Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kroco.riAvatar border
TS
kroco.ri
Pengamat: Istilah Propaganda Rusia Jokowi Jadi Senjata Makan Tuan
Spoiler for Foto: Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. (Dok. pribadi):


Oleh: Azhar A Pawennay |

Strategi ofensif yang dimainkan Jokowi belakangan ini dinilai sebagai wujud kegusaran sang petahana atas perkembangan elektabilitas pesaing yang terus tumbuh.


Indonesiainside.id, Jakarta –Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali melontarkan pernyataan kontroversial sebagai ekspresi kejengkelan atas serangan dan tudingan kepada dirinya. Pada saat berada di Karanganyar Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, Jokowi menyebut bahwa ada pihak yang sedang melancarkan “Propaganda Rusia” dengan menggunakan jasa konsultan politik dari luar negeri.

Jokowi berdalih, istilah Propaganda Rusia yang dia maksud adalah strategi yang dilancarkan dengan cara menyemburkan dusta atau hoaks sebanyak-banyaknya untuk menyerang lawan politik, sehingga rakyat pun jadi ragu. Namun, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menuturkan, penyebaran hoaks yang terjadi belakangan ini sejatinya tidak bisa dituduhkan kepada satu kelompok atau kubu saja.

“Sangat naif rasanya menganggap kelompoknya paling bersih dari penyebaran berita bohong, lalu menuduh kelompok lain sebagai pelaku tunggal,” ujar Pangi di Jakarta, Sabtu (9/2).

Dia menilai tuduhan Propaganda Rusia yang diutarakan Jokowi sangat tidak etis, apalagi sampai menyeret-nyeret nama negara lain. Menurut Pangi, alangkah lebih baik dan bijaksana jika seorang capres yang juga kepala negara petahana menggunakan terminologi lain yang tidak bertendensi menyinggung negara tertentu. “(Istilah Propaganda Rusia) itu sedikit memicu menaikkan eskalasi hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Rusia. Ini sama saja dengan senjata makan tuan,” ujarnya.

Dia berpendapat, penggunaan istilah atau diksi secara serampangan dan sedikit membabi buta oleh kepala negara menunjukkan rendahnya etika Indonesia sebagai sebuah negara dalam pergaulan internasional. Sampai-sampai pemerintah Rusia merasa perlu untuk melakukan klarifikasi terkait tudingan Jokowi tersebut.

Pangi mengatakan, sikap sedikit nampak ceroboh tersebut tentu akan merusak citra RI dalam pergaulan dunia internasional, apalagi jika yang mengucapkan adalah calon presiden yang statusnya masih menjabat sebagai kepala pemerintahan. “Sebagai presiden beliau semestinya menjaga etika dan tata krama pergaulan internasional untuk menjaga marwah dan kepentingan nasional negara kita (national interest). Jangan sampai motif politik sesaat menjadikan Indonesia dipandang rendah dalam pergaulan internasional,” ujarnya.

Strategi ofensif Jokowi
Pangi melihat ada semacam kekhawatiran pada Jokowi sehingga mulai menjalankan strategi ofensif untuk menyerang lawannya. Jokowi, kata dia, barang kali mulai khawatir juga dengan pertumbuhan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga yang berpotensi menyalip elektabilitas petahana. “Terjadi sesuatu yang tak biasa. Jokowi yang dulunya kalem (sering ngomong) ‘rapopo, enggak mikir’, sekarang ofensif. Dalam bahasa kerennya, Jokowi tancap gas menyerang balik terhadap sang penantang soal antek asing yang kerap dituduhkan kepadanya selama ini,” ujarnya.

Menurut dia, ketika elektabilitas kedua paslon mulai kompetitif, petahana mulai gusar atau sedikit panik dan terancam dengan politik propoganda sang penantang. Mau tak mau, membela diri dan sekaligus melakukan strategi ofensif terhadap sang penantang dianggap sebagai pilihan yang tepat.

Akun Twitter resmi milik Kedubes Rusia di Indonesia, @RusEmbJakarta, pada Senin (4/2) lalu menyebutkan, istilah Propaganda Rusia direkayasa pada 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden di negeri Paman Sam itu. Menurut Pemerintah Rusia, istilah itu sama sekali tidak berdasarkan pada realitas.

Pemerintah Rusia juga menegaskan posisinya untuk tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses elektoral di negara asing, termasuk Indonesia.

Setelah ucapannya menuai rekasi dari Kedubes Rusia, Jokowi masih mengklaim hubungan bilateral Indonesia dengan negeri tirai besi itu sangat baik. “Saya dengan Presiden Putin sangat-sangat baik hubungannya,” ujar Jokowi di Jakarta, Rabu (6/2) lalu. (AIJ/Ant)
0
1.7K
7
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan