- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Siap-siap, Produk Pertanian Amerika Akan Serbu Indonesia


TS
marbun.lae
Siap-siap, Produk Pertanian Amerika Akan Serbu Indonesia
Jakarta - Kabinet Kerja sudah tidak berkutik menghadapi Amerika serikat (AS). Pemerintah memastikan mengikuti rekomendasi World Trade Organization (WTO) untuk membuka lebar impor produk pertanian asal negeri Paman Sam tersebut.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan, pemerintah akan membuka keran impor sejumlah produk pertanian dan peternakan asal AS untuk menjawab ancaman sanksi WTO sebesar 350 juta dolar AS Rp 5,04 triliun.
"Itu kami lakukan untuk menunjukkan komitmen Indonesia mengubah sejumlah peraturan yang membatasi masuknya barang dari AS dan Selandia Baru. Tidak ada pilihan, sebab kita adalah anggota WTO," ungkap Enggar di Jakarta, kemarin.
Enggar menyebutkan, keran impor yang akan dibuka antara lain kedelai, kapas dan daging sapi. Menurutnya, impor ketiga produk itu tidak merugikan Indonesia karena memang dibutuhkan.
Dia menjelaskan, kedelai AS disukai pengrajin tahu dan tempe di dalam negeri. Mereka protes bila kedelai didatangi dari luar AS. Saat ini, Negeri Paman Sam sudah memasok 98,3 persen kebutuhan kedelai di dalam negeri.
Untuk produk daging, lanjut Enggar, baik untuk mengurangi ketergantungan impor daging sapi dari Australia. Hal itu bisa menekan harga daging di pasar.
"Kita jangan bergantung pada satu negara. Contohnya, saat kita buka dari Spanyol, Brasil dan India. Saat harga naik langsung turun. Jadi jangan pernah bergantung pada satu negara," imbuhnya.
Enggar menampik dibukanya keran impor produk pertanian dan peternakan dari AS, akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia.
"Kami tetap meyakini, neraca perdagangan Indonesia tetap surplus," tegasnya.
Enggar menambahkan, sebenarnya Indonesia dan AS sudah melakukan kesepakatan berupaya meningkatkan nilai perdagangan mencapai 50 miliar dolar AS dari sekarang hanya 28 miliar dolar AS. Namun, AS sepertinya AS inginkan bukti nyata. Karena, mereka melihat aturan Indonesia bertentangan dengan WTO. Makanya AS mengajukan permohonan sanksi ke WTO.
"Solusinya kami akan membuka akses pasar kepada mereka. Sebab perdagangan kita kan surplus dengan Amerika," paparnya.
Seperti diketahui, AS mengajukan permohonan ke WTO agar memberikan sanksi ke Indonesia. Karena, Indonesia dianggap tidak melaksanakan rekomendasi WTO untuk merevisi aturan yang tidak sesuai dengan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan yang disepakati para anggota organisasi perdagangan dunia tersebut sampai dengan batas waktu yang diberikan 22 Juli 2018.
Kasus ini bermula pada 2016. Saat itu, Indonesia menerbitkan 18 aturan yang dianggap sebagai hambatan non tarif untuk sejumlah produk pertanian dan peternakan asal AS dan Selandia Baru.
Beberapa produk impor tersebut, yaitu apel, anggur, kentang, bawang, bunga, jus, buah-buah kering, hewan ternak, ayam dan daging sapi. Kedua negara tersebut memperkarakan regulasi tersebut ke WTO karena dinilai merugikan mereka. Hasilnya, Indonesia dinyatakan kalah. Pemerintah sempat banding tetapi tetap kalah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pihaknya akan mengirimkan tim ke AS untuk mengetahui pada bagian mana tidak sepakat dengan kebijakan Indonesia. Karena, pemerintah sudah merevisi aturan. "Kalau sudah begini, bagusnya kirim tim agar jelas," ungkap Darmin.
Darmin menyatakan, siap merevisi aturan sepanjang masuk akal.
https://ekbis.co/read/351601/Siap-siap-Produk-Pertanian-Amerika-Serbu-Indonesia-
Produk amerika
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan, pemerintah akan membuka keran impor sejumlah produk pertanian dan peternakan asal AS untuk menjawab ancaman sanksi WTO sebesar 350 juta dolar AS Rp 5,04 triliun.
"Itu kami lakukan untuk menunjukkan komitmen Indonesia mengubah sejumlah peraturan yang membatasi masuknya barang dari AS dan Selandia Baru. Tidak ada pilihan, sebab kita adalah anggota WTO," ungkap Enggar di Jakarta, kemarin.
Enggar menyebutkan, keran impor yang akan dibuka antara lain kedelai, kapas dan daging sapi. Menurutnya, impor ketiga produk itu tidak merugikan Indonesia karena memang dibutuhkan.
Dia menjelaskan, kedelai AS disukai pengrajin tahu dan tempe di dalam negeri. Mereka protes bila kedelai didatangi dari luar AS. Saat ini, Negeri Paman Sam sudah memasok 98,3 persen kebutuhan kedelai di dalam negeri.
Untuk produk daging, lanjut Enggar, baik untuk mengurangi ketergantungan impor daging sapi dari Australia. Hal itu bisa menekan harga daging di pasar.
"Kita jangan bergantung pada satu negara. Contohnya, saat kita buka dari Spanyol, Brasil dan India. Saat harga naik langsung turun. Jadi jangan pernah bergantung pada satu negara," imbuhnya.
Enggar menampik dibukanya keran impor produk pertanian dan peternakan dari AS, akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia.
"Kami tetap meyakini, neraca perdagangan Indonesia tetap surplus," tegasnya.
Enggar menambahkan, sebenarnya Indonesia dan AS sudah melakukan kesepakatan berupaya meningkatkan nilai perdagangan mencapai 50 miliar dolar AS dari sekarang hanya 28 miliar dolar AS. Namun, AS sepertinya AS inginkan bukti nyata. Karena, mereka melihat aturan Indonesia bertentangan dengan WTO. Makanya AS mengajukan permohonan sanksi ke WTO.
"Solusinya kami akan membuka akses pasar kepada mereka. Sebab perdagangan kita kan surplus dengan Amerika," paparnya.
Seperti diketahui, AS mengajukan permohonan ke WTO agar memberikan sanksi ke Indonesia. Karena, Indonesia dianggap tidak melaksanakan rekomendasi WTO untuk merevisi aturan yang tidak sesuai dengan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan yang disepakati para anggota organisasi perdagangan dunia tersebut sampai dengan batas waktu yang diberikan 22 Juli 2018.
Kasus ini bermula pada 2016. Saat itu, Indonesia menerbitkan 18 aturan yang dianggap sebagai hambatan non tarif untuk sejumlah produk pertanian dan peternakan asal AS dan Selandia Baru.
Beberapa produk impor tersebut, yaitu apel, anggur, kentang, bawang, bunga, jus, buah-buah kering, hewan ternak, ayam dan daging sapi. Kedua negara tersebut memperkarakan regulasi tersebut ke WTO karena dinilai merugikan mereka. Hasilnya, Indonesia dinyatakan kalah. Pemerintah sempat banding tetapi tetap kalah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pihaknya akan mengirimkan tim ke AS untuk mengetahui pada bagian mana tidak sepakat dengan kebijakan Indonesia. Karena, pemerintah sudah merevisi aturan. "Kalau sudah begini, bagusnya kirim tim agar jelas," ungkap Darmin.
Darmin menyatakan, siap merevisi aturan sepanjang masuk akal.
https://ekbis.co/read/351601/Siap-siap-Produk-Pertanian-Amerika-Serbu-Indonesia-
Produk amerika
0
2K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan