- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Serupa Dajjal
TS
queenmoetia
Serupa Dajjal
Apakah kau akan percaya bila kuceritakan tentang kelahiran Dajjal yang sudah terjadi di dunia ini?Aku yakin kau pasti tak akan percaya perihal kabar ini.Tapi kuberitahu, mulanya aku pun tak percaya pada hal itu sampai seseorang yang mengaku mantan pengikut Dajjal mengisahkan kesakisannya kepadaku.
Lelaki itu mengaku bernama Dariyan bin Lathep Alia Syagirri. Tapi bila kutelisik dari perawakan dan raut mukanya, lelaki itu sungguh tak pantas menyandang namakearab-araban itu. Seharusnya nama yang cocok baginya adalah Mukidi atau Pranomo, sebab wajah dan perawakannya amat mirip dengan almarhum eyangku yang lahir dan meninggaldi Jawa Tengah. Kecuali pakaiannya, tak ada sama sekali tanda-tanda keturunan Arab yang mencolok dari raganya
“Itu ulah Dajjal!Dajjal telah lahir dan dunia sebentar lagi kiamat!”
Begitulah kalimat yang kali pertama keluar dari mulutnya di suatu malam yang larut di warung kopi Mang Amin. Lelaki itu sekonyong-konyong menggila begitu televisi yang tersemat di sebuah dinding bersanggakan papan sedang menampilkan berita terkini di Palestina. Kota itu kembali dibombardir oleh rudal Israel hingga puluhan nyawa melayang.
Padahal kudapati lelaki itu awalnya hanya tercenung sambil sesekali menyesap kopi hitamnya. Bahkan sejak aku duduk di sampingnya hingga aku memesan dan selesai menyantap mi goreng, lantas menyesap rokok dan memesan kopi dan kopiku tiba dan meneguknya sedikit demi sedikit, lelaki itu masih membisu. Namun tatkala di televisi tersiar kabar kondisi terkini di Palestina,lelaki itu pun serta-merta meracau bagai orang kerasukan setan.
Sayangnya malam itu telah terlampau larut dan tiada orang lain kecuali kami bertiga―aku, Mang Amin, dan lelaki itu―di warung kopi bercat putih kusam ini.Sementara Mang Amin dapat tetap tenang di biliknya sambil menonton televisi, aku justru kadung terjebak di dekat lelaki itu. Sampai kemudiania bertanya apakah aku percaya pada kelahiran Dajjal. Aku bilang tentu aku percaya sebab dalam agamaku hal itu pun diterangkan. Tapi lelaki itu dengan kegilaannya berkata:
“Kau harus tahu bila Dajjal sudah lahir dan aku adalah mantan pengikutnya.”
“Bapak sudah pernah bertemu dengan Dajjal?”
“Ya, ya.Sudah. Aku bahkan sudah jadi pengikutnya sejakia masih remaja.Dajjal tidak lahir di Arab, Irak, Israel apalagi di Afrika.Dajjal itu lahir di Kampung Belah Duren. Kampungku! Dan ia tetanggaku sendiri, tahu!”
Ingin rasanya aku bangkit dan menendang lelaki itu sampai terjengkang.Tapi niat itu urung kulakukan sebab lelaki itu segera mencekal pundakku dan memintaku untuk mendengarkanriwayatnya.
Begini kisahnya:
Di satu malam sebelum gerhana bulan terjadi, sebuah rumah bidan di Kampung Belah Duren digegerkan oleh kelahiran seorang bayi yang dianggap aneh. Bayi itu terlahir dengan kulit kasar, matanya hanya satu dan terletak di sebelah kiri―mata yang satu lagi hanya tumbuh bagai kutil dengan alis.Rengekannya lebih mirip anak kambing yang kehilangan induknya daripada disebut tangis bayi.Dan adaguratanmenghitam yang kurang jelas di keningnya. Setiap orang dibuat terperangah oleh kelahiran bayi tersebut.Tak terkecuali ayah dan ibunya.
“Bayinya lahir dengan ciri-ciri seperti Dajjal,” kata seorangguru mengaji begitu menjenguk si bayi yang baru dilahirkan itu. Ia adalah satu-satunya guru mengaji di Kampung Belah Duren.
Ibunya tersekat dan tersedu-sedan saat mendengar ucapan itu.Ia sendiri sudah mengira bahwa anaknya itu adalah titisan Dajjal sebab matanya yang hanya satu. Sebab memang itu ciri-ciri Dajjal yang paling mencolok dan diingatnya setelah dikisahkan oleh guru agamanya di sekolah dasar. Gelisah dan takut pun seketika menguasai jiawanya.
“Ya, Allah,kenapa aku bisa melahirkan Dajjal?Apa aku termasuk orang yang dilaknat-Mu? Ampun Gusti. Ampun!”
Saking terpukulnya, perempuan itu bahkan sempat menolak menyusui jabang bayinya. Namun, si guru mengaji dan suaminya lekas membujuk agar perempuan itu mau menyusui buah hatinya. Bagaimanapun anak itu telah hidup sebagai manusia dan butuh disusui.
Serupa Dajjal Lanjutan
Lelaki itu mengaku bernama Dariyan bin Lathep Alia Syagirri. Tapi bila kutelisik dari perawakan dan raut mukanya, lelaki itu sungguh tak pantas menyandang namakearab-araban itu. Seharusnya nama yang cocok baginya adalah Mukidi atau Pranomo, sebab wajah dan perawakannya amat mirip dengan almarhum eyangku yang lahir dan meninggaldi Jawa Tengah. Kecuali pakaiannya, tak ada sama sekali tanda-tanda keturunan Arab yang mencolok dari raganya
“Itu ulah Dajjal!Dajjal telah lahir dan dunia sebentar lagi kiamat!”
Begitulah kalimat yang kali pertama keluar dari mulutnya di suatu malam yang larut di warung kopi Mang Amin. Lelaki itu sekonyong-konyong menggila begitu televisi yang tersemat di sebuah dinding bersanggakan papan sedang menampilkan berita terkini di Palestina. Kota itu kembali dibombardir oleh rudal Israel hingga puluhan nyawa melayang.
Padahal kudapati lelaki itu awalnya hanya tercenung sambil sesekali menyesap kopi hitamnya. Bahkan sejak aku duduk di sampingnya hingga aku memesan dan selesai menyantap mi goreng, lantas menyesap rokok dan memesan kopi dan kopiku tiba dan meneguknya sedikit demi sedikit, lelaki itu masih membisu. Namun tatkala di televisi tersiar kabar kondisi terkini di Palestina,lelaki itu pun serta-merta meracau bagai orang kerasukan setan.
Sayangnya malam itu telah terlampau larut dan tiada orang lain kecuali kami bertiga―aku, Mang Amin, dan lelaki itu―di warung kopi bercat putih kusam ini.Sementara Mang Amin dapat tetap tenang di biliknya sambil menonton televisi, aku justru kadung terjebak di dekat lelaki itu. Sampai kemudiania bertanya apakah aku percaya pada kelahiran Dajjal. Aku bilang tentu aku percaya sebab dalam agamaku hal itu pun diterangkan. Tapi lelaki itu dengan kegilaannya berkata:
“Kau harus tahu bila Dajjal sudah lahir dan aku adalah mantan pengikutnya.”
“Bapak sudah pernah bertemu dengan Dajjal?”
“Ya, ya.Sudah. Aku bahkan sudah jadi pengikutnya sejakia masih remaja.Dajjal tidak lahir di Arab, Irak, Israel apalagi di Afrika.Dajjal itu lahir di Kampung Belah Duren. Kampungku! Dan ia tetanggaku sendiri, tahu!”
Ingin rasanya aku bangkit dan menendang lelaki itu sampai terjengkang.Tapi niat itu urung kulakukan sebab lelaki itu segera mencekal pundakku dan memintaku untuk mendengarkanriwayatnya.
Begini kisahnya:
Di satu malam sebelum gerhana bulan terjadi, sebuah rumah bidan di Kampung Belah Duren digegerkan oleh kelahiran seorang bayi yang dianggap aneh. Bayi itu terlahir dengan kulit kasar, matanya hanya satu dan terletak di sebelah kiri―mata yang satu lagi hanya tumbuh bagai kutil dengan alis.Rengekannya lebih mirip anak kambing yang kehilangan induknya daripada disebut tangis bayi.Dan adaguratanmenghitam yang kurang jelas di keningnya. Setiap orang dibuat terperangah oleh kelahiran bayi tersebut.Tak terkecuali ayah dan ibunya.
“Bayinya lahir dengan ciri-ciri seperti Dajjal,” kata seorangguru mengaji begitu menjenguk si bayi yang baru dilahirkan itu. Ia adalah satu-satunya guru mengaji di Kampung Belah Duren.
Ibunya tersekat dan tersedu-sedan saat mendengar ucapan itu.Ia sendiri sudah mengira bahwa anaknya itu adalah titisan Dajjal sebab matanya yang hanya satu. Sebab memang itu ciri-ciri Dajjal yang paling mencolok dan diingatnya setelah dikisahkan oleh guru agamanya di sekolah dasar. Gelisah dan takut pun seketika menguasai jiawanya.
“Ya, Allah,kenapa aku bisa melahirkan Dajjal?Apa aku termasuk orang yang dilaknat-Mu? Ampun Gusti. Ampun!”
Saking terpukulnya, perempuan itu bahkan sempat menolak menyusui jabang bayinya. Namun, si guru mengaji dan suaminya lekas membujuk agar perempuan itu mau menyusui buah hatinya. Bagaimanapun anak itu telah hidup sebagai manusia dan butuh disusui.
Serupa Dajjal Lanjutan
anasabila memberi reputasi
1
1.3K
4
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan