- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bertemu Jokowi di Istana Negara, Ulama Aceh akan Bantu Klarifikasi Soal...


TS
aldisitepu1
Bertemu Jokowi di Istana Negara, Ulama Aceh akan Bantu Klarifikasi Soal...

Presdien Jokowi berkumpul bersama dengan perwakilan ulama se-Provinsi Aceh di Istana Negara. Jokowi meminta bantuan para ulama Aceh agar bisa meluruskan berita-berita miring tersebut.
Spoiler for Sumber Berita:
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo, Selasa (5/3/2019), bersilaturahim dengan ulama-ulama se-Provinsi Aceh di Istana Negara, Jakarta.
Silaturahim berlangsung tertutup dari media massa.
Perwakilan ulama, Teungku H. Nuruzzahri Yahya, usai silaturahim mengatakan, Presiden beserta rekan-rekannya membahas banyak hal dalam pertemuan yang diawali dengan salat berjamaah tersebut.
Salah satunya soal kabar bohong alias hoaks, fitnah, serta ujaran kebencian yang menerpa dirinya.
"Pak Jokowi sedang banyak musibah di hoaks sana sini. Ini bisa memecah belah umat," ujar Yahya.
Beberapa isu miring yang menerpa Jokowi yakni, Jokowi anti-Islam, Jokowi mengkriminalisasi ulama, Jokowi adalah antek asing dan aseng, serta Jokowi adalah bagian Partai Komunis Indonesia (PKI).
Yahya beserta para ulama se-Aceh pun berkomitmen meneruskan klarifikasi itu ke masyarakat.
"Benar, kan memang kita mesti benarkan yang benar dan tidak benarkan yang salah," lanjut Yahya.
Meski demikian, ia membantah upaya meneruskan klarifikasi Jokowi ke masyarakat itu disebut sebagai salah satu bentuk kampanye demi meningkatkan elektabilitas Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.
"Kami bukan timses. Kami hanya akan menyampaikan, bagaimana kalau yang tidak benar itu nanti dibenarkan umat, apa jadinya?" ujar Yahya.
Selain soal klarifikasi sejumlah isu miring, Presiden Jokowi juga menyampaikan apa saja yang telah dikerjakan pemerintahannya selama 4,5 tahun terakhir.
Presiden juga menyampaikan apa yang akan dikerjakan pemerintahannya ke depan.
Pertemuan itu diikuti oleh 83 ulama. M
Mereka berasal dari 23 kota/ kabupaten yang berada di Aceh.
Baca: Viral Video Oknum Guru Nonton Film Dewasa di Kelas, Tak Sadar Tersambung Proyektor & Siswi Menjerit
Baca: Jembatan Blang Malu Rawan Kecelakaan, Dewan Pidie Minta Jembatan Dilebarkan
Pada pertemuan itu, tampak Surya Paloh yang memposisikan dirinya sebagai tokoh masyarakat Aceh memimpin para ulama tersebut bertemu presiden yang didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
"Membawahi pemikiran-pemikiran yang tergambar dari hati sanubari para tokoh masyarakat, para alim ulama, para abu yang telah tiba di Jakarta pada kemarin sore, pada hari ini kami ucapkan terimakasih, penghormatan kepada bapak (presiden) yang luar biasa dari kami semua," ucap Surya.
Surya Paloh yang juga merupakan Ketua Umum Partai NasDem menilai suguhan pihak Istana dalam memberikan sajian makanan kepada alim ulama dan tokoh masyarakat Aceh sungguh mengerti perasaan kami.
"Disuguhi makanan yang enak dan sebagian besar sama persis ciri-ciri khas makanan Aceh, ada nasi gurih, ada martabak, ada gule kambing, kari ayam dan sebagainya. Ini mulai memasuki suasana kebatinan kami yang begitu berbahagia pada siang ini," paparnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, para ulama dan tokoh masyarakat Aceh memiliki keinginan kemajuan bangsa ini tidak berhenti dan terus berkelanjutan untuk semakin mendekati tujuan kemerdekaan Indonesia.
"Itu artinya diperlukan suatu kepemimpinan yang terus menjalankan amanah seperti apa yang diharapkan rakyat dan masyarakat Indonesia," kata Surya.
Baca: Malangnya Nasib AirAsia, Dari Rugi Nyaris Rp 1 Triliun hingga Menghilang dari Traveloka Cs
Baca: Pengusaha Durian Cari Menantu untuk sang Putri, Berjanji Berikan Uang Rp4,4 M, 10 Mobil hingga Rumah
Pada kesempatan itu, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh membantah tudingan yang menyebut Presiden Joko Widodo anti Islam dan partai pendukungnya adalah partai pendukung penista agama.
Hal itu diungkapkan Surya Paloh dihadapan 105 ulama Aceh yang hadir di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2019).
Sekitar 105 ulama dan pimpinan pondok pesantren dari Aceh itu menggelar silaturahmi ke Kantor DPP Partai NasDem sebelum memenuhi undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana Negara.
"Bahkan, dari fitnah yang dihembuskan, disebutkan bahwa jika Jokowi terpilih kembali maka akan ada larangan azan di rumah ibadah. Jadi bagaimana kita bisa menerima akal sehat kita. Sekarang pun beliau presiden, kapan melarang azan. Tetapi fitnah ini jalan terus," kata Surya Paloh.
Surya Paloh mengatakan, yang perlu diketahui masyarakat adalah adanya kekuatan yang sepakat agar Jokowi tidak terpilih lagi.
Menurutnya, kondisi ini datang dari berbagai kekuatan yang mengatasnamakan umat Islam.
"Mereka menganggap merekalah yang sejatinya umat Islam, yang menguasai seluruh masjid-masjid. Kita buktikan, kalau dia (Jokowi) tidak anti Islam," kata Surya Paloh.
Dalam kesempatan itu, Surya Paloh mengakui, masalah utama dan serangan utama yang mampu ditujukan untuk bisa lebih meyakinkan setiap anggota masyarakat untuk tidak memilih Jokowi adalah dengan pendekatan meyakinkan masyarakat melalui upaya yang tidak terhormat.
"Fitnah, kebohongan. Itu upaya-upaya utama. Kalau upaya-upaya wajar, sebenarnya masyarakat diberikan kesempatan oleh KPU. Kita melihat debat yang ada di televisi misalnya. Ada dua kali debat, masyarakat bisa melihat visi, pikiran, dan kemampuan Jokowi," kata Surya Paloh.
Dirinya menjelaskan, dalam Pemilu kali ini, masyarakat Indonesia tampaknya diajak untuk menerima provokasi dan agitasi.
"Masyarakat kita diajak untuk menerima provokasi dan agitasi. Jadi, berulang kali dikatakan di mana saja yang menjadi trending juga dikatakan bahwa Jokowi PKI," kata Surya Paloh.
Padahal, lanjut dia, isu-isu tersebut sudah dibantah Jokowi, tetapi masih ada saja masyarakat yang memercayai dan menganggap isu-isu negatif tersebut sebagai sebuah kebenaran.
"Jokowi sudah membantahnya sudah lebih dari 77 kali, menurut saya. Bahkan kalau saya jadi Jokowi, sudah cukuplah 77 kali membantahnya. Jangan sampai 78 kali, tidak bagus. Kenapa demikian? Karena ini sudah tidak perlu lagi dibantah. Logikanya sudah jelas peristiwa PKI itu terjadi pada 1965. Usia Jokowi baru 5 tahun. Bagaimana balita PKI, itu tidak masuk akal," kata Surya.
Dirinya menambahkan, bila masih ada masyarakat yang percaya isu-isu murahan tersebut, berarti memang sudah ada kelompok masyarakat yang kehilangan akal sehat dan hati nuraninya.
"Jadi kalau masyarakatnya masih mau menerima itu, ya kita mau bilang apa? Dia sudah tidak lagi datang dengan pendekatan akal sehat dan nurani dirinya," katanya.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Bertemu Jokowi di Istana Negara, Ulama Aceh akan Bantu Klarifikasi Soal Fitnah PKI dan Anti-Islam, http://aceh.tribunnews.com/2019/03/0...slam?page=all.
Editor: faisal
Silaturahim berlangsung tertutup dari media massa.
Perwakilan ulama, Teungku H. Nuruzzahri Yahya, usai silaturahim mengatakan, Presiden beserta rekan-rekannya membahas banyak hal dalam pertemuan yang diawali dengan salat berjamaah tersebut.
Salah satunya soal kabar bohong alias hoaks, fitnah, serta ujaran kebencian yang menerpa dirinya.
"Pak Jokowi sedang banyak musibah di hoaks sana sini. Ini bisa memecah belah umat," ujar Yahya.
Beberapa isu miring yang menerpa Jokowi yakni, Jokowi anti-Islam, Jokowi mengkriminalisasi ulama, Jokowi adalah antek asing dan aseng, serta Jokowi adalah bagian Partai Komunis Indonesia (PKI).
Yahya beserta para ulama se-Aceh pun berkomitmen meneruskan klarifikasi itu ke masyarakat.
"Benar, kan memang kita mesti benarkan yang benar dan tidak benarkan yang salah," lanjut Yahya.
Meski demikian, ia membantah upaya meneruskan klarifikasi Jokowi ke masyarakat itu disebut sebagai salah satu bentuk kampanye demi meningkatkan elektabilitas Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.
"Kami bukan timses. Kami hanya akan menyampaikan, bagaimana kalau yang tidak benar itu nanti dibenarkan umat, apa jadinya?" ujar Yahya.
Selain soal klarifikasi sejumlah isu miring, Presiden Jokowi juga menyampaikan apa saja yang telah dikerjakan pemerintahannya selama 4,5 tahun terakhir.
Presiden juga menyampaikan apa yang akan dikerjakan pemerintahannya ke depan.
Pertemuan itu diikuti oleh 83 ulama. M
Mereka berasal dari 23 kota/ kabupaten yang berada di Aceh.
Baca: Viral Video Oknum Guru Nonton Film Dewasa di Kelas, Tak Sadar Tersambung Proyektor & Siswi Menjerit
Baca: Jembatan Blang Malu Rawan Kecelakaan, Dewan Pidie Minta Jembatan Dilebarkan
Pada pertemuan itu, tampak Surya Paloh yang memposisikan dirinya sebagai tokoh masyarakat Aceh memimpin para ulama tersebut bertemu presiden yang didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
"Membawahi pemikiran-pemikiran yang tergambar dari hati sanubari para tokoh masyarakat, para alim ulama, para abu yang telah tiba di Jakarta pada kemarin sore, pada hari ini kami ucapkan terimakasih, penghormatan kepada bapak (presiden) yang luar biasa dari kami semua," ucap Surya.
Surya Paloh yang juga merupakan Ketua Umum Partai NasDem menilai suguhan pihak Istana dalam memberikan sajian makanan kepada alim ulama dan tokoh masyarakat Aceh sungguh mengerti perasaan kami.
"Disuguhi makanan yang enak dan sebagian besar sama persis ciri-ciri khas makanan Aceh, ada nasi gurih, ada martabak, ada gule kambing, kari ayam dan sebagainya. Ini mulai memasuki suasana kebatinan kami yang begitu berbahagia pada siang ini," paparnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, para ulama dan tokoh masyarakat Aceh memiliki keinginan kemajuan bangsa ini tidak berhenti dan terus berkelanjutan untuk semakin mendekati tujuan kemerdekaan Indonesia.
"Itu artinya diperlukan suatu kepemimpinan yang terus menjalankan amanah seperti apa yang diharapkan rakyat dan masyarakat Indonesia," kata Surya.
Baca: Malangnya Nasib AirAsia, Dari Rugi Nyaris Rp 1 Triliun hingga Menghilang dari Traveloka Cs
Baca: Pengusaha Durian Cari Menantu untuk sang Putri, Berjanji Berikan Uang Rp4,4 M, 10 Mobil hingga Rumah
Pada kesempatan itu, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh membantah tudingan yang menyebut Presiden Joko Widodo anti Islam dan partai pendukungnya adalah partai pendukung penista agama.
Hal itu diungkapkan Surya Paloh dihadapan 105 ulama Aceh yang hadir di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2019).
Sekitar 105 ulama dan pimpinan pondok pesantren dari Aceh itu menggelar silaturahmi ke Kantor DPP Partai NasDem sebelum memenuhi undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana Negara.
"Bahkan, dari fitnah yang dihembuskan, disebutkan bahwa jika Jokowi terpilih kembali maka akan ada larangan azan di rumah ibadah. Jadi bagaimana kita bisa menerima akal sehat kita. Sekarang pun beliau presiden, kapan melarang azan. Tetapi fitnah ini jalan terus," kata Surya Paloh.
Surya Paloh mengatakan, yang perlu diketahui masyarakat adalah adanya kekuatan yang sepakat agar Jokowi tidak terpilih lagi.
Menurutnya, kondisi ini datang dari berbagai kekuatan yang mengatasnamakan umat Islam.
"Mereka menganggap merekalah yang sejatinya umat Islam, yang menguasai seluruh masjid-masjid. Kita buktikan, kalau dia (Jokowi) tidak anti Islam," kata Surya Paloh.
Dalam kesempatan itu, Surya Paloh mengakui, masalah utama dan serangan utama yang mampu ditujukan untuk bisa lebih meyakinkan setiap anggota masyarakat untuk tidak memilih Jokowi adalah dengan pendekatan meyakinkan masyarakat melalui upaya yang tidak terhormat.
"Fitnah, kebohongan. Itu upaya-upaya utama. Kalau upaya-upaya wajar, sebenarnya masyarakat diberikan kesempatan oleh KPU. Kita melihat debat yang ada di televisi misalnya. Ada dua kali debat, masyarakat bisa melihat visi, pikiran, dan kemampuan Jokowi," kata Surya Paloh.
Dirinya menjelaskan, dalam Pemilu kali ini, masyarakat Indonesia tampaknya diajak untuk menerima provokasi dan agitasi.
"Masyarakat kita diajak untuk menerima provokasi dan agitasi. Jadi, berulang kali dikatakan di mana saja yang menjadi trending juga dikatakan bahwa Jokowi PKI," kata Surya Paloh.
Padahal, lanjut dia, isu-isu tersebut sudah dibantah Jokowi, tetapi masih ada saja masyarakat yang memercayai dan menganggap isu-isu negatif tersebut sebagai sebuah kebenaran.
"Jokowi sudah membantahnya sudah lebih dari 77 kali, menurut saya. Bahkan kalau saya jadi Jokowi, sudah cukuplah 77 kali membantahnya. Jangan sampai 78 kali, tidak bagus. Kenapa demikian? Karena ini sudah tidak perlu lagi dibantah. Logikanya sudah jelas peristiwa PKI itu terjadi pada 1965. Usia Jokowi baru 5 tahun. Bagaimana balita PKI, itu tidak masuk akal," kata Surya.
Dirinya menambahkan, bila masih ada masyarakat yang percaya isu-isu murahan tersebut, berarti memang sudah ada kelompok masyarakat yang kehilangan akal sehat dan hati nuraninya.
"Jadi kalau masyarakatnya masih mau menerima itu, ya kita mau bilang apa? Dia sudah tidak lagi datang dengan pendekatan akal sehat dan nurani dirinya," katanya.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Bertemu Jokowi di Istana Negara, Ulama Aceh akan Bantu Klarifikasi Soal Fitnah PKI dan Anti-Islam, http://aceh.tribunnews.com/2019/03/0...slam?page=all.
Editor: faisal
Hayuk, sama-sama tangkal hoaks...



1
2.2K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan