- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BAGASI BERBAYAR DAN MAHALNYA TIKET PESAWAT ANCAM INDUSTRI PARIWISATA


TS
josscoid
BAGASI BERBAYAR DAN MAHALNYA TIKET PESAWAT ANCAM INDUSTRI PARIWISATA
JOGJA – Pelaku industri pariwisata mengeluhkan mahalnya tiket pesawat dan kebijakan penghilangan bagasi gratis oleh maskapai penerbangan. Kondisi ini dinilai sebagai ancaman bagi industri wisata di Tanah Air termasuk Jogja.
Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia DIY Udi Sudiyanto mengatakan kebijakan yang diambil oleh maskapai penerbangan tersebut membuat wisatawan berpikir ulang untuk melakukan perjalanan jarak jauh.
Pasalnya, lanjutnya, kedua faktor tersebut membuat biaya perjalanan akan menjadi lebih mahal, terutama bagi tamu jarak jauh. Selain itu, untuk menginap selama tiga hari dua malam tentunya dibutuhkan barang bawaan untuk keperluan pribadi. Keijakan ini akan berpengaruh terhadap lama menginap di Jogja.
“Ketika mereka datang ke Jogja [DIY] selama tiga hari, dua malam, mereka pasti akan membawa bagasi untuk keperluan mereka sendiri. Akan tetapi, dengan mereka harus membayar bagasi tersebut, tentu akan memberatkan mereka,” katanya seperti dikutip dari HarianJogja, belum lama ini.
Udi menyebutkan, wisatawan juga akan berpikir ulang apabila akan belanja barang kerajinan dan suvenir dari DIY. Karena barang itu akan menambah bagasi lebih berat dan akan lebih mahal tarifnya. Bahkan bisa, tarif bagasi lebih mahal dari harga souvenir yang dibeli.
“Jadi secara global, penghilangan free bagasi tidak hanya memengaruhi pariwisata secara langsung, tetapi juga berpengaruh terhadap perdagangan di DIY, khususnya kerajinan dan perbelanjaan. Saya sangat menyayangkan kebijakan ini.” katanya
Ia berharap pemerintah turun tangan dalam menanangani persoalan ini. “Bagaimana kita mau mencapai 20 juta [kunjungan wisata], apabila kebijakan berbading terbalik?” ucapnya.
Menurutnya, untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya dilakukan promosi yang gencar. Namun, yang terjadi ada kenaikan tiket pesawat dan penghapusan bagasi gratis. Udi pun mengaku tidak habis pikir terhadap kedua hal itu, mengingat saat ini memasuki low season untuk wisata.
“Saya tidak paham pola pikir mereka. Apalagi Januari-Maret kan low season. Kok bukannya bikin promo malah naikkan harga. Apa yang terjadi sebenarnya?” katanya.
Ia menekankan, pihak yang berhadapan dengan konsumen adalah staf maskapai penerbangan dan agen tiket yang ada di daerah, bukan mereka yang berada di kantor pusat.
“Kalau mau mengubah kebijakan, tolong dikaji lebih dalam dan libatkan Asita sebagai salah satu agen penjualan mereka. Apalagi harga tiket di dalam negeri lebih mahal daripada tiket ke luar negri. Ini sangat memprihatinkan. Masyarakat akan lebih suka jalan-jalan ke luar negeri daripada ke dalam negeri.” kata dia. (lna)

Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia DIY Udi Sudiyanto mengatakan kebijakan yang diambil oleh maskapai penerbangan tersebut membuat wisatawan berpikir ulang untuk melakukan perjalanan jarak jauh.
Pasalnya, lanjutnya, kedua faktor tersebut membuat biaya perjalanan akan menjadi lebih mahal, terutama bagi tamu jarak jauh. Selain itu, untuk menginap selama tiga hari dua malam tentunya dibutuhkan barang bawaan untuk keperluan pribadi. Keijakan ini akan berpengaruh terhadap lama menginap di Jogja.
“Ketika mereka datang ke Jogja [DIY] selama tiga hari, dua malam, mereka pasti akan membawa bagasi untuk keperluan mereka sendiri. Akan tetapi, dengan mereka harus membayar bagasi tersebut, tentu akan memberatkan mereka,” katanya seperti dikutip dari HarianJogja, belum lama ini.
Udi menyebutkan, wisatawan juga akan berpikir ulang apabila akan belanja barang kerajinan dan suvenir dari DIY. Karena barang itu akan menambah bagasi lebih berat dan akan lebih mahal tarifnya. Bahkan bisa, tarif bagasi lebih mahal dari harga souvenir yang dibeli.
“Jadi secara global, penghilangan free bagasi tidak hanya memengaruhi pariwisata secara langsung, tetapi juga berpengaruh terhadap perdagangan di DIY, khususnya kerajinan dan perbelanjaan. Saya sangat menyayangkan kebijakan ini.” katanya
Ia berharap pemerintah turun tangan dalam menanangani persoalan ini. “Bagaimana kita mau mencapai 20 juta [kunjungan wisata], apabila kebijakan berbading terbalik?” ucapnya.
Menurutnya, untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya dilakukan promosi yang gencar. Namun, yang terjadi ada kenaikan tiket pesawat dan penghapusan bagasi gratis. Udi pun mengaku tidak habis pikir terhadap kedua hal itu, mengingat saat ini memasuki low season untuk wisata.
“Saya tidak paham pola pikir mereka. Apalagi Januari-Maret kan low season. Kok bukannya bikin promo malah naikkan harga. Apa yang terjadi sebenarnya?” katanya.
Ia menekankan, pihak yang berhadapan dengan konsumen adalah staf maskapai penerbangan dan agen tiket yang ada di daerah, bukan mereka yang berada di kantor pusat.
“Kalau mau mengubah kebijakan, tolong dikaji lebih dalam dan libatkan Asita sebagai salah satu agen penjualan mereka. Apalagi harga tiket di dalam negeri lebih mahal daripada tiket ke luar negri. Ini sangat memprihatinkan. Masyarakat akan lebih suka jalan-jalan ke luar negeri daripada ke dalam negeri.” kata dia. (lna)

0
3.4K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan