Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

esportsnesiaAvatar border
TS
esportsnesia
Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports
Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports


Atmosfer esports yang hingga kini masih didominasi oleh laki-laki, perlahan-lahan sedang mengubah arusnya. Perkembangan esports di tanah air juga bisa dirasakan melalui partisipasi kaum Hawa dalam menunjukkan giginya di industri ini.

Mereka tidak lagi hanya identik dengan perihal make-up dan perhiasan. Mereka pun berusaha untuk mendobrak status quo dengan prestasi dan skill gaming yang mumpuni.

Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports


Latihan yang konsisten, kekompakan tim, dan gelora untuk menuliskan sejarah baru pun dimiliki oleh tim profesional esports ini. Semua itu dilakukan untuk membuktikan bahwa kaum Hawa ini juga tidak kalah tanding di dunia esports.

Cening Ayu Gaming adalah salah satu tim esports yang semua membernya adalah perempuan dan berasal dari Bali. Pada kesempatan ini, sang leader, yaitu Charity Tamara telah hadir bersama Esportsnesia untuk membagikan kisah perjuangannya di industri esports.

Langsung saja, mari kita simak inspirasi yang terkandung dalam profil Tamara.

Sekilas tentang Tamara dan Cening Ayu Gaming

Sebagai seorang leader, tentunya harus memiliki jiwa dan raga yang lebih kuat untuk menakhodai anggotanya. Ibarat sebuah bangunan, seorang leader diharapkan dapat menjadi fondasi awal yang kuat demi bertahannya sebuah bangunan.

Begitu juga dengan Cening Ayu Gaming, tim female esports Bali yang pertama ini telah lama menjadi mimpi Tamara untuk turut berkontribusi memajukan industri esports, serta mengharumkan nama Bali melalui prestasi dalam pertandingan esports nasional maupun internasional.

Awal mula terjun ke dunia esports

Berawal dari hobi bermain game, Tamara menemukan sebuah keyakinan bahwa kelak pemain game dari kalangan wanita juga dapat maju hingga ke kancah nasional dan internasional.

Tidak muncul tiba-tiba, kesenangan bermain game tersebut ternyata diturunkan dari kedua orang tua Tamara, yang menggemari game konsol sejak era PS1, dan PS2.

Keinginan Tamara untuk memfokuskan diri berkarir di industri esports ternyata mendapat dukungan penuh dari orang tua. Hal ini juga yang membuat Tamara semakin bulat untuk membentuk tim esports Cening Ayu Gaming.

Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports


Sama hal dengan dirinya, Tamara selalu menekankan kepada setiap anggotanya yang ingin bergabung untuk terlebih dahulu meminta restu dari orang tua, karena Tamara sendiri meyakini bahwa, jika kedua restu sudah ditangan, maka akan selalu ada jalan, karena pasti doa sudah berjalan.

Hingga saat ini, Cening Ayu Gaming masih beranggotakan 7 orang, termasuk coach mereka. Selain Charity “TamTam” Tamara selaku ketua, ada juga Anastasya “M1ND” Ade, Paramitha “Metong” Pradnya, Gayatri “aya” Putri, Ayu “GoldGirl999” Diana, Michelle “Michehe”, dan Christian sebagai coach.

Tantangan yang dihadapi Cening Ayu Gaming

Tidak dapat dipungkiri, Tamara mengatakan bahwa ekosistem esports di Indonesia masih belum bebas dari isu seksisme. Tidak sedikit juga para pria yang merendahkan kemampuan mereka sebelum bertanding.

Tamara menambahkan bahwa selama mengikuti kompetisi yang ada, Cening Ayu Gaming masih mendapatkan perlakuan tidak adil, terkadang juga dilecehkan, yang akhirnya membuat Cening Ayu Gaming merasa bahwa masih banyak sekali masyarakat dengan pemikiran terbelakang terhadap kemampuan gaming perempuan.

Sudah menjadi hal yang biasa, ketika saat bermain, Tamara dan rekannya hanya dianggap menjual tampang, bukan skill maupun prestasi. Namun, statement yang seperti itu justru menjadi asahan bagi Cening Ayu Gaming untuk bermain lebih baik lagi, dan membalasnya melalui hasil dan prestasi.
Role model Cening Ayu Gaming

Dalam industri esports Indonesia yang semakin berkembang, Tamara mengakui bahwa kesempatan yang dimiliki antara pria dan wanita kini sudah cukup setara. Hal tersebut terlihat dengan adanya salah satu tim esports wanita di Indonesia yang dikenal dengan NXA Ladies.

NXA Ladies pun sudah tidak asing lagi di kalangan esports Indonesia yang kini sudah dikenal dengan tim yang berisikan atlet esports wanita professional nan hebat.

Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports


Keberadaan figur panutan tersebut turut memotivasi Tamara beserta rekannya bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan tim esports khusus wanita ini untuk mendaki tangga karir nasional hingga internasional.

Seksisme di esports Indonesia?

Tamara meyakini bahwa sebenarnya tidak ada niat untuk membeda-bedakan gender dalam dunia esports yang saat ini sudah berkembang pesat di Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada fenomena menarik yang terjadi di tahun 2018 ini.

"Sudah menjadi hal yang biasa, ketika saat bermain, Tamara dan rekannya hanya dianggap menjual tampang"

berapa bulan yang lalu, Garena mengadakan turnamen Point Blank National Championship (PBNC) dan Point Blank Ladies Championship (PBLC), dimana PBNC hanya diikuti oleh laki-laki dan PBLC hanya diikuti oleh perempuan.

Besar hadiah yang ditawarkan pun layak untuk disorot. InfoTourney.com, sebuah portal media yang turut menyajikan informasi seputar turnamen esports di Indonesia, mengingat bahwa PBNC memberi hadiah sebesar 1 milyar rupiah kepada pemenangnya dan sementara itu PBLC hanya memberi hadiah sebesar 12 juta rupiah kepada pemenangnya.

Informasi mengenai turnamen PBNC bisa dikunjungi melalui tautan ini, dan PBLC melalui tautan ini.

Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports


Akan tetapi, meskipun fenomena tersebut tidak bisa disangkal, untuk saat ini Tamara memaklumi anggapan masyarakat terhadap kemampuan bermain antara wanita dan pria yang masih jauh berbeda.

Perbedaan tersebut masih berdasar pada paham sempit dimana wanita cenderung dianggap untuk bermain menggunakan perasaan, sementara pria menggunakan logika.

Jika permasalahannya berakar dari dasar pemikiran seperti itu, adalah hal yang wajar jika terlebih dahulu dibuat sebuah pertandingan khusus bagi perempuan. Meskipun saat ini turnamen khusus untuk perempuan masih dianggap sebagai “ajang sekunder”, seiring berjalannya waktu ekosistem esports akan memperbaiki dirinya sendiri.

Sedikit hal baik sudah terlihat dengan bertambahnya jumlah turnamen khusus ladies, seperti diadakannya AOV Princess Cup. Melalui wadah ini, perempuan akan memiliki sebuah spotlight yang nantinya akan mampu mengantarkan mereka pada sebuah kesempatan untuk membuktikan dirinya.

Pada akhirnya, meskipun hadiah turnamen yang ditawarkan sangat mencerminkan sebuah kesenjangan, bukan berarti bahwa tim esports perempuan di Indonesia sama sekali tidak berdaya untuk melawan tim laki-laki.

Harapan untuk esports Indonesia

Berbicara tentang harapan, Tamara mewakili Cening Ayu Gaming berharap kelak, khususnya di sektor kepemerintahan untuk dapat lebih terlibat (secara signifikan tentunya) dalam perkembangan esports di Indonesia, khususnya di Bali.

Wajah Esports Indonesia: Charity Tamara – Menyikapi Ketidakadilan Gender di Esports


Namun, Tamara yakin bahwa akan tiba masanya dimana tidak ada lagi stigma maupun sentimen “receh” akan perbedaan gender. Dan jika kita telah sampai di masa itu, pertandingan seru antara laki-laki melawan perempuan akan menjadi ajang pembuktian skill yang sesungguhnya.


"Wajah Esports Indonesia adalah konten tulisan yang menceritakan tentang kisah inspiratif yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam lanskap esports Indonesia. Dalam kategori ini Esportnesia akan mengupas pengalaman, motivasi, kisah, serta inspirasi-inspirasi yang secara eksklusif dimiliki oleh sang narasumber."


Sumber : esportsnesia.com
-1
3.3K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan