Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

YulianAnggitaAvatar border
TS
YulianAnggita
Dunia Mentari
"Kok senyum-senyum sendiri neng??" tanya seorang ibu membuyarkan lamunanku. Tanpa menjawab sepatah katapun kutinggalkan ibu itu dalam tatapan penuh tanya. Diam-diam aku masih menahan tawa dalam hati saat teringat akan lamunanku tadi.

Tapi seketika aku berhenti. Terhenyak melihat sosok yang menatapku sambil mengukir senyuman lebar bak ombak besar yang siap menyapu daratan. Oh....tatapan itu membuat hatiku seketika meleleh melihatnya. Tak mampu kutahan lagi. Kuhampiri Reno yang sedari tadi menahan agar senyumnya mendapat balasan.

"Sayang......" sapaku. Ya...Reno adalah calon suamiku. Kami dijodohkan. Tidak seperti kebanyakan cerita-cerita di tivi, banyak yang tak suka dengan perjodohan. Tak mau karena merasa tak bebas menentukan pilihan sendiri. Merasa seperti jaman siti nurbaya. Dan lain-lain alasan yang membuat mereka tak suka dijodohkan.

Tapi kami, aku dan Reno menerima perjodohan ini dengan senang hati. Entah mengapa Reno mau menerima perjodohan ini, setiap kali kutanya pasti tak ada jawaban dari mulut manisnya. Kalau aku, menerima perjodohan ini dengan alasan umurku yang sudah tak lagi belia. Untuk umurku yang sudah hampir kepala empat ini, siapa yang mau melamar dengan senang hati.

Entah Reno menerimaku dengan tulus mencintaiku atau hanyalah kasih kepadaku. Atau dia hanya ingin membuat orang tuanya bahagia dengan perjodohan ini. Entahlah.... Dan biarlah apapun yang menjadi alasannya. Yang penting aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatanku untuk membina biduk rumah tangga bersama orang yang tidak bisa dibilang biasa.

Reno, seorang bisnisman yang lumayan mentereng. Setiap orang melihatnya pasti akan terpesona melihat ketampanannya. Ia yang selalu tampak necis dan klimis. Tak pernah sekalipun terlihat muram atau bersedih. Yang tampak dari setiap raut wajahnya hanyalah senyuman. Tak ada kesedihan. Dan bahkan ia jarang sekali terlihat marah bahkan kepada bawahannya. So perfect.....and I am falling in love with him at the first sight.

Seakan menjadi seorang putri jika aku berjalan dengannya. Entah hanya makan siang atau sekedar jalan-jalan atau nonton ke bioskop. Ia pasti memperlakulanku sangat spesial. Selalu ada kejutan kecil, lalu setangkai mawar yang wangi dan perlakuan-perlakuan istimewa lainnya yang bikin jantung dag-dig-dug tak menentu.

Pernah suatu ketika aku hampir pingsan dibuatnya. Ia dekatkan wajahnya begitu dekat ke arah wajahku. Bahkan sangat dekat hingga aku mampu mencium nafasnya. Saat itu aku sampai menahan nafasku untuk beberapa saat. Ingin kupejamkan mata tapi tak sanggup kehilangan saat-saat indah yang akan tercipta. Kupikir ia akan mencium keningku. Tapi ternyata ia hanya mengacak rambutku sambil tersenyum lalu berkata I love U. Aku hanya bisa mendesah perlahan, mencoba tetap tersenyum sambil menyembunyikan wajah kecewaku. Dan memberi jawaban yang sama kepadanya sambil memeluknya. Saat itu Reno membalas pelukanku. Wangi tubuhnya saja masih terngiang di ujung hidungku.

Waktu pertunangan kita makin dekat. Sedekat hubungan kita yang terus kita bina. Aku, Mentari. Seorang wanita yang rindu untuk dicintai. Yang telah lama menanti sang pujaan hati. Menunggu untuk membagi suka dan duka di sisa hari. Aku, Mentari yang sebentar lagi akan menjadi nyonya Reno Sudrajat.

Semua persiapan sudah dilakukan untuk pertunangan kami. Beberapa hari menjelang pertunangan, Reno sedikit sibuk dengan pekerjaan kantornya. Tak banyak melakukan pertemuan denganku. Walau demikian, jika suatu ketika tak dapat menjemputku sepulang kerja, ia akan mengirimkan taxi untuk mengantarku pulang. Dan yang pasti, setiap pagi akan ada sekuntum mawar yang dikirim untuk membuat hatiku makin berbunga. Senyumku makin menggila dan pikiranku tak lagi waras. Yang ada di dalamnya hanyalah Reno. Tak lain. Hanya dia seorang. Ini semacam sihir dalam cinta.

Sehari lagi, dan kami akan resmi bertunangan. Tapi pagi ini, tak seperti pagi biasanya. Semua seperti hari baru yang tak biasanya kulewati. Tak ada sekuntum mawar yang mengetuk pintu rumahku, tak ada pesan singkat yang banyak bilang sayang, atau ajakan makan sianh romantis dari sang pangeran. Pagi ini seperti tak ada mentari yang terbit. Dunia pun seperti ikut suram karenanya.

Di atas meja tamu kulihat ada sebuah undangan. Tepatnya undangan pernikahan. Dan yang membuat duniaku kembali gelap adalah nama yang ada dalam undangan tersebut adalah Reno Sdrajat. Yang notabene adalah calon tunanganku. Tetapi di situ tertulis mempelai wanitanya bukanlah aku, Mentari Azura. Nama di situ adalah nama wanita lain. Aku seperti sedang ditampar ribuan tangan tepat di kedua pipiku. Aku seperti sedang dipermainkan keadaan.

------bersambung------

anasabila
anasabila memberi reputasi
7
849
16
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan