Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rocktographyAvatar border
TS
rocktography
Nafas Tembakau
Sebuah mobil Pick Up tua hitam berkarat melaju santai menyusuri jalanan lengang di pinggiran Kota Boyolali. Ya, sudah tua, ompong pula, wippernya telah tanggal dua-duanya.
Ya, melaju santai, karena memang itulah tenaga maksimalnya. Mendadak terserang asma ketika diajak ngebut, ngambek, lalu tak mau diajak jalan lagi ; Mogok.

Sang sopir, seorang bujang lapuk 32 tahun. Pria gondrong sebahu itu sedang menjentik-jentikan jarinya pada kemudi. "Mamamia letmigo!" pekiknya mengikuti lagu dari pemutar musik.
Disampingnya tergolek tubuh penuh daging, 5 tahun lebih muda darinya. ialah Co-Pilot yang sekaligus merangkap sebagai juru tulis sekaligus juru hitung dan sekaligus kuli panggul, entah apa sebutan yang paling tepat untuk pekerja multifungsi satu ini.

Mereka adalah pegawai setia sebuah produsen rokok rumahan yang berada di daerah Salatiga, dan saat ini mereka sedang dalam perjalanan menjemput lembaran daun-daun tembakau yg telah dipanen oleh para petani di sebuah desa terpencil di Boyolali.

Suasana khas pedesaan sudah sangat terasa meski mereka masih berada dijalanan yang telah beraspal, padi menguning di kiri jalan terus mengiringi perjalanan mereka sejak meninggalkan jalanan perkotaan Boyolali setengah jam yang lalu. Barisan akasia memayungi mereka di sisi lainnya.
Damai, teduh.

Sepuluh menit berlalu mereka mentas dari jalan aspal, bermanuver kearah barat pada jalan tanah berbatu, satu-satunya jalan yang bisa dilewati mobil menuju Desa Leban.
Perjalanan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Co-Pilot kita yang sedari tadi tertidur ditimang-timang oleh mulusnya aspal, sontak gelagapan terbangun oleh goncangan dahsyat, mimpi cabulnya sirna.

Co-Pilot berteriak jengkel.
"Kampreeet...!!!, pelan dikit kan bisa to, Man, ganggu orang lagi merangkai masa depan aja koe iki."

Yang dimarahi cuma mrenges.
"Memang tak sengojo, kamu ini sejak dari berangkat tadi kog merem terus, percuma ada temen tapi diem terus gak bisa diajak ngobrol diperjalanan, mendingan aku ngajak kucing, bisa ngeong." jawabnya asal sambil tertawa.

Co-pilot menjawab sambil merem, berusaha mengejar mimpi cabulnya.
"Aku capek, Man, semalem begadang nonton Emyu. Habis ini kan kudu muat mbako, aku merem bukan sepenuhnya tidur males-malesan, aku ini lagi ngumpulin tenaga buat nanti angkat-angkat.
Gantian wis, nanti kamu merem aja, gausah bantuin angkat-angkat, gimana?"

Firman tak menjawab, pikirannya sudah tersita pada kemudi ketika memasuki medan yang mulai ekstrim ; curam, tanah becek berbatu lumayan besar dan kubangan-kubangan air sisa hujan.

Sebenarnya tidak terlalu jauh jarak jalan aspal menuju Desa Leban, sekitar 7 kilometer. Namun jangan harap bisa melaluinya menggunakan mobil pickup tua ini dengan waktu singkat. Mobil keluaran barupun pasti megap-megap. Memang sangat jarang pengendara mobil memilih jalur ini, lebih tepatnya sangat jarang orang melewati jalur ini.
Ini memang jalan satu-satunya, namun desa diujung jalan ini juga desa satu-satunya. Dan warga desa Leban sendiri pun lebih memilih jalan lain yang landai dan sempit namun lebih manusiawi, karena diantara mereka tak ada yang memiliki mobil, maka tak butuh jalan yang lebar.
jangankan mobil, sepeda bekas saja sudah jadi barang mewah bagi mereka.

"Ini bukan jalan curam berbatu, ini lebih mirip jurang yang dipermak agar menyerupai jalan..!!!" Umpat Co-Pilot pada penulis.

Lengkingan Freddie pada lagu We Will Rock You di kabin pickup pun lebih terasa feel-nya.
anasabila
pulaukapok
pulaukapok dan anasabila memberi reputasi
2
705
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan