- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tim Syahrini atau Luna Maya? Tidak Keduanya


TS
yorkelorde
Tim Syahrini atau Luna Maya? Tidak Keduanya
Syahrini dan Luna Maya memang kebetulan populer, memenuhi standar industri dan selalu menarik atensi. Sah saja, jika banyak orang yang antusias dan begitu ingin tahu kehidupan dua pesohor itu. Lalu, merasa ingin terlibat dan berkomentar. Yah, bagi mereka yang tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.
Luna Maya adalah representasi perempuan yang ditimpa masalah berulang-ulang, namun tetap berdiri utuh di atas kakinya. Cantik sesuai standar industri, bertalenta, penuh prestasi dan karya, serta independen. Sosok yang memuakkan bagi masyarakat patriarki.
Syahrini juga tak kalah hebat mandiri secara finansial, mampu mengekspresikan diri, humoris, feminin, cerdas, dan tentunya menjadi pusat perhatian. Syahrini adalah sosok perempuan kharismatik yang akan membuat siapapun laki-laki dengan maskulinitas yang rapuh merasa terintimidasi.
Keduanya bisa dibilang role model perempuan yang tidak takluk dengan patriarki. Mereka mampu berkarya dan menjadi dirinya sendiri, ketika banyak orang di negara ini hanya menilai perempuan dari status pernikahan.
“Teh Rini cantik banget, kaya, sayang belum nikah.”
“Padahal Luna cantik ya, sempurna sayang gak ada yang mau nikahin.”
“Duh, barangnya mewah begitu mana ada laki yang mau, takut kali pasti boros dan gak bisa jaga uang.”
“Ya ampun cantik sih, tapi ibu mana yang mau punya menantu begitu.”
Ayolah, pertanyaan kapan menikah itu menyakitkan. Saya sering melihat beberapa teman marah ketika ada orang berkomentar seperti itu. Mungkin itu juga dirasakan oleh Syahrini dan Luna Maya yang bertahun-tahun terpaksa mendengar komentar senada.
Baca juga: Banyak yang Sinis sama Perempuan Kritis, Bahkan dari Sesama Perempuan dan Teman Sendiri!
Tapi, apakah selesai ketika salah satunya memutuskan untuk menikah? Tentu tidak. Itulah betapa pedulinya masyarakat kita. Saking pedulinya nih, sampai-sampai urusan orang lain seolah menjadi urusannya. Lebih peduli kehidupan pribadi orang daripada publik.
Syahrini yang telah menikah masih saja dinyinyirin, sementara Luna Maya tak diberi ruang sedikit pun untuk move on. Memang, apa yang salah dari Syahrini yang menikah dengan Reino Barack, mantan kekasih Luna?
Masyarakat kita itu unik. Lelaki yang selingkuh dan meninggalkan istrinya bisa begitu mudah dimaafkan, tapi di sisi lain sulit menerima perempuan yang kebetulan berjodoh dengan mantan kekasih temannya.
Tak ada yang salah dari jatuh cinta, bahkan menikah pun tak akan mencegah kita jatuh cinta pada orang lain. Tak ada yang salah juga dari putus dengan pacar yang sudah lima tahun bersama, jika hati tak tenang dan akal kita mengatakan lebih baik tidak bersama.
Sesungguhnya ini bukan persoalan drama perebutan laki-laki atau pengkhianatan seorang teman. Memang sih, kita sudah sering mendengar banyak kisah serupa. Tapi, apapun itu, masyarakat cenderung berpihak kepada laki-laki, sementara perempuan selalu salah dan diposisikan sebagai obyek.
Sebagai contoh, marak komentar netizen yang disertai tagar Tim Luna dan Tim Syahrini. Tidakkah terpikir bahwa mungkin saja Luna sudah move on dan ikhlas, namun kembali emosi dan terluka karena komentar-komentar dari netizen? Sementara, Syahrini yang seharusnya bahagia pada salah satu hari terbaik dalam hidupnya, justru terluka karena banyaknya hujatan?
Begitulah budaya patriarki bekerja. Tak cukup menempatkan perempuan sebagai warga negara kelas dua, tapi juga membuat perempuan bertikai dengan sesama perempuan.
Sudah banyak contoh sebelum ini, ketika melibatkan satu laki-laki dan dua perempuan dalam kedekatan hubungan, maka yang rentan konflik dan disalahkan tetap perempuan. Apakah kamu menjadi bagian dari para pengadil itu?
Kita semestinya tidak berpihak, karena keberpihakan hanya akan melanggengkan budaya yang mengadu perempuan satu sama lain. Kita tak pernah tahu bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka berkomunikasi, dan bagaimana menjalani kisah cintanya.
Satu-satunya yang kita tahu adalah bias informasi yang dibangun oleh media maupun akun-akun gosip.
Kalaupun kamu cenderung pro-Luna Maya, kamu tak perlu menghujat Syahrini. Begitu juga sebaliknya. Ayolah, siapa yang bisa memilih harus berjodoh dengan siapa? Jika jatuh cinta bisa memilih, tentu kamu pun akan memilih jatuh cinta dengan orang yang minim konflik kan?
Maka, berhentilah membuat komentar-komentar yang memicu pertikaian sesama perempuan. Komentar kita tidak dilihat sebagai algoritma. Komentar kita adalah kata-kata menyakitkan yang masuk tepat di dada mereka.
Jadi, sekarang kamu Tim Syahrini atau Luna Maya?
Sumber : https://voxpop.id/tim-syahrini-atau-luna-maya-tidak-keduanya/
Luna Maya adalah representasi perempuan yang ditimpa masalah berulang-ulang, namun tetap berdiri utuh di atas kakinya. Cantik sesuai standar industri, bertalenta, penuh prestasi dan karya, serta independen. Sosok yang memuakkan bagi masyarakat patriarki.
Syahrini juga tak kalah hebat mandiri secara finansial, mampu mengekspresikan diri, humoris, feminin, cerdas, dan tentunya menjadi pusat perhatian. Syahrini adalah sosok perempuan kharismatik yang akan membuat siapapun laki-laki dengan maskulinitas yang rapuh merasa terintimidasi.
Keduanya bisa dibilang role model perempuan yang tidak takluk dengan patriarki. Mereka mampu berkarya dan menjadi dirinya sendiri, ketika banyak orang di negara ini hanya menilai perempuan dari status pernikahan.
“Teh Rini cantik banget, kaya, sayang belum nikah.”
“Padahal Luna cantik ya, sempurna sayang gak ada yang mau nikahin.”
“Duh, barangnya mewah begitu mana ada laki yang mau, takut kali pasti boros dan gak bisa jaga uang.”
“Ya ampun cantik sih, tapi ibu mana yang mau punya menantu begitu.”
Ayolah, pertanyaan kapan menikah itu menyakitkan. Saya sering melihat beberapa teman marah ketika ada orang berkomentar seperti itu. Mungkin itu juga dirasakan oleh Syahrini dan Luna Maya yang bertahun-tahun terpaksa mendengar komentar senada.
Baca juga: Banyak yang Sinis sama Perempuan Kritis, Bahkan dari Sesama Perempuan dan Teman Sendiri!
Tapi, apakah selesai ketika salah satunya memutuskan untuk menikah? Tentu tidak. Itulah betapa pedulinya masyarakat kita. Saking pedulinya nih, sampai-sampai urusan orang lain seolah menjadi urusannya. Lebih peduli kehidupan pribadi orang daripada publik.
Syahrini yang telah menikah masih saja dinyinyirin, sementara Luna Maya tak diberi ruang sedikit pun untuk move on. Memang, apa yang salah dari Syahrini yang menikah dengan Reino Barack, mantan kekasih Luna?
Masyarakat kita itu unik. Lelaki yang selingkuh dan meninggalkan istrinya bisa begitu mudah dimaafkan, tapi di sisi lain sulit menerima perempuan yang kebetulan berjodoh dengan mantan kekasih temannya.
Tak ada yang salah dari jatuh cinta, bahkan menikah pun tak akan mencegah kita jatuh cinta pada orang lain. Tak ada yang salah juga dari putus dengan pacar yang sudah lima tahun bersama, jika hati tak tenang dan akal kita mengatakan lebih baik tidak bersama.
Sesungguhnya ini bukan persoalan drama perebutan laki-laki atau pengkhianatan seorang teman. Memang sih, kita sudah sering mendengar banyak kisah serupa. Tapi, apapun itu, masyarakat cenderung berpihak kepada laki-laki, sementara perempuan selalu salah dan diposisikan sebagai obyek.
Sebagai contoh, marak komentar netizen yang disertai tagar Tim Luna dan Tim Syahrini. Tidakkah terpikir bahwa mungkin saja Luna sudah move on dan ikhlas, namun kembali emosi dan terluka karena komentar-komentar dari netizen? Sementara, Syahrini yang seharusnya bahagia pada salah satu hari terbaik dalam hidupnya, justru terluka karena banyaknya hujatan?
Begitulah budaya patriarki bekerja. Tak cukup menempatkan perempuan sebagai warga negara kelas dua, tapi juga membuat perempuan bertikai dengan sesama perempuan.
Sudah banyak contoh sebelum ini, ketika melibatkan satu laki-laki dan dua perempuan dalam kedekatan hubungan, maka yang rentan konflik dan disalahkan tetap perempuan. Apakah kamu menjadi bagian dari para pengadil itu?
Kita semestinya tidak berpihak, karena keberpihakan hanya akan melanggengkan budaya yang mengadu perempuan satu sama lain. Kita tak pernah tahu bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka berkomunikasi, dan bagaimana menjalani kisah cintanya.
Satu-satunya yang kita tahu adalah bias informasi yang dibangun oleh media maupun akun-akun gosip.
Kalaupun kamu cenderung pro-Luna Maya, kamu tak perlu menghujat Syahrini. Begitu juga sebaliknya. Ayolah, siapa yang bisa memilih harus berjodoh dengan siapa? Jika jatuh cinta bisa memilih, tentu kamu pun akan memilih jatuh cinta dengan orang yang minim konflik kan?
Maka, berhentilah membuat komentar-komentar yang memicu pertikaian sesama perempuan. Komentar kita tidak dilihat sebagai algoritma. Komentar kita adalah kata-kata menyakitkan yang masuk tepat di dada mereka.
Jadi, sekarang kamu Tim Syahrini atau Luna Maya?
Sumber : https://voxpop.id/tim-syahrini-atau-luna-maya-tidak-keduanya/


dinirahelin172 memberi reputasi
1
1.4K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan