur. Aroma bumbu yang ditumis pun menguar menggelitik hidung mancung Tabita. Segera gadis berambut hitam lurus sebahu itu bangun dan bergegas menuju dapur. Meninggalkan kamar seluas sembilan meter persegi, selimut hangat yang telah tertata rapi, dan kasur usang yang tertutup seprei berwarna terang.


Di ruang berukuran 4x4 meter, Tari, ibu Tabita, dengan sigap menyiapkan aneka masakan. Memasukkan sayuran ke dalam wajan yang berisi bumbu yang telah ditumis, mengaduk-aduknya sebentar kemudian meninggalkannya, beralih menyiapkan bumbu dan masakan lain. Tak mau kalah, Tabita segera mengambil gandum, membuat bumbu, dan mencampurnya dengan air. Dimasukkannya wortel yang telah diiris memanjang. Adonan bakwan telah siap. Tabita memanaskan wajan berisi minyak di atas kompor.  

Pukul 05.00 tepat, pecel, urap, tumis kangkung, sambal goreng krecek, lele goreng, ayam kecap, mendoan, bakwan,  dan aneka masakan lain siap untuk dijual. Ibu menyiapkan segala masakan itu ke dalam wadah-wadah alumunium dan meletakkannya di etalase di teras rumah. Dengan sigap, perempuan yang menginjak kepala lima itu melayani pembeli yang mulai berdatangan.

Sementara Tabita, menyiapkan teh hangat untuk Yadi, ayahnya. Laki-laki berperawakan kurus itu telah siap dengan topi bundar dan handuk kecil yang disampirkan di bahunya. Duduk di ruang tamu, mata cekungnya menatap gerak gerik istrinya dari balik jendela kaca. Rasa kasihan menyelimuti dirinya. Perempuan berdaster lusuh itu dulunya cantik jelita. Berambut hitam panjang sepunggung, kulitnya putih, hidung mancung dan bertubuh sintal. Sekarang, garis-garis lelah menghiasi wajah putihnya yang telah dipenuhi bintik penuaan. Tubuhnya kurus kering dimakan lelah. Bersamanya menanggung berat kehidupan yang serba kekurangan. Berprofesi sebagai tukang becak bukan pilihan yang ringan, tetapi yang terbaik. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan. Lahir di keluarga yang serba kekurangan membuatnya tak sempat mengenyam pendidikan. Kaki laki-laki berkulit sawo matang cenderung gelap itu bersilang, punggungnya bersender pada kursi rotan tua, setengah mati menahan keinginan menghisap rokok yang telah memberinya batuk menahun. Diseruputnya teh hangat itu.

Sejenak kemudian Tabita kembali ke hadapan ayahnya dengan senampan sarapan. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan yang sama. Bahkan diusianya yang masih belia harus rela bekerja keras demi orang tuanya. Saat gadis seusianya asyik berkumpul, bersenang-senang, berjalan-jalan, ia harus banting tulang.

“Yah, dimakan dulu!” Kata-kata Tabita membuat Yadi terkejut.

“Iya, Nak. Buruan, kamu siap-siap sekolah biar tidak terlambat!” gadis yang kini duduk di bangku kelas XI SMA itu mengiyakan dan segera bersiap-siap sekolah.

“Kak, aku duluan!” Aril, adik laki-laki Tabita, berpamitan padanya yang tengah bersiap-siap di kamar. Dengan seragam biru putih mengambil sepeda hybrid dan berlalu meninggalkan rumah.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
5
924
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan