- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sadness And Sorrow 🔥(Part 1)


TS
agungzlx
Sadness And Sorrow 🔥(Part 1)
Gue selalu percaya dan yakin bahwa disetiap kehidupan ini nantinya akan ada sesuatu hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya, entah itu musibah atau anugerah semua tersimpan rapi dalam rahasia Tuhan. Roda kehidupan pasti akan selalu berputar, terkadang kita berada diatas, dan terkadang lagi kita berada dibawah.
Setiap orang pastinya memiliki peranan masing-masing dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini. Ada yang datang sebentar kemudian pergi hilang entah kemana, ada juga yang selalu hadir untuk menguatkan ujian dalam hidup ini, menopang semangat untuk meraih mimpi-mimpi kita. Semua orang memiliki kriterianya sendiri, yang jelas gue ucapkan banyak terimakasih untuk semua yang pernah hadir dalam kehidupan gue, ataupun yang akan datang dalam kehidupan gue nantinya.
Cerita ini berawal dari tahun 2013, dimana gue adalah orang yang masih awam belum mengerti tentang arti kehidupan yang sebenarnya, masih berfikir secara labil dalam menghadapi suatu masalah. Wajar hari ini gue baru lulus dari SMK, rencananya setelah ijasah keluar gue memutuskan untuk pergi merantau mencari pekerjaan di Jakarta ikut sahabat gue.
Setelah menunggu sekian lama, ijasah gue keluar juga, gue menyibukkan diri untuk mempersiapkan semuanya. Dari membeli tiket, melegalisir ijasah, nulis lamaran dan sembarang tetek mbengeknya.
Singkat cerita sore ini gue sudah dalam perjalanan ke stasiun untuk berangkat ke Jakarta. Semua persiapan sudah beres, akhirnya gue melangkah masuk ke gerbong untuk mencari kursi yang tertulis sesuai nomor yang tertulis dalam tiket.
Diperlajanan itu gue selalu membayangkan sesuatu, tentang kehidupan baru yang akan gue mulai dari sekarang, gue selalu berharap dan berdoa agar nantinya akan ada sesuatu yang menyenangkan yang menghiasi kehidupan baru gue.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat lama dan akhirnya malam ini gue baru sampai di stasiun senen, dengan wajah yang kusam, capek, amburadul gue duduk disebuah kursi ditepi jalan sambil menyalakan satu batang rokok. Gue sengaja istirahat sebentar untuk melepas lelah sambil menatapi keindahan malam Kota Jakarta. Wajar jika gue terheran-heran dengan kota ini, soalnya baru pertama kali gue kesini.
Setelah istirahat beberapa menit gue mencari angkutan umum, yang nantinya akan membawa gue ke sebuah kos-kosan yang terletak di Jakarta selatan tepatnya di Kebayoran lama. Disana sudah ada sahabat yang menunggu, berbekal sebuah alamat akhirnya gue putuskan memesan sebuah taxi malam itu karena kata sahabat gue dari senen ke kebayoran lama naik turun angkutan umum, soalnya gue baru pertama kali takut kalau nyasar.
Suasana yang masih begitu ramai, kendaraan lalu-lalang berhamburan disetiap jalan mata memandang. Setelah cukup lama akhirnya gue sampai juga disebuah gang dengan alamat yang diberikan sahabatku lewat sebuah pesan.
"beep beep beep beep" Hp gue bergetar...
Andi: "Eh lo dah sampai mana bro?" Tanyanya lewat telepon.
Gue: "Baru aja nyampek, nih di gang depan kos lo, kesini kek jemput gue."
Andi: "Wah umur panjang lo, oke tunggu sebentar, gue jalan."
Gue: "Oke siyap 86."
Tidak lama kemudian andi datang berjalan menuju gang pembatas tepat dimana gue berdiri. Terlihat dari jauh andi berjalan menuju kesini.
Andi: "Wah akhirnya sahabat gue datang juga. Apa kabar lo bro?"
Gue: "Alhamdulilah sehat bro. Iya nih perjalanannya ngeselin capek, udah lama banget keburu lapar ni bro."
Andi: "Lo mau gak yang enak dimata kenyang diperut?" Andi menawarkan sesuatu ke gue.
Gue: "Ya maulah, tapi lo ya yang bayarin ya?" Sambil senyum ala-ala melas gue kedipin mata ke andi.
Andi: "Oke lah untuk malam ini gpp, karena lo baru nyampek jadi puasin aja makannya." Katanya dengan santai.
Akhirnya gue diajak kesebuah restoran ditepijalan entah apa namanya gue lupa, kelihatan ramai pengunjung malam ini. Setelah mencari meja kita duduk sambil memilih menu makanan yang kelihatannya cocok untuk selera malam ini. Sumpah gue udah gak tahan cacing di perut gue udah menari-nari.
Tiba-tiba ada seorang mbak-mbak pelayan cantik berpostur gitar somalia dengan rambut sebahu yang datang menghampiri meja kami.
Mbak: "Andi..." panggilnya dengan nada keras.
Andi: "Eh sari, Kebetulan nih ada lo, makan ada yang bayarin malam ini."
Mbak: "Enak aja lo, emanggnya ini punya bapak gue?" Tuturnya sewot.
Andi: "Ah lo ini gak kenal gue aja, gue bercanda kali sar, jangan ngegass napa sih."
Sari: "Iya-iya ndi gue paham, buruan mau pesen apa? Keburu habis entar nyesel."
Ketika ada kesempatan gue langsung nyaut pembicaraan mereka berdua. Padahal kenal juga enggak main saut aja. Keburu lapar soalnya..
Gue: "Gue pesen nasi goreng ayam minumnya es teh manis, gak pakek lama ya mbak." Sambil mengangkat jari keatas dengan muka semrawut dengan senyum yang agak kecut.
Andi: "Eh ni anak kenal aja belum main nyaut aja kaya tv." andi ketawa pelan sambil ngedipin mata ke arah gue.
Gue: "Kenalan kan bisa nanti bro, yang penting kita makan dulu, udah lapar banget bro." Tutur gue lemas.
Mbak: "Tu bener dengerin temen lo itu."
Andi: "Kalian kroyokan sih, kalah lagi kan gue, yaudah samain aja sar pesenan gue, ingat ya gpl."
Mbak: "Oke ditunggu ya."
Dan akhirnya pelayan cantik tadi pergi meninggalkan kami berdua.
Gue: "Eh bro gue mau tanya, lo kenal dengan mbak yang tadi itu?" Tanyaku penasaran.
Andi: "Kenal lah bro, itu mbaknya ngekos di sebelah kamar gue, cantik ya orangnya?"
Gue: "Yang bener bro? Pantesan lo betah di Jakarta ini alasannya, lumayan cantik sih diatas rata-rata." Jawab gue dengan ketawa nakal.
Andi: "Bener lah ngapain juga bohong, lo lihat aja nanti kalau perlu lo tungguin depan kamarnya."
Gue: "Ogah lah ngapain juga? Mending tidur udah capek."
Andi: "Awas ya kalau nanti gue keluar ngobrol sama sari lo jangan ikut." Sambil ketawa jahat ngedipin mata dua kali ke gue.
Gue: "Ya tidak bisa, gue harus ikut biar tau perkembangan dan keamanan kos ini." Jawab gue dengan nada tinggi.
Andi: "Mau jadi hansip lo?" Tanyanya ngegass.
Setelah setengah jam kita menunggu, tidak lama ditengah-tengah pembicaraan kami berdua yang tidak berpaedah ini, tiba-tiba mbak pelayan tadi datang mengantarkan pesanan kami.
Sari: "Pesanan sampai pesanan sampai." Sambil ketawa gak jelas sari menaruh piring dan gelas di meja kami satu persatu.
Andi: "Buset lama banget ya, masak di Kairo ya?" Tanya andi dengan enteng.
Gue: "Iya nih mbak lama amat." Gue juga ikut kompor.
Sari: "Maaf ya tadi rame orderan numpuk, nih buruan dimakan jangan bawel kaya ibu kost, gue balik dulu disana masih ada kerjaan, sampai jumpa di kos nanti ya."
Dan kamipun menjawab "Iya" secara spontan, dan setelah itu kita makan seperti orang yang kelaparan. Wajar lah gue udah nahan lapar hampir beberapa jam, dan ini saatnya melampiaskannya. Rasa masakannya juga enak mungkin karena dibayarin apa ya, suasana malam yang tenang dan damai ditambah pemandangan dengan waiters yang kebanyakan perempuan semua. Ini mungkin yang dimaksut andi yang enak dimata kenyang diperut.
Setelah selesai makan kami berjalan lagi menuju kost yang nantinya jadi tempat tinggal gue disini. Jaraknya tidak begitu jauh, tinggal nyebrang jalan masuk gang belok kiri sampai deh di gerbang kos.
Kalau gue lihat kos disini campur, dilantai bawah kira-kira ada 10 kamar 2 dapur dan 2 kamar mandi. Dan di lantai dua ada 3 kamar 1 dapur dan 1 kamar mandi. Rata-rata penghuninya adalah anak kuliahan dan sebagian ada yang sudah berumah tangga.
Setibanya di depan kamar, andi menunjukkan sesuatu ke gue.
Andi: "Oke anak baru ini kamar kita, jangan lupa dijaga kebersihannya, setelah selesai merokok jangan buang sembarangan, masukkan ke dalam asbak yang sudah disediakan, gantung handuk basah selesai mandi disini, bangun tidur jangan lupa lipat selimut dibersihkan dan dirapikan." Sambil bergaya ala dosen killer andi melototin gue sambil nyengir kaya kesurupan siluman cicak.
Gue: "Mengerti pak dosen, ada lagi?" Gue pura-pura bertanya.
Andi: "Udah cukup itu aja bro, jangan bersih-bersih amat lah, yang penting nyaman." Tuturnya ngeselin.
Gue sudah tau sifat dan perilaku sahabat gue yang satu ini, memang dia kalau bicara suka asal nyolot sana nyolot sini, tapi dibalik itu semua dia adalah lelaki yang pintar, rajin menjaga kebersihan dimanapun dan kapanpun. Dan yang gue suka dari Andi adalah sifat humorisnya yang bikin suasan jadi lucu. Meski terkadang agak nyebelin tapi dia tetap menjadi sahabat gue yang selalu ada buat gue.
Malam ini terasa sangat melelahkan, setelah selesai berkemas barang bawaan, gue mau pergi mandi untuk hilangkan bau badan gue. Badan udah lengket kaya perangko gerah pokoknya amburadul.
Setelah selesai mandi gue sebenarnya udah capek mau cepat tidur, tapi gue masih penasaran dengan Sari yang katanya kamarnya ada disebelah gue ini. Dan tiba-tiba andi menawarkan sesuatu ke gue.
Andi: "Bro gue bikinin coklat panas ya?lo mau kan?" Tawarnya ke gue.
Gue: "Gak usah repot-repot bro, 1 gelas coklat panas kurang manis ya?" Gue naikin alis ke arah andi sambil mringis gak jelas kaya orang gila.
Andi: " --___-- "
Gue: "Cepetan buatin bro. Tunggu apa lagi?" Perintah gue sambil ngegass.
Andi: " Your jump is jumping down." katanya sambil melototin gue.
Gue: "Ikhlas gak ni? Bawel amat kaya wartawan lo bro."
Andi: "Iya iya iya ni lagi mau jalan, dasar biawak mesir." Sambil jalan keluar kamar dia ngatain gue lagi.
Jadi kalau mau buat mie atau kopi setidaknya kita perlu memasak air didapur terlebih dahulu. Namanya juga anak kos hidup serba adanya memang sudah biasa. Semua serba instan pokonya.
Sambil menunggu andi membuat coklat panas, gue duduk di balkon sambil menghisap sebatang rokok favorit gue. Menikmanti suasana malam yang sepi damai dan tenang rasa ngantuk seakan mulai hilang. Hembusan angin malam yang nikmat hadir dikala gelap dibawah sinar rembulan yang bercahaya malam ini.
Andi: "Nih coklat lo bro, hati-hati masih panas." Sambil nyodorin gelas ke gue.
Gue: "Terimakasih mas andi, masnya memang baik deh hehehe, eh kok bikin 3 coklatnya satunya buat siapa?" Gue penasaran.
Andi: "Baru tau ya kalau gue orang baik? Kemana aja si bang? Ya buat siapa lagi kalau bukan sari bro" Andi menjawab dengan nada datar.
Gue: "Udah tau dari jaman dulu kali bro, perhatian amat lo sama sari, jangan-jangan sari pacar lo ya?" Goda gue.
Andi: "Heh bangau darat, kalau ngomong yang bener dong, sebelum ada lo disini kita bertiga sering beginian tau, bikin cokelat, ngrumpi bareng sampai tengah malam, udah kaya ibu-ibu PKK aja bro." Andi ketawa keras sambil menarik hidungnya sendiri.
Gue: Gue terdiam sejenak, "Bertiga ? Satunya lagi siapa bro?" Gue terheran-heran.
Andi: " Satunya namanya dinda, dia bulan ini cuti balik kampung ke bandung, itu tu kamarnya." Sambil menunjuk ke kamar yang ada didepannya sari.
Gue: "Jadi selama ini lo hidup bertiga dong sama sari dan dinda?" Tanya gue.
Andi: "Iya mau gimana lagi, kita temenan akrab bro, sama-sama merantau sama-sama bersahabat tolong menolong."
Gue: "Enak banget hidup lo ya bro."
Andi: "Namanya juga rezeki nomplok bro." Sambil meminum segelas coklat dia nyengir ke gue.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari anak tangga dari bawah, sepertinya ada seseorang yang akan naik. Dan ternyata benar Sari sudah pulang ke kost.
Sari: "Halo semuanya mas mas ganteng." Tanpa dosa dia melambaikan tangan ke arah gue dan andi.
Andi: "Eh baru aja diomongin udah nongol, kaya hantu aja lo sar."
Sari: "Kalian habis ngomongin gue ya? Ngomongin apa sih?" Sari menatap kami dengan pose wajah yang manyun seakan ingin tau tentang obrolan kami barusan.
Andi: "PD amat sih lo sar, siapa juga yang ngomongin lo, eh kalian diem aja kaya patung kenalan kek, apa kek, kan pada belum kenal? Masak gue yang ngenalin." Andi seakan memberi kode lewat alis yang dia mainkan naik turun ke gue.
Dengan spontan gue langsung ngulurin tangan ke arah sari yang ada disamping gue.
Gue: "Nama gue wahyu sahabtnya andi mbak salam kenal ya."
Dan saripun membalas dan menjabat tangan gue.
Sari: "Gue sari mas, temen kostnya andi juga. Salam kenal juga ya." Dia tersenyum lembut kearah gue.
Dan andi berulah lagi, candaannya yang receh membuat kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal.
Andi: "Dan gue andi temennya sari dan wahyu anak kost sini juga." Dia memperkenalkan diri dengan gaya ala-ala banci dengan nada yang khas.
Gue: " Gue belum selesai bro kenalannya." Sahut gue.
Dan tanpa gue sadari sari kembali bertanya lagi ke gue.
Sari: "Mas wahyu baru sampai ya? Rumahnya mana?" Tanyanya ke gue.
Gue: "Iya mbak tadi baru sampai, terus mampir restoran tadi ketemu mbaknya, Saya asli surabaya mbak tetanggaan juga sama andi. La mbaknya asli mana?" Gue balik bertanya.
Sari: "Owh iya mas yang tadi kan, saya asli jogjakarta mas."
Andi langsung nyaut obrolan gue lagi.
Andi: "Gak usah mas mbak an kaliiii, lebay lo pada." Lagi-lagi kita tertawa bersama terpancing candaannya andi yang receh lagi.
Gue: "Iya iya bro jangan bawel." Dengan nada lemas gue mencoba turuti andi.
Sari: "Baik pak guru." Dan sari langsung ikut-ikutan menganggukkan kepalanya dua kali ke arah andi.
Andi: "Eh tu coklat panas lo sar, buruan minum gih keburu dingin." Suruhnya.
Sari: "Terimakasih ndi lo emang temen baik gue." Sari mencoba memuji andi.
Andi: "Kemana aja sih lo selama ini sar? Tidur lo?" Lagi-lagi dia ketawa jahat didepan sari, spontan kita bertiga ikut tertawa bersama-sama.
Sari: "Iya iya iya bossss, eh gue mandi dulu ya, kalian jangan tidur dulu, nanti gue gabung lagi." Sari berdiri dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Tidak lama lagi dia keluar membawa pakaian dan handuk yang digantung di pundaknya masuk menuju kamar mandi.
Andi: "Jangan lama-lama mandinya sar." Teriak andi.
Sari: "Bawel lo." Sari menjulurkan lidah ke arah andi."
Secara tidak langsung gue tertawa melihat tingkah konyol mereka berdua. Kalau gue perhatiin mereka kaya kucing dan tikus yang gak bisa akur. Tapi disisi lain mereka terlihat sangat dekat seperti saudara kandung sendiri. Gue disini masih baru dan belum mengenal sari sepenuhnya. Tapi gue yakin lambat laun nanti kita akan menjadi teman yang sangat dekat.
Andi: "Gue mau turun beli kacang buat camilan, lo nitip gak?" Tanyanya ke gue.
Gue: "Rokok Malb...... satu bungkus bro, yang warna merah ya, ni gue tambahin buat beli camilan yang lain." Gue mengulurkan uang ke tangan andi.
Andi: "Oke tunggu sebentar bro, lo jangan kemana-mana nanti sari kesini nyariin lo awas kalau gak ada." Perintahnya.
Gue: "Wartawan amat sih lo bro, buruan pergi lah." Gerutku padanya.
Andi pun berjalan menuruni tangga untuk pergi kesebuah minimarket yang letaknya tidak jauh dari kost ini. Paling jalan 10 menit sudah sampai.
Sudah hampir setengah jam andi belum juga kembali, gue coba telpon hp nya gak dibawa, di cas dalam kamar.
Lalu terdengar orang yang sedang membuka pintu.
Krekk.........
Sari: "Yu wahyu, andi mana?" Dengan gulungan handuk dikepalannya dia berjalan menuju kamarnya.
Gue: " Pergi ke Alf........ katanya cari kacang buat ngemil sar, hampir setengah jam lo, padahal Alf.... cuma depan gang sana tidak jauh kan?" Tanya gue.
Sari: "Andi memang perginya suka lama yu, gue pernah nitip nasi sama andi, sampai gue ketiduran sangking lamanya nunggu dia pulang. Gue masuk kamar bentar ya yu."
Gue: "Iya siyap kakak." Jawabku padanya.
Beberapa menit kemudian sari sudah siap ganti baju, dan duduk lagi disamping gue. Sungguh terlihat sangat cantik sari malam ini. Tubuh yang agak kecil dengan rambut sebahu yang diurai berterbangan ditiup angin malam ini. Aroma khas dari bau parfumnya begitu segar dan wangi.
Gue: "Kira-kira kemana ni bocah ya sar?" Tanyaku lagi.
Sari: "Mana gue tau yu, emang andi lagi sama gue apa?" Sari berbalik tanya ke gue.
Seketika itu kita terdiam sebentar sambil mencari obrolan yang berbobot nilai tinggi, mencari topik pembahasan yang enak buat dirundingkan malam ini. Kita mungkin agak malu karena baru aja kenal, gue pun memilih pertanyaan yang sewajarnya saja. Yang bersifat terbuka tidak yang aneh-aneh. Agar untuk kedepannya kita bisa menjadi teman akrab bahkan sahabat dekat yang selalu ada kapanpun dan dimanapun.
Setiap orang pastinya memiliki peranan masing-masing dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini. Ada yang datang sebentar kemudian pergi hilang entah kemana, ada juga yang selalu hadir untuk menguatkan ujian dalam hidup ini, menopang semangat untuk meraih mimpi-mimpi kita. Semua orang memiliki kriterianya sendiri, yang jelas gue ucapkan banyak terimakasih untuk semua yang pernah hadir dalam kehidupan gue, ataupun yang akan datang dalam kehidupan gue nantinya.
Cerita ini berawal dari tahun 2013, dimana gue adalah orang yang masih awam belum mengerti tentang arti kehidupan yang sebenarnya, masih berfikir secara labil dalam menghadapi suatu masalah. Wajar hari ini gue baru lulus dari SMK, rencananya setelah ijasah keluar gue memutuskan untuk pergi merantau mencari pekerjaan di Jakarta ikut sahabat gue.
Setelah menunggu sekian lama, ijasah gue keluar juga, gue menyibukkan diri untuk mempersiapkan semuanya. Dari membeli tiket, melegalisir ijasah, nulis lamaran dan sembarang tetek mbengeknya.
Singkat cerita sore ini gue sudah dalam perjalanan ke stasiun untuk berangkat ke Jakarta. Semua persiapan sudah beres, akhirnya gue melangkah masuk ke gerbong untuk mencari kursi yang tertulis sesuai nomor yang tertulis dalam tiket.
Diperlajanan itu gue selalu membayangkan sesuatu, tentang kehidupan baru yang akan gue mulai dari sekarang, gue selalu berharap dan berdoa agar nantinya akan ada sesuatu yang menyenangkan yang menghiasi kehidupan baru gue.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat lama dan akhirnya malam ini gue baru sampai di stasiun senen, dengan wajah yang kusam, capek, amburadul gue duduk disebuah kursi ditepi jalan sambil menyalakan satu batang rokok. Gue sengaja istirahat sebentar untuk melepas lelah sambil menatapi keindahan malam Kota Jakarta. Wajar jika gue terheran-heran dengan kota ini, soalnya baru pertama kali gue kesini.
Setelah istirahat beberapa menit gue mencari angkutan umum, yang nantinya akan membawa gue ke sebuah kos-kosan yang terletak di Jakarta selatan tepatnya di Kebayoran lama. Disana sudah ada sahabat yang menunggu, berbekal sebuah alamat akhirnya gue putuskan memesan sebuah taxi malam itu karena kata sahabat gue dari senen ke kebayoran lama naik turun angkutan umum, soalnya gue baru pertama kali takut kalau nyasar.
Suasana yang masih begitu ramai, kendaraan lalu-lalang berhamburan disetiap jalan mata memandang. Setelah cukup lama akhirnya gue sampai juga disebuah gang dengan alamat yang diberikan sahabatku lewat sebuah pesan.
"beep beep beep beep" Hp gue bergetar...
Andi: "Eh lo dah sampai mana bro?" Tanyanya lewat telepon.
Gue: "Baru aja nyampek, nih di gang depan kos lo, kesini kek jemput gue."
Andi: "Wah umur panjang lo, oke tunggu sebentar, gue jalan."
Gue: "Oke siyap 86."
Tidak lama kemudian andi datang berjalan menuju gang pembatas tepat dimana gue berdiri. Terlihat dari jauh andi berjalan menuju kesini.
Andi: "Wah akhirnya sahabat gue datang juga. Apa kabar lo bro?"
Gue: "Alhamdulilah sehat bro. Iya nih perjalanannya ngeselin capek, udah lama banget keburu lapar ni bro."
Andi: "Lo mau gak yang enak dimata kenyang diperut?" Andi menawarkan sesuatu ke gue.
Gue: "Ya maulah, tapi lo ya yang bayarin ya?" Sambil senyum ala-ala melas gue kedipin mata ke andi.
Andi: "Oke lah untuk malam ini gpp, karena lo baru nyampek jadi puasin aja makannya." Katanya dengan santai.
Akhirnya gue diajak kesebuah restoran ditepijalan entah apa namanya gue lupa, kelihatan ramai pengunjung malam ini. Setelah mencari meja kita duduk sambil memilih menu makanan yang kelihatannya cocok untuk selera malam ini. Sumpah gue udah gak tahan cacing di perut gue udah menari-nari.
Tiba-tiba ada seorang mbak-mbak pelayan cantik berpostur gitar somalia dengan rambut sebahu yang datang menghampiri meja kami.
Mbak: "Andi..." panggilnya dengan nada keras.
Andi: "Eh sari, Kebetulan nih ada lo, makan ada yang bayarin malam ini."
Mbak: "Enak aja lo, emanggnya ini punya bapak gue?" Tuturnya sewot.
Andi: "Ah lo ini gak kenal gue aja, gue bercanda kali sar, jangan ngegass napa sih."
Sari: "Iya-iya ndi gue paham, buruan mau pesen apa? Keburu habis entar nyesel."
Ketika ada kesempatan gue langsung nyaut pembicaraan mereka berdua. Padahal kenal juga enggak main saut aja. Keburu lapar soalnya..
Gue: "Gue pesen nasi goreng ayam minumnya es teh manis, gak pakek lama ya mbak." Sambil mengangkat jari keatas dengan muka semrawut dengan senyum yang agak kecut.
Andi: "Eh ni anak kenal aja belum main nyaut aja kaya tv." andi ketawa pelan sambil ngedipin mata ke arah gue.
Gue: "Kenalan kan bisa nanti bro, yang penting kita makan dulu, udah lapar banget bro." Tutur gue lemas.
Mbak: "Tu bener dengerin temen lo itu."
Andi: "Kalian kroyokan sih, kalah lagi kan gue, yaudah samain aja sar pesenan gue, ingat ya gpl."
Mbak: "Oke ditunggu ya."
Dan akhirnya pelayan cantik tadi pergi meninggalkan kami berdua.
Gue: "Eh bro gue mau tanya, lo kenal dengan mbak yang tadi itu?" Tanyaku penasaran.
Andi: "Kenal lah bro, itu mbaknya ngekos di sebelah kamar gue, cantik ya orangnya?"
Gue: "Yang bener bro? Pantesan lo betah di Jakarta ini alasannya, lumayan cantik sih diatas rata-rata." Jawab gue dengan ketawa nakal.
Andi: "Bener lah ngapain juga bohong, lo lihat aja nanti kalau perlu lo tungguin depan kamarnya."
Gue: "Ogah lah ngapain juga? Mending tidur udah capek."
Andi: "Awas ya kalau nanti gue keluar ngobrol sama sari lo jangan ikut." Sambil ketawa jahat ngedipin mata dua kali ke gue.
Gue: "Ya tidak bisa, gue harus ikut biar tau perkembangan dan keamanan kos ini." Jawab gue dengan nada tinggi.
Andi: "Mau jadi hansip lo?" Tanyanya ngegass.
Setelah setengah jam kita menunggu, tidak lama ditengah-tengah pembicaraan kami berdua yang tidak berpaedah ini, tiba-tiba mbak pelayan tadi datang mengantarkan pesanan kami.
Sari: "Pesanan sampai pesanan sampai." Sambil ketawa gak jelas sari menaruh piring dan gelas di meja kami satu persatu.
Andi: "Buset lama banget ya, masak di Kairo ya?" Tanya andi dengan enteng.
Gue: "Iya nih mbak lama amat." Gue juga ikut kompor.
Sari: "Maaf ya tadi rame orderan numpuk, nih buruan dimakan jangan bawel kaya ibu kost, gue balik dulu disana masih ada kerjaan, sampai jumpa di kos nanti ya."
Dan kamipun menjawab "Iya" secara spontan, dan setelah itu kita makan seperti orang yang kelaparan. Wajar lah gue udah nahan lapar hampir beberapa jam, dan ini saatnya melampiaskannya. Rasa masakannya juga enak mungkin karena dibayarin apa ya, suasana malam yang tenang dan damai ditambah pemandangan dengan waiters yang kebanyakan perempuan semua. Ini mungkin yang dimaksut andi yang enak dimata kenyang diperut.
Setelah selesai makan kami berjalan lagi menuju kost yang nantinya jadi tempat tinggal gue disini. Jaraknya tidak begitu jauh, tinggal nyebrang jalan masuk gang belok kiri sampai deh di gerbang kos.
Kalau gue lihat kos disini campur, dilantai bawah kira-kira ada 10 kamar 2 dapur dan 2 kamar mandi. Dan di lantai dua ada 3 kamar 1 dapur dan 1 kamar mandi. Rata-rata penghuninya adalah anak kuliahan dan sebagian ada yang sudah berumah tangga.
Setibanya di depan kamar, andi menunjukkan sesuatu ke gue.
Andi: "Oke anak baru ini kamar kita, jangan lupa dijaga kebersihannya, setelah selesai merokok jangan buang sembarangan, masukkan ke dalam asbak yang sudah disediakan, gantung handuk basah selesai mandi disini, bangun tidur jangan lupa lipat selimut dibersihkan dan dirapikan." Sambil bergaya ala dosen killer andi melototin gue sambil nyengir kaya kesurupan siluman cicak.
Gue: "Mengerti pak dosen, ada lagi?" Gue pura-pura bertanya.
Andi: "Udah cukup itu aja bro, jangan bersih-bersih amat lah, yang penting nyaman." Tuturnya ngeselin.
Gue sudah tau sifat dan perilaku sahabat gue yang satu ini, memang dia kalau bicara suka asal nyolot sana nyolot sini, tapi dibalik itu semua dia adalah lelaki yang pintar, rajin menjaga kebersihan dimanapun dan kapanpun. Dan yang gue suka dari Andi adalah sifat humorisnya yang bikin suasan jadi lucu. Meski terkadang agak nyebelin tapi dia tetap menjadi sahabat gue yang selalu ada buat gue.
Malam ini terasa sangat melelahkan, setelah selesai berkemas barang bawaan, gue mau pergi mandi untuk hilangkan bau badan gue. Badan udah lengket kaya perangko gerah pokoknya amburadul.
Setelah selesai mandi gue sebenarnya udah capek mau cepat tidur, tapi gue masih penasaran dengan Sari yang katanya kamarnya ada disebelah gue ini. Dan tiba-tiba andi menawarkan sesuatu ke gue.
Andi: "Bro gue bikinin coklat panas ya?lo mau kan?" Tawarnya ke gue.
Gue: "Gak usah repot-repot bro, 1 gelas coklat panas kurang manis ya?" Gue naikin alis ke arah andi sambil mringis gak jelas kaya orang gila.
Andi: " --___-- "
Gue: "Cepetan buatin bro. Tunggu apa lagi?" Perintah gue sambil ngegass.
Andi: " Your jump is jumping down." katanya sambil melototin gue.
Gue: "Ikhlas gak ni? Bawel amat kaya wartawan lo bro."
Andi: "Iya iya iya ni lagi mau jalan, dasar biawak mesir." Sambil jalan keluar kamar dia ngatain gue lagi.
Jadi kalau mau buat mie atau kopi setidaknya kita perlu memasak air didapur terlebih dahulu. Namanya juga anak kos hidup serba adanya memang sudah biasa. Semua serba instan pokonya.
Sambil menunggu andi membuat coklat panas, gue duduk di balkon sambil menghisap sebatang rokok favorit gue. Menikmanti suasana malam yang sepi damai dan tenang rasa ngantuk seakan mulai hilang. Hembusan angin malam yang nikmat hadir dikala gelap dibawah sinar rembulan yang bercahaya malam ini.
Andi: "Nih coklat lo bro, hati-hati masih panas." Sambil nyodorin gelas ke gue.
Gue: "Terimakasih mas andi, masnya memang baik deh hehehe, eh kok bikin 3 coklatnya satunya buat siapa?" Gue penasaran.
Andi: "Baru tau ya kalau gue orang baik? Kemana aja si bang? Ya buat siapa lagi kalau bukan sari bro" Andi menjawab dengan nada datar.
Gue: "Udah tau dari jaman dulu kali bro, perhatian amat lo sama sari, jangan-jangan sari pacar lo ya?" Goda gue.
Andi: "Heh bangau darat, kalau ngomong yang bener dong, sebelum ada lo disini kita bertiga sering beginian tau, bikin cokelat, ngrumpi bareng sampai tengah malam, udah kaya ibu-ibu PKK aja bro." Andi ketawa keras sambil menarik hidungnya sendiri.
Gue: Gue terdiam sejenak, "Bertiga ? Satunya lagi siapa bro?" Gue terheran-heran.
Andi: " Satunya namanya dinda, dia bulan ini cuti balik kampung ke bandung, itu tu kamarnya." Sambil menunjuk ke kamar yang ada didepannya sari.
Gue: "Jadi selama ini lo hidup bertiga dong sama sari dan dinda?" Tanya gue.
Andi: "Iya mau gimana lagi, kita temenan akrab bro, sama-sama merantau sama-sama bersahabat tolong menolong."
Gue: "Enak banget hidup lo ya bro."
Andi: "Namanya juga rezeki nomplok bro." Sambil meminum segelas coklat dia nyengir ke gue.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari anak tangga dari bawah, sepertinya ada seseorang yang akan naik. Dan ternyata benar Sari sudah pulang ke kost.
Sari: "Halo semuanya mas mas ganteng." Tanpa dosa dia melambaikan tangan ke arah gue dan andi.
Andi: "Eh baru aja diomongin udah nongol, kaya hantu aja lo sar."
Sari: "Kalian habis ngomongin gue ya? Ngomongin apa sih?" Sari menatap kami dengan pose wajah yang manyun seakan ingin tau tentang obrolan kami barusan.
Andi: "PD amat sih lo sar, siapa juga yang ngomongin lo, eh kalian diem aja kaya patung kenalan kek, apa kek, kan pada belum kenal? Masak gue yang ngenalin." Andi seakan memberi kode lewat alis yang dia mainkan naik turun ke gue.
Dengan spontan gue langsung ngulurin tangan ke arah sari yang ada disamping gue.
Gue: "Nama gue wahyu sahabtnya andi mbak salam kenal ya."
Dan saripun membalas dan menjabat tangan gue.
Sari: "Gue sari mas, temen kostnya andi juga. Salam kenal juga ya." Dia tersenyum lembut kearah gue.
Dan andi berulah lagi, candaannya yang receh membuat kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal.
Andi: "Dan gue andi temennya sari dan wahyu anak kost sini juga." Dia memperkenalkan diri dengan gaya ala-ala banci dengan nada yang khas.
Gue: " Gue belum selesai bro kenalannya." Sahut gue.
Dan tanpa gue sadari sari kembali bertanya lagi ke gue.
Sari: "Mas wahyu baru sampai ya? Rumahnya mana?" Tanyanya ke gue.
Gue: "Iya mbak tadi baru sampai, terus mampir restoran tadi ketemu mbaknya, Saya asli surabaya mbak tetanggaan juga sama andi. La mbaknya asli mana?" Gue balik bertanya.
Sari: "Owh iya mas yang tadi kan, saya asli jogjakarta mas."
Andi langsung nyaut obrolan gue lagi.
Andi: "Gak usah mas mbak an kaliiii, lebay lo pada." Lagi-lagi kita tertawa bersama terpancing candaannya andi yang receh lagi.
Gue: "Iya iya bro jangan bawel." Dengan nada lemas gue mencoba turuti andi.
Sari: "Baik pak guru." Dan sari langsung ikut-ikutan menganggukkan kepalanya dua kali ke arah andi.
Andi: "Eh tu coklat panas lo sar, buruan minum gih keburu dingin." Suruhnya.
Sari: "Terimakasih ndi lo emang temen baik gue." Sari mencoba memuji andi.
Andi: "Kemana aja sih lo selama ini sar? Tidur lo?" Lagi-lagi dia ketawa jahat didepan sari, spontan kita bertiga ikut tertawa bersama-sama.
Sari: "Iya iya iya bossss, eh gue mandi dulu ya, kalian jangan tidur dulu, nanti gue gabung lagi." Sari berdiri dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Tidak lama lagi dia keluar membawa pakaian dan handuk yang digantung di pundaknya masuk menuju kamar mandi.
Andi: "Jangan lama-lama mandinya sar." Teriak andi.
Sari: "Bawel lo." Sari menjulurkan lidah ke arah andi."
Secara tidak langsung gue tertawa melihat tingkah konyol mereka berdua. Kalau gue perhatiin mereka kaya kucing dan tikus yang gak bisa akur. Tapi disisi lain mereka terlihat sangat dekat seperti saudara kandung sendiri. Gue disini masih baru dan belum mengenal sari sepenuhnya. Tapi gue yakin lambat laun nanti kita akan menjadi teman yang sangat dekat.
Andi: "Gue mau turun beli kacang buat camilan, lo nitip gak?" Tanyanya ke gue.
Gue: "Rokok Malb...... satu bungkus bro, yang warna merah ya, ni gue tambahin buat beli camilan yang lain." Gue mengulurkan uang ke tangan andi.
Andi: "Oke tunggu sebentar bro, lo jangan kemana-mana nanti sari kesini nyariin lo awas kalau gak ada." Perintahnya.
Gue: "Wartawan amat sih lo bro, buruan pergi lah." Gerutku padanya.
Andi pun berjalan menuruni tangga untuk pergi kesebuah minimarket yang letaknya tidak jauh dari kost ini. Paling jalan 10 menit sudah sampai.
Sudah hampir setengah jam andi belum juga kembali, gue coba telpon hp nya gak dibawa, di cas dalam kamar.
Lalu terdengar orang yang sedang membuka pintu.
Krekk.........
Sari: "Yu wahyu, andi mana?" Dengan gulungan handuk dikepalannya dia berjalan menuju kamarnya.
Gue: " Pergi ke Alf........ katanya cari kacang buat ngemil sar, hampir setengah jam lo, padahal Alf.... cuma depan gang sana tidak jauh kan?" Tanya gue.
Sari: "Andi memang perginya suka lama yu, gue pernah nitip nasi sama andi, sampai gue ketiduran sangking lamanya nunggu dia pulang. Gue masuk kamar bentar ya yu."
Gue: "Iya siyap kakak." Jawabku padanya.
Beberapa menit kemudian sari sudah siap ganti baju, dan duduk lagi disamping gue. Sungguh terlihat sangat cantik sari malam ini. Tubuh yang agak kecil dengan rambut sebahu yang diurai berterbangan ditiup angin malam ini. Aroma khas dari bau parfumnya begitu segar dan wangi.
Gue: "Kira-kira kemana ni bocah ya sar?" Tanyaku lagi.
Sari: "Mana gue tau yu, emang andi lagi sama gue apa?" Sari berbalik tanya ke gue.
Seketika itu kita terdiam sebentar sambil mencari obrolan yang berbobot nilai tinggi, mencari topik pembahasan yang enak buat dirundingkan malam ini. Kita mungkin agak malu karena baru aja kenal, gue pun memilih pertanyaan yang sewajarnya saja. Yang bersifat terbuka tidak yang aneh-aneh. Agar untuk kedepannya kita bisa menjadi teman akrab bahkan sahabat dekat yang selalu ada kapanpun dan dimanapun.
Diubah oleh agungzlx 20-03-2019 11:55


anasabila memberi reputasi
4
665
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan