Quote:
Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk mengekspresikan apa yang ada di hati dan benaknya melalui sebuah tulisan, gambar atau perkataan.
Misalnya dengan kalimat biasa yang sering atau umumnya dilakukan, bisa pula dengan gaya bahasa satire. Gaya bahasa satire itu terdiri dari ironi, dan gaya sarkasme. Dalam tulisan ini, saya akan membahas mengenai gaya bahasa satire secara ringkas.
Quote:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari satire secara sederhana adalah, gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir atau mengejek suatu keadaan atau seseorang.
Satire biasanya berisi ejekan yang terselubung. Disebut demikian, sebab terkadang ada "parodi" kritikan tersembunyi yang dibungkus dengan segala puja dan puji.
Meminjam istilah dari Hasanudin Abdurakman, atau yang biasa dipanggil Kang Hasan, sama halnya dengan sarkasme, satire adalah salah satu bentuk komunikasi high context. Di dalam satire, biasanya terselip pesan moral yang hendak disampaikan oleh pembuatnya.
Quote:
Karena sifatnya yang demikian, maka sangat penting bagi yang gemar dengan bersatire-ria untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Perhatikan Lawan Bicara
Quote:
Gaya bahasa ala satire bukan bahasa yang biasa. Bentuk gaya bahasa ini, umumnya bisa diketahui jika mengenal dengan baik penyampai pesan. Sebab tidak semua orang sanggup memahami pesan bergaya satire, maka pahamilah lawan bicara bila hendak berbicara dengan gaya bahasa tersebut.
Hal ini perlu untuk diketahui agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan konteks kalimat yang sedang digunakan. Terlebih, bahasa satire sering kali disamakan dengan penghinaan. Padahal, itu hanya persepsi sempit orang-orang yang tidak memahaminya.
Tentu saja, perbedaan penafsiran pasti terjadi jika penyampai pesan dan penerima pesan tidak dalam satu konspirasi persepsi. Jika perbedaan telah terjadi, maka komunikasi dan pesan tidak akan memberi manfaat, justru akan melahirkan kesalahpahaman yang fatal.
Bukankah hal yang sangat menjengkelkan adalah kesalahpahaman dalam menafsirkan sebuah pesan? Tidak hanya berpotensi mengundang permusuhan, kesalahpahaman bisa ber-ekses pada kejadian tak terduga yang lebih besar.
2. Pertimbangkan Bila Ingin Publikasi Satire di Media Sosial
Quote:
Media sosial diisi oleh beragam orang dengan beragam pemikiran pula. Rata-rata, orang hanya menafsirkan sebuah kalimat seperti yang tersurat, dan bukan yang tersirat.
Terutama jika menggunakan judul yang sifatnya satire. Bukan rahasia umum jika kebanyakan orang terjebak dalam judul saja dan enggan untuk membaca keseluruhan materi-nya. Ajaibnya, meski tanpa membaca sekalipun, kesimpulannya seakan-akan sudah didapat. Komen-nya pun "jaka sembung bawa golok".
Fakta ini bisa membawa dampak buruk. Diantaranya terjadi friksi antara penyampai pesan dengan yang menerimanya.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan ada pihak yang tidak bisa menerima lalu melaporkan kepada pihak yang terkait. Tindakan pelaporan yang saya maksud, tidak saja kepada aparat penegak hukum, namun bisa pula ke pihak admin yang mengelola sebuah media sosial. Jika kita memiliki kepentingan terhadap media sosial tersebut, artinya dampak yang bisa ditimbulkan bisa merugikan kita sendiri atau orang lain.
Quote:
Berbicara dengan gaya satire nyaris sama seperti dalam majas sarkasme. Meski dalam berbagai artikel dibedakan diantara keduanya, namun pesan-pesan dalam satire dan sarkasme memiliki tujuan yang sama. Bila diperhatikan, satire cenderung menggunakan diksi kalimat yang enak untuk dibaca, dan merupakan kritikan yang konstruktif.
Satire juga merupakan humor cerdas dengan tujuan memancing intelektualitas seseorang untuk memahami substansi yang hendak disampaikan. Sedangkan sarkasme cenderung memilih kata yang kasar, akan tetapi kedua majas ini sama-sama menyelipkan pesan moral yang tidak cukup hanya ditafsirkan secara tersurat.
Quote:
Pertanyaannya adalah, mengapa ada orang yang menggunakan perumpamaan dalam menyampaikan sebuah pesan?
Jawabannya, karena tidak semua orang bersedia menerima kritikan dengan bahasa yang lugas.
Bisa pula pembuat pesan ingin agar orang lain mencerna satire-nya dan berusaha menyingkap tabir misteri apa yang disembunyikan. Seperti misterinya pemuja kerang ajaib pimpinan Spongebob Squarepants.
Quote:
Selain itu, majas yang dipilih untuk menyampaikan pesan, merupakan kreatifitas orang-orang yang brilian. Meski dengan konsekuensi, tidak semua orang bisa memahaminya.
Namun, bukan artinya penerima pesan bukan orang yang pintar jika tidak memahami perumpamaan dalam majas. Karena masing-masing orang memiliki batasan-batasan tertentu dalam memahami arti dari sebuah kalimat.
Oleh karena itu, bagi yang suka bersatire, ada baiknya memperhatikan kedua poin yang saya sampaikan diatas.
Daripada pesannya nggak sampai, malah berujung pada pelaporan. Karena sekarang ini, selain musim kampanye, musim pula orang saling melapor. Meski untuk perkara yang remeh temeh.
Hati-hati ya? Soalnya selain saling lapor, tak jarang persekusi sudah sering dijadikan sebagai solusi. Entah karena aparat dan pemerintah sangat dipercaya oleh masyarakat, atau mereka berlindung dibalik "jumlah".
Apakah ada yang mau menambahkan dari kedua poin yang saya sampaikan diatas?
©
Skydavee
Sumber gambar: google
Artikel terkait:
Alasan-alasan Mengapa Orang Sarkastik Bisa Jadi Teman yang Menyenangkan
Referensi:
https://maknawi.com/2017/06/08/perbe...-dan-sarkasme/
Courtesy Nella Kharisma
Wong salah ora gelem ngaku salah
Suwe-suwe sopo wonge sek betah
Mripatku uwis ngerti sak nyatane
Kowe selak golek menangmu dewe
Tak tandur pari jebul tukule suket teki
