Quote:
Presiden Joko Widodo bercerita implementasi sila ke-5 Pancasila soal keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di depan pengusaha hotel Jokowi cerita soal kesetaraan harga BBM di seluruh Indonesia.
Sebelum ada program BBM satu harga, harga BBM di Indonesia Timur, khususnya di Papua masih sangat mahal. Jauh dibanding dengan harga yang dijual di Jawa.
"Saya ingin cerita masalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, akhir 2014 saya ke Wamena saya tanya ke rakyat harga BBM berapa. Pak di sini harga BBM Rp 60 ribu/liter, tapi kalau cuaca tidak baik harga disini bisa mencapai Rp 100 ribu/liter," kisah Jokowi saat hadiri HUT ke-50 PHRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Senin (11/2/2019) malam.
Baca juga: Pernyataan Lengkap Jokowi Soal Monopoli Avtur Pertamina
Lebih lanjut Jokowi menceritakan bahwa harga BBM di Jakarta memang standar. Namun, dia mengeluhkan saat harga BBM di Jakarta naik, masyarakat langsung berdemo hingga berbulan-bulan lamanya.
"Di sini (Jakarta) kita Rp 6.450/liter naik Rp 500 perak saja demonya 4 bulan. Betul saya alami, di depan Istana 3 bulan dema demo dema demo, orang Papua Rp 60.000 bertahun-tahun tidak pernah demo di depan Istana," ucap Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi kembali menceritakan perjuangannya menyetarakan harga BBM. Menurutnya, dia telah memerintahkan jajarannya untuk menyetarakan harga BBM sejak 2015, namun baru terealisasi dua tahun kemudian.
Baca juga: Harga Premium Bisa Turun Lagi, Ini Syaratnya
"Inilah yang saya perintahkan di 2015 kala itu, malah satu tahun agar bisa menyamakan harga BBM dengan di Jawa. Tapi baru berhasil sekitar 2 tahun," ungkap Jokowi.
Jokowi menegaskan penyetaraan harga BBM ini merupakan salah satu realisasi sila ke-5 Pancasila.
"Nggak mudah, kuncinya beli pesawat khusus untuk BBM. Tapi yang jelas, ini yang sering saya sampaikan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kalo beda betul-betul tidak ada keadilan," ungkap Jokowi.
https://m.detik.com/finance/energi/d-4424266/cerita-harga-bbm-jokowi-di-jakarta-naik-rp-500-demonya-4-bulan
Jangan nyindir kader dan majikan sendiri toh pak
