- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Mutiny on the Bounty, asal usul Pitcairn Island


TS
dragonroar
Mutiny on the Bounty, asal usul Pitcairn Island

Rekonstruksi 1960 dari HMS Bounty
Menuju Tanjung Horn
Pada 15 Oktober 1787, Bounty bertolak dari Deptford menuju Spithead di Selat Inggris, tempat kapal akan berlabuh sambil menunggu terbitnya surat perintah berlayar. Bounty dipakai mengangkut bibit pohon sukun dari Tahiti (kala itu disebut "Otaheite"), sebuah pulau Polinesia di Pasifik Selatan, ke wilayah-wilayah jajahan Britania di Hindia Barat. Ekspedisi ini dipromotori oleh Royal Society dan dipersiapkan oleh Sir Joseph Banks, presiden Royal Society. Sir Joseph Banks dan para pemilik perkebunan di Karibia sependapat bahwa sukun dapat tumbuh dengan baik di sana, sehingga dapat dijadikan sumber pangan murah bagi budak-budak belian.
Cuaca buruk memperlambat kedatangan kapal di Spithead sampai dengan 4 November. Letnan Bligh sudah tidak sabar untuk cepat-cepat bertolak meninggalkan Inggris agar dapat mencapai Tanjung Horn sebelum berakhirnya musim panas yang berlangsung singkat di belahan bumi selatan, namun Kelaksamanaan Britania tidak memprioritaskan pelayaran Bounty sehingga surat perintah berlayar Letnan Bligh baru terbit tiga minggu kemudian. Ketika akhirnya diizinkan berlayar meninggalkan Inggris pada 28 November, Bounty tertahan tiupan angin sakal yang menghalanginya keluar dari perairan Spithead sampai dengan 23 Desember. Karena terancam gagal berlayar memutari Tanjung Horn, Kelaksamanaan Britania memberi izin kepada Letnan Bligh untuk mengalihkan pelayaran Bountry, bila perlu, ke rute alternatif menuju Tahiti lewat Tanjung Harapan.
Begitu kapal berlayar dan rutinitas di atas kapal mulai berjalan, Letnan Bligh pun mulai menerapkan disiplin ketat ala James Cook dalam urusan sanitasi dan makan minum. Menurut sejarawan yang mengkaji ekspedisi ini, Sam McKinney, Letnan Bligh menerapkan aturan-aturan ini "secara fanatik, tak henti-hentinya mencereweti kebersihan kapal dan makanan yang disajikan bagi awak kapal." Ia mengganti jadwal tugas jaga tradisional angkatan laut, yakni jadwal dua regu yang berganti-gantian bertugas setiap empat jam, dengan jadwal tiga regu yang masing-masing bertugas selama empat jam diselingi waktu istirahat selama delapan jam. Sebagai olahraga dan hiburan bagi awak kapal, ia menyelenggarakan kegiatan bermain musik dan menari secara teratur. Isi laporan Letnan Bligh kepada Campbell dan Banks menunjukkan kepuasannya; ia tidak pernah menjatuhkan hukuman karena, menurut isi laporannya, "Baik anak buah maupun perwira kapal mudah diatur dan ramah tamah, riang gembira, dan raut kepuasan terlihat jelas di wajah setiap orang". Satu-satunya hal yang menjengkelkan sampai dengan saat laporan itu ditulis adalah tingkah laku Juru Bedah Thomas Huggan, yang menurut Letnan Bligh adalah seorang pemalas dan pemabuk yang jorok.
Hubungan akrab antara Letnan Bligh dan Fletcher Christian sudah terbina sejak kapal mulai berlayar. Perlakuan istimewa dari Letnan Bligh menimbulkan kesan bahwa Fletcher Christianlah yang menduduki posisi nomor dua dalam struktur kepemimpinan kapal, bukannya John Fryer. Pada 2 Maret, Letnan Bligh meresmikan posisi itu dengan mengangkat Fletcher Christian menjadi penjabat letnan. Hanya sedikit tanda-tanda kekecewaan yang diperlihatkan oleh John Fryer terkait kenaikan jabatan juniornya itu, tetapi hubungannya dengan Letnan Bligh terus memburuk sejak saat itu. Seminggu setelah pengangkatan Fletcher Christian, atas desakan John Fryer, Letnan Bligh memerintahkan pelaksanaan hukuman dera terhadap Matthew Quintal, yang diganjar 12 kali dera karena "bersikap kurang ajar dan membangkang", dan dengan demikian menggagalkan harapan Letnan Bligh untuk menyelesaikan pelayaran Bounty tanpa hukuman-hukuman semacam itu.
Pada 2 April, ketika Bounty mendekati Tanjung Horn, angin ribut dan gelombang tinggi mulai berkecamuk dalam cuaca buruk yang menurut laporan Letnan Bligh, "lebih parah daripada yang pernah saya lihat ... badai yang disertai hujan es dan salju". Angin kencang meniup mundur kapal; dan pada 3 April, kapal telah tertiup semakin jauh ke arah utara, lebih jauh dibanding posisi kapal dari Tanjung Horn pada beberapa minggu sebelumnya. Letnan Bligh berulang kali berusaha melayarkan kapal menerobos badai dan gelombang, namun berulang kali pula terdesak mundur. Pada 17 April, ia mengumumkan kepada awak kapal yang sudah kehabisan tenaga bahwa laut telah mengalahkan mereka, oleh karena itu kapal akan berputar haluan dan berlayar menuju Tanjung Harapan. Pengumunan ini "disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang di atas kapal", tulis Letnan Bligh.
Dari Tanjung Harapan ke Samudra Pasifik
Pada 24 Mei 1788, Bounty membuang sauh di Valsbaai, sebelah timur dari Tanjung Harapan, dan berlabuh selama lima minggu untuk menjalani reparasi dan mengisi kembali perbekalan. Dalam suratnya yang dikirim ke Inggris, Letnan Bligh menegaskan bahwa ia dan segenap awak kapal berada dalam keadaan sehat walafiat, dibanding awak kapal-kapal lain, dan berharap agar kelebihan ini dicatat sebagai sebuah prestasi tersendiri. Selama pelayaran, Letnan Bligh pernah meminjamkan sejumlah uang kepada Fletcher Christian. Sejarawan Greg Dening menduga bahwa tindakan ini merenggangkan hubungan mereka karena menimbulkan rasa cemas dan bahkan rasa benci dalam hati Fletcher Christian. Dalam uraiannya tentang pelayaran ini, Caroline Alexander menyebutkan bahwa pinjaman itu adalah "suatu tindakan yang didasari oleh rasa persahabatan", namun selalu saja diungkit-ungkit oleh Letnan Bligh agar tidak dilupakan Fletcher Christian.
Setelah bertolak dari Valsbaai pada 1 Juli, Bounty melakukan pelayaran panjang mengarungi Samudra Hindia menuju pelabuhan persinggahan berikutnya, Teluk Adventure di Tasmania. Mereka melewati Île Saint-Paul, sebuah pulau kecil dan terpencil yang tak berpenghuni namun memiliki sumber air bersih dan sumber air panas. Keberadaan pulau ini sudah diketahui Letnan Bligh dari keterangan pelaut-pelaut terdahulu, namun ia tidak melakukan pendaratan di pulau itu. Suhu udara terasa dingin membeku, sebagaimana suhu udara di kawasan Tanjung Horn; pengamatan untuk keperluan navigasi pun sulit dilakukan; namun berkat kecakapan Letnan Bligh, pada 19 Agustus, Mewstone Rock yang terletak di ujung barat daya Tasmania telah tampak di cakrawala, dan dua hari kemudian, kapal akhirnya membuang sauh di Teluk Adventure.

Teluk Matavai, Tahiti, dalam lukisan William Hodges, 1776
Awak Bounty memanfaatkan masa labuh di Teluk Adventure untuk memulihkan diri, memancing, mengisi kembali tahang-tahang persediaan air, dan menebang pohon. Awak kapal juga menjalin hubungan baik dengan penduduk pribumi. Tanda-tanda awal ketidakakuran antara Letnan Bligh dan para perwira kapal tampak ketika Sang Nakhoda berbantah-bantahan dengan Tukang Kayu William Purcell terkait cara-cara memotong kayu. Letnan Bligh segera memerintahkan William Purcell untuk kembali ke atas kapal. Karena membangkang perintahnya, Letnan Bligh menahan jatah makan William Purcell. Letnan Bligh melaporkan bahwa tindakan itu "langsung membuatnya insaf".
Pertikaian berikutnya terjadi dalam pelayaran dari Tasmania menuju Tahiti. Pada 9 Oktober, John Fryer menolak untuk menandatangani buku-buku catatan kapal sebelum Letnan Bligh menerbitkan selembar sertifikat berisi pernyataan bahwa ia telah bertugas tanpa cela sepanjang pelayaran. Letnan Bligh tidak termakan gertakannya. Ia segera mengumpulkan seluruh awak kapal dan membacakan Pasal-Pasal Perang di hadapan mereka. Tindakannya ini tak ayal membuat John Fryer menyerah. Ia juga bertikai dengan Juru Bedah Thomas Huggan, karena terapi buang darah yang dilakukan Si Juru Bedah secara kurang cermat terhadap Kelasi Mahir James Valentine guna mengobati penyakit asmanya justru mengakibatkan Si Kelasi tewas akibat infeksi darah. Untuk menutupi kesalahannya, Si Juru Bedah melaporkan kepada Letnan Bligh bahwa James Valentine tewas akibat mengidap skorbut, sampai-sampai Letnan Bligh merasa perlu mengeluarkan simpanan obat-obatan dan ramuan antiskorbut milik pribadinya, kemudian membagi-bagikannya kepada seluruh awak kapal. Saat itu, Thomas Huggan sudah nyaris tidak mampu bergerak akibat kebanyakan menenggak minuman keras, sampai akhirnya Letnan Bligh menyita seluruh persediaan minuman kerasnya. Thomas Huggan sempat kembali bertugas; sebelum Bounty mencapai Tahiti, ia memeriksa seluruh awak kapal untuk mencari tanda-tanda penyakit kelamin, tetapi tidak seorang pun yang didapatinya mengidap penyakit itu. Bounty membuang sauh di Teluk Matavai, Tahiti, pada 26 Oktober 1788, setelah berlayar menempuh jarak sejauh 27.086 mil laut (50.163 km; 31.170 mil).
0
1.7K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan