Rabu, 6 Maret 2019 | 17:15 WIB



JAKARTA, KOMPAS. com - Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Afwah Mumtazah berharap Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan khusus bagi santriwati di Indonesia.

Hal itu dikemukakan usai 500-an aktivis perempuan bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (6/3/2019). Afwah adalah salah satu di antaranya.

"Perlu ada program khusus bagi santriwati. Karena kekuatan relasi dari kiai dan ustaz itu lebih dominan di pondok pesantren," ujar Afwah.

Kondisi tersebut mengakibatkan santriwati seringkali tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Padahal, santriwati juga mempunyai potensi yang besar untuk berkembang.

Kondisi ini ditambah latar belakang ekonomi para santriwati yang kurang. Dengan demikian, ketika seorang santriwati lulus dari pondok pesantren, ia tidak memiliki keterampilan khusus yang dibutuhkan dunia kerja.

"Pendidikan di pesantren kan untuk mengaji saja. Jadi ketika keluar, respons masyarakat tidak begitu bagus sebagaimana lulusan lain. Kecuali santriwati itu sampai ke tingkat kuliah," ujar Afwah.

"Sekarang ini, terutama di Cirebon daerah saya, banyak santriwati lulus lalu dia menjadi buruh migran di luar negeri. Kemudian ada juga yang jadi pedagang keliling. Kita enggak maulah ada yang begitu," lanjut dia.

Afwah menyarankan program khusus bagi santriwati adalah pendidikan sekaligus peningkatan keterampilan. Selain itu, ia juga berharap ada beasiswa pendidikan khusus bagi santriwati.

Afwah sangat mengapresiasi pertemuan aktivis perempuan dengan Presiden Jokowi. Ia sangat berharap pertemuan ini dapat berujung pada dikeluarkannya program-program pengembangan perempuan yang tepat sasaran.

"Dengan adanya pertemuan ini, Jokowi tahu persoalan dan kemudian memberikan peluang dan kesempatan bekerjasama dengan para ustaz-ustaz beserta kiainya untuk juga memberikan kesempatan kepada kami para perempuan," ujar dia.

Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor: Sabrina Asril

https://nasional.kompas.com/read/201...-kepada-jokowi