n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Intelektual: Rocky Gerung Cuma Omong Kosong, Tak Perlu Diperkarakan




Suara.com - Sejumlah intelektual menilai, polemik ucapan akademisi Rocky Gerung soal kitab suci adalah fiksi , tak perlu berlanjut ke pengadilan.

Bagi mereka, persoalan tersebut sebaiknya diselesaikan secara berdiskusi mengenai filsafat, bukan diselesaikan di meja hijau.

Pengamat Politik sekaligus eks Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Mochtar Pabotinggi mengatakan, perkataan Rocky Gerung dalam acara televisi yang menyebut kitab suci fiksi adalah ungkapan kebebasan berpendapat di Indonesia.

“Saya berharap tidak usah jadi tersangkalah, tidak perlu, biarkanlah ini bagian dari ungkapan kebebasan, tidak usah jadi tersangka, cukup Ahok sajalah,” kata Mochtar kepada wartawan di Resto Tjikini Lima, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/2019).

Mochtar menilai, ucapan kitab suci fiksi Rocky Gerung hanya omong kosong yang tidak harus dipersoalkan publik.

“Orang sudah tahu semua bahwa itu ucapan omong kosong, tapi tidak harus dipersoalkan itu. Kalau kita terlalu mempersoalkan, nanti muncul lagi masalah lain,” jelasnya.

Dia menambahkan, saat ini kebanyakan masyarakat hanya mempermasalahkan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak penting untuk dibahas.

“Kita sekarang menjadi sangat peka pada hal-hal yang akhirnya ribut mencari kambing hitam saja terus-terusan. Padahal banyak persoalan yang belum dikerjakan.Bagi saya, Rocky Gerung terlalu kecil untuk dibesar-besarkan. Biarkan dia bicara, orang sudah tahu juga kualitasnya apa,” tutupnya.



Untuk diketahui, Rocky Gerung dilaporkan Jack Boyd Lapian ke Bareksrim Polri pada medio April 2018 lalu. Rocky diduga melakukan penodaan agama terkait pernyataannya yang menyebut 'kitab suci adalah fiksi'.

Pernyataan itu disampaikan Rocky saat menjadi salah satu pembicara dalam acara gelar wicara yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta nasional pada 10 April 2018.

Dalam kasus tersebut, Rocky diduga melanggar Pasal Pasal 156 a KUHP tentang penodaan terhadap agama. Kekinian, kasus tersebut telah dilimpahkan Bareskrim ke Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.
Omong Kosong Gerung

=============

Hmmmmm....
Kebebasan berpendapat katanya.
Jika seseorang mengaku atheis, itu adalah haknya. Silakan saja dia berargumen membela pilihannya atau pendapatnya sendiri, sebatas keatheisan dirinya. Dan seseorang yang beragama, siapapun dia tak perlu menghina atau memakinya. Sebab pilihan surga dan neraka itu adalah hak setiap orang. Surga bagi orang lain belum tentu surga bagi orang lainnya. Begitu pula dengan neraka. Dan yang menentukan seseorang mendapat surga atau neraka bukanlah Ketua Dewan Pembina Partai, Ketua Dewan Kehormatan Partai, Pemimpin Ormas, atau anggota Tim Sukses Capres.

Tapi ketika dia telah bermain-main dalam ranah keagamaan, maka ruangnya telah berbeda. Dia telah bersinggungan dengan ranah yang bukan haknya. Ketika seseorang yang beragama A membahas soal keagamaan B saja sudah dianggap salah, apalagi orang yang tak beragama? Meskipun dia tak menyebut secara spesifik agama A atau agama B, tapi semua ummat beragama pasti menganggap bahwa Kitab agamanya yang berisi Firman-Firman Allah adalah sebuah Kitab Suci. Bagaimana mungkin bisa sebegitu bodohnya sebuah ummat yang saat ini terkesan pemarah, bisa mendadak seperti kerbau dicocok hidungnya saat Kitab Suci dianggap sebagai kitab fiksi? Dimana yang katanya pembela-pembela agama yang suaranya menggelegar melebihi Toa? Mengapa sebuah ummat yang untuk memegang Kitab Sucinya saja harus bersuci bisa melempar alasan bahwa seorang atheis ini justru sedang menghina kitab sucinya sendiri katanya. Atheis punya kitab suci? Oh ternyata si atheis ini tadinya dianggap sebagai ummat agama lain.

Jika seorang atheis ini menyamakan Tuhan dengan seseorang dalam ruang kuliah yang tengah menyesali perbuatannya karena membuat agama, maka dia sebenarnya bukan hanya melecehkan sebuah agama, tapi seluruh agama.

Pertanyaan terpentingnya, kenapa ummat sebuah agama yang dihina oleh seorang pemimpin ornas dengan kata-kata ,"Bidannya siapa?" terkesan hanya diam? Ini tak lebih karena ummat ini ingin melihat kemunafikan para pemimpin-pemimpin agama yang kemarin demo berjilid-jilid. Dan mereka juga tak mau bersikap keras karena pastinya nanti dijadikan bahan pembenaran bahwa si atheis ini memang benar hanya menghina Tuhan dan Kitab Suci agama mereka saja.

Dan terakhir, kenapa si atheis ini sampai detik ini selamat? Itu karena dia bisa menjual diri sebagai pemilik hak kedunguan. Bahwa dungu adalah trade marknya. Dan dia berseberangan dengan pemerintah, berseberangan dengan Jokowi. Dan setiap orang yang berseberangan dengan Jokowi wajib dilindungi, tak boleh diserang. Meskipun itu menghinakan Tuhannya dan agamanya.

Jadi, inti dari masalah ini adalah 'salah Jokowi'.

Itu.

Diubah oleh n4z1.v8 13-02-2019 17:59
tien212700
tien212700 memberi reputasi
10
5.4K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan