Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

RicogusmantoAvatar border
TS
Ricogusmanto
DARI HOBI MENJADI PROFESI: Cerita Sukses Anak Petani


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Salam Budaya.

Halo kaskuser dimanapun agan-agan berada.
Kali ini aku ingin membagikan pengalaman pribadi ku. Ini kisah yang aku alami. Semoga kisah ini dapat menginspirasi temen-temen semua.

Follow aku ya..
KASKUS KU
INSTAGRAM KU
YOUTUBE KU


Perkenalkan nama aku Rico Gusmanto. Aku berasal dari daerah yang bisa dibilang sedang berkembang dan berusaha untuk maju menjadi daerah yang kebih baik, yaitu Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Aku sekarang bekerja sebagai dosen seni musik karawitan di salah satu perguruan tinggi seni di Aceh. Bagaimana kisahku ??
Inilah kisah ku...

Aku dilahirkan dari sepasang orangtua yang sangat luar biasa pada tahun 1993. Saat ini tahun 2019, umurku sudah 26 tahun. Aku dibesarkan dari keluarga yang sederhana, bahkan untuk makan saja, bapak harus banting tulang dan keringat di kebun yang panas. Mamak (begitu panggilanku kepada ibu ku) hayalah seorang ibu rumah tangga. Aku adalah anak ke-3. Aku mempunyai seorang kakak perempuan (mbak) dan seorang kakak laki-laki (abang). Mbak cuma seorang OB di salah satu rumah sakit di daerah tempat tinggal ku, sedangkan abang hanya staff biasa di salah satu PT yang ada di daerah tempat tinggalku.

Aku mengenal seni dari abang. Tepatnya seni rupa. Ya.. setahu dan seingatku, abang sering bikin gambar di buku-buku tulis sekolah. Waktu itu umurku masih 5 tahun. Tepatnya aku sedang duduk dibangku Taman Kanak-kanak (TK). Seingatku, saat aku 5 tahun, abang pernah dirawat di rumah sakit karena menderita Demam Berdarah (DBD). Sambil terbaring dan diinfus, adek kesayangannya yang sering bikin jengkel (aku) tiba-tiba merengek untuk meminta membuatkan gambar di buku tulisku. Aku ingat. Waktu itu abang menggambar sosok perempuan yang sedang duduk di atas rumput. Akhirnya aku pun senang karena sekarang buku tulisku sudah ada gambarnya.

Tanpa sepengetahuan abang, aku iseng meniru gambar tersebut. Lalu abang kaget. Merasa tidak mungkin aku yang baru 5 tahun bisa membuat gambar yang cukup bagus (walaupun masih bentuk sketsa). Selang beberapa hari kemudian, aku menemukan sebuah buku kecil (aku lupa itu buku apa) yang ada gambar naga dicovernya. Gambar itu sangat detail, termasuk sisik naga nya yang detail. Kembali iseng, aku pun saat itu spontan meniru gambar tersebut. Voila !!!!! Kali ini bukan hanya abang, namun teman-temannya yang saat itu ada di rumah kaget melihat hasil kerjaku.

Singkat cerita, hingga aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) bakat tersebut semakin terasah dan semakin bagus. Namun dibalik itu, justru bakat ini menjadi momok tersendiri bagiku, karena aku malas belajar. Di kelas, aku hanya mencorat-coret buku pelajaran dengan berbagai gambar (kondisinya guru sedang mengajar di kelas). Di semua mata pelajaran, aku melakukan hal yang sama.

Saat itu aku kelas VII. Kami sedang belajar bahasa inggris. Ya, belajar itu bagi teman-temanku, aku? Tetap menggambar. Ternyata guruku saat itu mengawasi ku. Beliau menghampiriku. Mampus !!!!
Aku kaget bukan kepalang. Yang lebih kagetnya, ternyata dia tidak marah (seperti kebanyakan guru), dia tersenyum sambil berkata, "bagus ya gambarnya". Sontak satu kelas kaget karena aku tidak dimarahi guru yang menggambar saat pelajaran bahasa inggris. Beliau mengerti, bahwa inilah kemampuanku, inilah pelajaran yang seharusnya digenjot, inilah bakatku yang seharusnya dikembangkan. Tanpa malu, beliau memintaku suatu hal. "Boleh gak bapak minta tolong?", "ya,,boleh..apa Pak?", "Bapak minta tolong supaya kamu membuatkan bapak gambar yang besar tentang proses membuat nasi goreng, buat di kertas ukuran 2x2 meter ya.." ,, "buat apa Pak gambarnya?" ,, "nanti gambarnya buat bahan presentasi mengajar di kelas IX, tapi Bapak gak punya uang buat bayar gambar kamu, nanti bahan gambarnya Bapak yang beli deh."
Tanpa basa-basi lagi, aku menyetujui permintaan guruku. Dalam 1 malam, gambar tersebut selesai. Keesokannya aku bawa ke sekolah dan beliau langsung membawanya ke setiap kelas IX yang ia ajar. Sambil mengajar beliau berkata kepada siswa-siswa lain, "ini gambarnya si Rico, anak kelas VII 8. Bagus kan?"

Sejak itu aku dikenal oleh kakak kelas dan guru-guru lain. Singkat cerita, pada kelas VIII, aku ditunjuk pihak sekolah untuk mewakili sekolah sebagai peserta lomba lukis pelajar se Kabupaten. Ya, memang saat itu aku cuma meraih peringkat ke-II. Kejadian ini membuatku tahu, bahwa aku masih harus banyak belajar.

Tak terasa, aku sekarang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebiasaan menggambar dan malas belajar tetap aku pertahankan. Hahahaha.....
Perlahan pun, aku merasa bosan untuk menggambar. Kebetulan, guru kesenian SMA ku sedang merekrut anggota baru untuk ekskul musik tradisional. Aku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mencari hobi baru. Singkat cerita, aku pun terdaftar sebagai anggota ekskul musik tradisional. Musik tradisional yang pertama aku pelajari adalah Talempong Pacik (temen-temen bisa search apa itu talempong pacik). Dibanding temen-temen lain, aku adalah siswa yang cukup cepat belajar bermain talempong, karena sejak kelas 6 SD aku udah bisa main gitar walaupun nyanyiin lagu "Mimpi Yang Sempurna-Peterpan".

Aku menemukan suatu kehidupan yang baru di hobi musik. Ya, tentu saja. Dengan bermain musik talempong setidaknya aku bisa dapat tambahan uang jajan (meskipun Rp 20.000) dan nasi bungkus gratis. Aku dan teman-teman lain sering bermain talempong dalam penyambutan tamu VIP di sekolah dan tingkat Pemerintah Daerah. Dan ternyata itu dibayar, iya...dapet duit. Itu adalah hasil keringat aku yang pertama.

1 tahun berlalu, datanglah seorang guru seni baru. Beliau baru lulus PNS 2010 dan ditempatkan di sekolahku. Panggil saja beliau Pak Ucok. Pak Ucok adalah lulusan Prodi Seni Karawitan, Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Seni karawitan itu bisa juga disebut seni musik nusantara. Sejak kedatangan beliau, Pak Ucok memperkenalkan banyak alat musik tradisional, ya ini adalah pengalaman baru. Ternyata musik tradisional itu kaya banget. Beraneka ragam. Singkat cerita, aku pun semakin tertarik mempelajari berbagai alat musik tradisional. Pak Ucok bagaikan OASIS di tengah gurun. Bagaimana tidak, di saat sekolahku gagal dalam prestasi lain, kami (para pejuang musik tradisi) membawa prestasi di bidang musik tradisional talempong kreasi. Kami sering, bahkan 3 tahun berturut-turut menjadi pemenang festival Talempong Kreasi tingkat Pelajar dan umum se-Kabupaten.

Singkat cerita, aku dan Pak Ucok semakin dekat. Diluar sekolah, kita sering diskusi mengenai musik dan rencana kuliah. Sebagai catatan, aku adalah penerima PMDK di salah satu perguruan tinggi favorit di Sumatera. Orang tua ku juga berkeinginan anaknya masuk kedokteran. Namun semua itu bertolak belakang dengan jiwa ku. PMDK dan kedokteran aku GAGALKAN. Bukan sombong, tapi inilah hidup. Kita harus berani memilih dan mengetahui segala resiko.

Kaget dan marah luar biasa orang tua ku saat anaknya tahu mendaftar kuliah di ISI Padangpanjang. Terkusus bapak. Bapak sangat kecewa melihat anaknya mendaftar di perguruan tinggi seni. Ya, memang, sedikit banyak nya, Pak Ucok sengaja atau tidak sengaja telah memberiku virus-virus kesenimanan.

Saat itu aku pergi sejenak dari rumah untuk menenangkan pikiran sehabis dimarahi bapak. Aku bertemu dengan beberapa guru di sekolah. Semua guruku kecewa mengetahui keputusanku mendaftar di ISI Padangpanjang. MEMANGNYA SENI ITU KENAPA? SALAH AKU KALO KULIAH DI SANA?

Aku ngerti bapak kecewa.

Orang tua mana yang gak mau anaknya jadi dokter.

Aku ngerti, kuliah di seni aku mau jadi apa? Apa lagi aku ambil jurusan seni karawitan. Mau jadi apa nanti? Mau jadi pemain gendang? Mau jadi peniup saluang?

Aku bagaikan di sidang saat itu.

Namun, aku tetap mempertahankan pilihan ku. Bukan karena nasi sudah jadi bubur. Tapi ini PRINSIP.
Setelah berdebat panjang, akhirnya keluarga ku mengalah. Bapak mengalah. Cuma 1 pesan beliau,:

"pergilah nak, kuliahlah di sana, tapi jangan sesekali kau pulang bilang KECEWA UDAH KULIAH DI SANA. Kalau kau pulang ke rumah ini bilang nyesal, kau gak usah pulang ke rumah."

Bapak adalah orang yang keras. Beliau memegang prinsip hidup yang tak ingin menjilat ludahnya sendiri. Prinsip ini tertanam di benak ku. Kata-kata bapak menjadi sugesti yang sangat berbahaya. Kata-kata itu sangat menakutkan, namun bisa juga menjadi motivasi.

Singkat cerita, sekarang aku adalah mahasiswa baru. Angkatan 2011. Ya aku kuliah tahun 2011. Namun sial. Ternyata banyak mata kukiah praktik instrumen yang aku gak ngerti. Instrumen musik ini aneh-aneh. Aku belum pernah melihat alat musik ini sebelumnya. Ketakutan pun muncul. Ternyata kukiah di musik tradisional itu SUSAH.
Ntah kenapa, aku jadi takut kuliah. Iseng, aku mengambil kertas dan pensil, mencoba menggali emas yang pernah aku timbun. Perlahan ku oret-oret kertas tersebut dan hasrat menggambarku kembali muncul. Sial !!!!!!!!! Di saat seperti ini kenapa aku malah berfikiran untuk pindah jurusan ke seni rupa. Sial memang. Kalut. Galau.


*Gambar tahun 2011


Tiba-tiba aku berfikir bijak.
"Kenapa harus pindah jurusan? Ini kan gudang nya para seniman. Mending tetep di karawitan, soal gambar kan bisa belajar ma anak seni rupa....."

Akhirnya aku bertahan.
Selang beberapa waktu. Aku bertemu sosok wanita yang mengubah hidupku. Dari aku malas ngampus hingga aku menjadi bintang kampus. Wanita itu bernama Windy.
Ya dia lah saat itu teman yang mengerti keadaan ku. Dia selalu memberikan motivasi agar aku mau berproses dan latihan, karena seni itu terapan, skill, dan rasa. Semua itu harus dilatih.

1 tahun berlalu. Sekarang aku sudah semester III. YA..Windy masih setia dan sabar dalam membimbing dan memotivasiku. Di semester inilah awal karirku mulai menjadi nyata. Dari semester ini hingga akhi, aku menjadi salah satu mahasiswa yang sangat-sangat aktif bermain musik di kampus dan di luar kampus. Banyak pengalaman yang tidak bisa aku tuliskan satu persatu.

Tak terasa, aku sudah semester VIII. Semester akhir. Skripsi !!!!
Sebagai catatan, di perguruan tinggi seni, untuk menamatkan pendidikan, terbagi atas 2 jalur peminatan; (1) Minat pengkajian/skripsi, dan (2) Minat penciptaan/laporan karya dan kekaryaan. Jadi minat ini dipilih saat semester III. Bisa ditebak, aku ambil PENCIPTAAN. Dan bisa ditebak, siapa sosok yang selalu ada, membantu, memotivasiku dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini? Yap, WINDY. Mulai dari aku penelitian, hingga membuat karya, dan sidang kompre, Windy selalu ada di sampingku.

Akhirnya inilah saatku diwisuda .
Aku lulus dengan predikat CUMLAUDE. Aku tidak sendiri. Windy juga CUMLAUDE. Ya, tentu saja, Windy adalah mahasiswi Seni Tari di kampus ku. Kita berada di fakultas yang sama. Fakuktas seni pertunjukan.

Prestasi ini menjadi suatu bukti bahwa aku TIDAK PERNAH MENYESAL KULIAH DI SENI.

Bapak menangis. Aku tahu bapak sekarang tidak lagi kecewa. Bapak menangis bahagia melihatku mencium bendera merah putih sambil memimpin pengucapan janji alumni. AKU BERHASIL PAK, MAK, ANAKMU CUMLAUDE. Sekarang aku sudah Sarjana. Ya, Sarjana Seni. Gelarku sekarang sudah ada; S.Sn.

Sehari setelah wisuda, ketakutan terbesarku muncul. MAU KERJA APA???

Seperti biasa, aku bertanya kepada Windy. Dia memberi saran agar aku, kita langsung lanjut ke program magister. S-2 !!!!
Hah,,, mau bayar SPP pake apa? S1 aja aku, kami, mengandalkan beasiswa. Kalo S2 kan mahal, biaya per-semester saja sudah 5,5 juta rupiah. Belum biaya hidup di rantau orang.

Setelah diskusi panjang. Kami pun memutuskan untuk lanjut ke S2. Kita bareng ambil S2 tetep di ISI PADANGPANJANG, di minat yang sama PENCIPTAAN SENI.
Alhamdulillah, rezeki itu selalu ada bagi hamba-Nya yang sabar dan mau berusaha. Kita sering dapet job bareng. Ya, kalo dia jadi pelatih tari, pasti aku yang buatin musik tari nya.

Job-job seperti ini selalu datang setiap tahun, sehingga kami pun bisa membayar uang kuliah dari hasil job tersebut hingga semester akhir, semester IV. Masalah baru pun muncul.
Sial. Di angkatanku, angkatan 2015. Mahasiswa penciptaan harus ujian pertunjukan DI LUAR KAMPUS. Aku terpaksa ujian di Kabupaten Pasaman Barat, karena aku mengambil objek seni di daerah itu.

*Sebagai catatan, ujian penciptaan seni itu membutuhkan biaya yang banyak. Untuk apa? Produksi !!! Kita harus membiayai seluruh tim, termasuk musisi, tim artistik, kostum, sewa mobil, penginapan dosen, dan lain-lain. Percaya gak percaya, 1x ujian itu, mahasiswa S2 penciptaan seni, khususnya pertunjukan seni, bisa mengeluarkan dana seharga 1 unit rumah.
emoticon-Wow

Aku stres.

Kemana harus cari duit sebanyak itu. Sponsor??? Susah brooo, ujian nya pertengahan tahun, mana ada sponsor yang mau.

Aku kembali menyusahkan orang tua.
Bapak sampai jual kebun demi kuliah aku.
Ya mau bagaimana lagi, kalo aku cuti, toh tahun depan juga gak bakal terkumpul duit sebanyak itu. Aku memang egois. Aku hanya berpikir agar cepat tamat.
"Pak, aku njalok maaf yo pak, gara-gara aku kebon e bapak malah didol. Aku nyusahke wae dadi anak."

Tapi aku tidak melihat wajah sedih di muka Bapak. Oiya, Bapak mana sih yang mau menunjukan wajah sedihnya di depan anak nya. Aku tau. Bapak sedih harus menjual kebun. Belum memikirkan "besok mau makan apa?"

Tapi aku janji Pak, aku akan lulus dengan baik. Duit hasil jual kebun itu akan aku manfaatin sebaik mungkin.

Ya... aku lulus. Lulus dengan prediket CUMLAUDE.
S1 & S2 ku CUMLAUDE.
Gelarku bertambah lagi. Sekarang aku menjadi Magister Seni (M.Sn).
Alhamdulillah ya Allah...

Tentu saja, di cerita yang lain, Windy juga lulus dengan prediket CUMLAUDE.



*Aku dan Windy saat wisuda S2 tahun 2017


Sama seperti yang lain, setelah wisuda, MAU KERJA APA ????
pertanyaan ini sangat menakutkan.
Alhamdulillah, 1 hari setelah wisuda, pemerintah membuka CPNS 2017. Kita berdua mendaftar formasi dosen seni. Namun, belum rezeki.



Januari 2018. Kami (aku dan windy) memutuskan untuk merantau. Yahhh...walaupun ijazah S2 gak laku, setidaknya kami kerja masih dijalur profesi kesenimanan. Kami berangkat ke Bintan, Kep. Riau. Aku menjadi musisi tradisi, dan Windy menjadi penari tradisi. Pelik memang.
Mahal-mahal kuliah cuma untuk menjadi seniman.

6 bulan berlalu. Juli 2018. Kami memutuskan untuk pulang ke Sumatera Barat. Aku di Pasaman Barat, sedangkan Windy di Kota Padang. Ya, ijazah kami TIDAK LAKU. S2 itu SUSAH DAPAT KERJA.
Setelah pulang, akhirnya kami kembali dipertemukan di 1 job yang sama untuk menggarap Tari Masal (termasuk 2 teman lain). Alhamdulillah, proyek nya lumayan. Kita menggarap sampai bulan November.

Ya..kalian pasti tahu kalo PNS 2018 itu dibuka kan??
Kami kembali mendaftar di formasi dosen seni. Namun sayang, tetap gagal pada tes tahap I.

Akhirnya, kami memutuskan untuk membuka SANGGAR TARI NUSANTARA pada bulan desember. Seluruh gaji proyek tari masal, kami habiskan untuk membangun sanggar.

Alhamdulillah sanggar kami maju dengan pesat.

{thread_title}



DESEMBER 2018. Diluar dugaan, ternyata ada keputusan dan peraturan baru mengenai CPNS 2018. SISTEM RANGKING.
Alhamdulillah.........aku lolos ke tahap SKB.
Sontak seluruh keluarga kaget dan ikut senang.
Mereka semua mendukung.
Tapi, lagi-lagi cobaan datang. Dapet duit dari mana untuk beli tiket pergi tes???? Kondisinya saat itu sudah dekat natal. Sementara harus naik pesawat karena mendadak dan mepet.
Namun, alhamdulillah, sanggar telah memberiku jalan. Allah itu maha adil.
Aku berangkat.

JANUARI 2019. Sambil menunggu hasil CPNS. Aku tetep aktif di sanggar. Adek-adek di sanggar juga seneng. Alhamdulillah, walaupun nggak terlalu besar, tapi sanggar ini menjadi usaha kami sekarang, kami bisa menghasilkan rezeki dari sanggar ini.

Pagi hari di suatu minggu, teman dari ujung sumatera memberi kabar via whatsapp, "Rico, selamat kamu lulus PNS....."

Sontak aku terbangun. Tidak percaya.
Aku langsung membuka website kemenristekdikti dan membaca pengumuman.
Ya.... aku LULUS. Aku lulus sebagai Dosen Seni berstatus PNS.
Alhamdulillah ya Allah.... engkau telah menjawab semua doa ku.

Langsung saja, aku mengabari bapak dan mamak. Pak....Mak......aku lulus PNS......
Mamak spontan memelukku.
Karena kondisi saat itu aku baru bangun tidur dan belum cuci muka, aku pun pamit ke kamar mandi untuk cuci muka. Namun, aku malah menangis tersedu-sedu di kamar mandi. Aku gak tahan lihat raut wajah kedua orang tua ku. Wajah tangis gembira mereka. Berkali-kali aku keluar masuk kamar mandi untuk menangis.




Sekian curhatan aku.
Tidak ada yang sia-sia di jalan Allah.
Percaya kekuasaan-Nya.

Jangan takut pengangguran setelah tamat kuliah.
Kuliah itu mengajarkan kita agar dapat mengaplikasikan ilmu. Bukan untuk cari kerja. Walaupun salah satu syarat kerja itu adalah kuliah.
Ijazah hanya bukti tamat temen-temen.
Pekerjaan itu kita yang ciptakan atas ridho Allah.

PNS itu bonus, Wirausaha itu kemandirian.

EITTSSSSSSSSSS...........udah habis???? Gimana dong cerita Windy yang sejak awal nemanin kamu???

KALIAN TEBAK SENDIRI ENDINGNYA DARI GAMBAR DI BAWAH YA...
emoticon-Malu
0
1.2K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan