Disetiap rangkaian peristiwa yang alami harus mau melalui urutan dari awal hingga berakhir ke proses hasil. Rangkaian proses awal hingga akhir harus dilalui agar memberikan hasil yang utuh.

Contohnya jika mau mendapatkan buah yang matang sempurna maka prosesnya dari berbunga, berbiji, berbuah mentah, setengah matang berakhir matang dimana semua prosesnya terjadi di pohon. Jika dipangkas dan dipaksa matang, misalnya di karbit maka kematangannya bisa saja sempurna -- tapi tentu tidak sesempurna matang di pohon -- bisa juga tidak matang bahkan busuk.

Begitupun dengan menulis, jika ingin matang menjadi seorang penulis -- terutama ingin menjadi penulis yang serius bukan asal-asalan -- maka harus mau melewati dari awal lalu menjalani proses yang berjalan terus hingga berakhir menjadi penulis yang matang, mumpuni, atau profesional.

Proses awal seorang penulis adalah menjadi penulis amatir -- saya suka membahasakan penulis pemula -- semua orang yang ingin menjadi penulis (serius) harus mau melewati tahapan amatir ini.

Pada tahap amatir ini proses awal bermula yang pastinya masih banyak kekurangan, kesalahan, hambatan, kesulitan bahkan untuk hal paling sederhana dalam menulis sekalipun.

Tetapi jika serius ingin menjadi penulis maka apapun yang dihadapi harus dijadikan pondasi penjejakan kepenulisan. Salah satu cara pembelajaran bagi penulis amatir adalah pengulangan. Bukan pengulangan kesalahan atau kekurangan tetapi jika ada kesalahan atau kekurangan maka diperbaiki lalu diulang kembali proses yang sudah lebih baiknya.

Saya punya cerita tentang pembelajaran dari pengulangan. Saya dapat dari film seri tayangan tentang seorang pawang anjing.
Herannya seorang pawang tetapi mengerti psikologi anjing. Bagaimana sang pawang menolong anjing yang bermasalah hingga menjadi anjing manis yang penurut dan stabil.

Salah satu metoda yang digunakan adalah pengulangan. Jika ada anjing yang bermasalah maka sang pawang akan melatih berulang-ulang sampai akhirnya anjing mengerti apa yang diinginkan sang pawang hingga si anjing terlepas dari masalah. Ternyata pengulangan membuat ajek dalam melakukan sesuatu.

Dari tontonan sang pawang anjing itu saya mendapat pembelajaran dan saya terapkan dalam kepenulisan bahwa pengulangan bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk mengokohkan jejak kepenulisan.

Untuk penulis amatir atau pemula seperti saya tingkat kesalahan dalam menulis pasti masih banyak. Baik kesalahan pemilihan tema, kaidah menulis yang sesuai PUEBI dan KBBI, kaidah penulisan suatu kategori bahkan untuk hal paling sederhana pun bisa dimungkinkan salah atau setidaknya kurang tepat, contohnya pemilihan kata.

Tapi apakah kalau masih amatir lalu karena tulisan yang masih banyak salah, tidak tepat, atau tidak jelas dalam membuat sebuah tulisan harus berhenti kegiatan menulisnya ? Tentu tidak boleh, karena jika berhenti proses pembelajarannya akan selesai.

Lakukan saja terus pengulangan, salah, menulis lagi, tidak tepat, menulis lagi, tidak jelas, menulis lagi. Jika terus melakukan pengulangan saya pikir akan memberikan hasil yang baik bahkan terbaik pada akhirnya.

Untuk menyempurnakannya maka jangan lupa membaca, belajar, dan harus mau memperbaiki agar tulisan menjadi lebih baik.

Penulis baik berawal dari penulis buruk yang tidak berhenti menulis dan belajar. Penulis profesional adalah penulis amatir yang tidak menyerah.

A professional writer is an amateur who didn't quit. (Richard Bach)

Maka jika sudah menerima tahapan awal sebagai penulis yaitu sebagai penulis amatir asal tidak melupakan kunci dalam menjalani yaitu dengan melakukan pengulangan dalam menulis, belajar, perbaiki, dan jangan menyerah.

Kalau ada yang bertanya," Anda amatir ?"
Saya akan jawab,"Iya."
Jika ditanya lagi," Anda akan menyerah ?"
Maka saya akan menjawab dengan mantap, " Tidak akan, enak saja !"

Amatir ? Tidak masalah ! Lakukan saja pengulangan, terus belajar, dan jangan menyerah.


Karla Wulaniyati untuk Kaskus
Karawang, Ahad 10 Maret 2019