Menurut laporan Apple, pada kuartal ketiga yang berakhir pada 24 September 2016 berhasil menjual 45,51 iPhone. Menurut firma riset FactSet StreetAccount, pencapaian tersebut melebihi perkiraan analis di angka 44,8 juta unit.

Meski secara unit berhasil melampaui prediksi analis, pendapatan Apple jatuh 9% menjadi US$46,85 miliar, di bawah estimasi WSJ di kisaran US$76 miliar hingga US$78 miliar, terutama di musim liburan kuartal ini.

Bila Apple berhasil mencapai target analis, maka akan menjadi rekor penjualan baru Apple setelah pada periode sama tahun sebelumnya membukukan pendapatan sebesar US$75,9 miliar.

Apple sendiri memberi outlook penurunan margin keuntungan 38%-38,5% di bawah konsensus analis di 39%.

“Pastinya banyak yang terkejut mengenai hal tersebut,” kata senior investment analyst and portfolio manager Gradient Investments Mariann Montagne yang juga memiliki saham Apple.

Analis Edward Jones Bill Kreher mengatakan, saham Apple mengalami natural pause atau perlambatan alami meski hasil atau paparan kinerjanya positif. Sebelumnya, saham Apple mencapai titik terendah dalam 12 bulan terakhir di level US$89.47 pada Mei.

Meski kemudian kembali menanjak setelah kepercayaan investor meningkat. Apple tetap optimistis pada bisnisnya di Tiongkok. Menurut Maestri, masih ada peluang saat gross domestic product di Tiongkok melambat.

Sebab, perekonomian negara ini masih tetap tumbuh dan jumlah kelas menengah bertambah. Di sisi lain, tingkat kepemilikan ponsel pintar juga masih rendah. Tak dipungkiri, kejayaan Apple sangat berkaitan dengan penjualan iPhone yang mencapai dua pertiga dari total pendapatannya.

Namun di kuartal yang berakhir 24 September 2016, pendapatan bersih Apple turun menjadi US$9,01 miliar dibanding US$11,12 miliar di periode sama tahun sebelumnya. CEO Apple Tim Cook bilang, India juga jadi harapan Apple seiring mulainya layanan 4G di negara itu.

Cook memberi gambaran sejumlah bisnis potensial selain iPhone, seperti konten media.

Sumber : http://smart-money.co/bisnis/apple-d...yang-memudar-2