- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
PEMERINTAH DIMINTA WASPADAI “THE FED”? MENGAPA?


TS
Alyahaap
PEMERINTAH DIMINTA WASPADAI “THE FED”? MENGAPA?
Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, memastikan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate terus dinaikkan secara bertahap. Kebijakan ini dilakukan mengingat data perekonomian di AS yang terus membaik dan prediksi kondisi perekonomian ke depan, dilihat dari inflasi dan angka penyerapan tenaga kerja. "Ekonomi AS ke depan akan semakin menguat. Dengan begitu, menurut kami, kenaikan suku bunga secara bertahap akan membantu perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan mempertahankan capaian penting bagi kami," kata Presiden Federal Reserve Cabang New York, John Williams, dalam Central Banking Forum 2018 di Hotel Conrad, Rabu (10/10/2018).
Williams memaparkan, tingkat pengangguran AS saat ini mencapai titik terendah sejak beberapa tahun terakhir, yakni sebesar 3,7 persen. Sementara tingkat inflasi juga terjaga, yakni masih di kisaran 2 persen. Perkiraan ke depan, ekonomi AS akan semakin kuat dengan sejumlah stimulus fiskal yang dilakukan otoritas di sana. Williams turut memperkirakan, pertumbuhan ekonomi AS tahun ini bisa meningkat sampai 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 2,5 persen pada 2019 mendatang.
LALU APA PENGARUHNYA UNTUK INDONESIA?
Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini menjadi 2-2,5 persen dan berpotensi mengerek sekali lagi suku bunga acuan pada akhir 2018. Kebijakan tersebut telah membuat nilai tukar rupiah rontok dari asumsi APBN 2018 yang dipatok Rp13.400 menjadi Rp15.200 per dolar AS. Padahal, untuk meredam tekanan tersebut BI sudah menaikkan suku bunga acuan sampai beberapa kali.
Kebijakan BI untuk menyesuaikan suku bunga acuannya mendapat banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan. Beberapa pelaku pasar berharap BI segera menaikkan suku bunga acuannya, lantaran hal itu bisa menyelamatkan nilai tukar Rupiah dari tekanan. Apalagi, BI sudah menahan suku bunganya pada posisi 4,25 persen sejak September 2017. Kenaikan bunga acuan diharapkan bisa menaikkan tingkat investasi di Indonesia sehingga dana asing tidak melanjutkan capital flight (pelarian modal). Maksudnya kenaikan bunga acuan diharap bisa membantu agar para investor tidak melakukan pelarian modal ke negara lain.
Jika banyak terjadi pelarian modal ke nergara lain maka ekonomi Indonesia akan terpuruk.
Sementara, kalangan perbankan cenderung berharap BI tetap mempertahankan suku bunganya. Jika pun naik, basis kenaikan suku bunga acuannya tidak terlampau tinggi. Momentum harus dijaga selalu positif. Untuk pertumbuhan kredit di kuartal dua sebenarnya mengindikasikan sudah cukup bagus. Kekhawatiran kalangan perbankan bukan tanpa sebab. Salah satu dampak paling nyata dari kenaikan suku bunga acuan adalah kenaikan suku bunga kredit, meski efeknya akan bergantung pada struktur pendanaan masing-masing bank.
Presiden Dirketur Bank Mayapada, Haryono Tjahjarijadi mengatakan, bank bisa saja tidak langsung mengadaptasi kenaikan suku bunga acuan BI terhadap suku bunga kreditnya, namun hal itu bisa berdampak pada margin bunga bersih atau NIM bank tersebut yang kemungkinan besar akan turun. Beberapa pertimbangan bank dalam menaikkan bunga kredit adalah terkait konsumsi masyarakat. Hal ini karena jika bunga kredit naik, otomatis banyak orang akan menyimpan uangnya agar mendapat untun yang banyak. sehingga di sisi lain konsumsi pasa akan turun sehingga perputaran uang di pasar juga memburuk dan akhirnya akan berdampak di perekonomian Indonesia.
Sumber:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/10/110154426/the-fed-pastikan-kenaikan-suku-bunga-dilakukan-bertahap
Williams memaparkan, tingkat pengangguran AS saat ini mencapai titik terendah sejak beberapa tahun terakhir, yakni sebesar 3,7 persen. Sementara tingkat inflasi juga terjaga, yakni masih di kisaran 2 persen. Perkiraan ke depan, ekonomi AS akan semakin kuat dengan sejumlah stimulus fiskal yang dilakukan otoritas di sana. Williams turut memperkirakan, pertumbuhan ekonomi AS tahun ini bisa meningkat sampai 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 2,5 persen pada 2019 mendatang.
LALU APA PENGARUHNYA UNTUK INDONESIA?
Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini menjadi 2-2,5 persen dan berpotensi mengerek sekali lagi suku bunga acuan pada akhir 2018. Kebijakan tersebut telah membuat nilai tukar rupiah rontok dari asumsi APBN 2018 yang dipatok Rp13.400 menjadi Rp15.200 per dolar AS. Padahal, untuk meredam tekanan tersebut BI sudah menaikkan suku bunga acuan sampai beberapa kali.
Kebijakan BI untuk menyesuaikan suku bunga acuannya mendapat banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan. Beberapa pelaku pasar berharap BI segera menaikkan suku bunga acuannya, lantaran hal itu bisa menyelamatkan nilai tukar Rupiah dari tekanan. Apalagi, BI sudah menahan suku bunganya pada posisi 4,25 persen sejak September 2017. Kenaikan bunga acuan diharapkan bisa menaikkan tingkat investasi di Indonesia sehingga dana asing tidak melanjutkan capital flight (pelarian modal). Maksudnya kenaikan bunga acuan diharap bisa membantu agar para investor tidak melakukan pelarian modal ke negara lain.
Jika banyak terjadi pelarian modal ke nergara lain maka ekonomi Indonesia akan terpuruk.
Sementara, kalangan perbankan cenderung berharap BI tetap mempertahankan suku bunganya. Jika pun naik, basis kenaikan suku bunga acuannya tidak terlampau tinggi. Momentum harus dijaga selalu positif. Untuk pertumbuhan kredit di kuartal dua sebenarnya mengindikasikan sudah cukup bagus. Kekhawatiran kalangan perbankan bukan tanpa sebab. Salah satu dampak paling nyata dari kenaikan suku bunga acuan adalah kenaikan suku bunga kredit, meski efeknya akan bergantung pada struktur pendanaan masing-masing bank.
Presiden Dirketur Bank Mayapada, Haryono Tjahjarijadi mengatakan, bank bisa saja tidak langsung mengadaptasi kenaikan suku bunga acuan BI terhadap suku bunga kreditnya, namun hal itu bisa berdampak pada margin bunga bersih atau NIM bank tersebut yang kemungkinan besar akan turun. Beberapa pertimbangan bank dalam menaikkan bunga kredit adalah terkait konsumsi masyarakat. Hal ini karena jika bunga kredit naik, otomatis banyak orang akan menyimpan uangnya agar mendapat untun yang banyak. sehingga di sisi lain konsumsi pasa akan turun sehingga perputaran uang di pasar juga memburuk dan akhirnya akan berdampak di perekonomian Indonesia.
Sumber:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/10/110154426/the-fed-pastikan-kenaikan-suku-bunga-dilakukan-bertahap
0
1.7K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan