Semua hal di dunia ini mempunyai dua sisi, positif dan negatif. Bahkan sesuatu yang baik sekalipun, macam ibadah punya sisi negatif.Ibadah yang dilandasi dengan ke-tinggi-an hati alias sombong akan membuat pelaku nya merasa paling. Paling benar, paling alim, dan tidak segan menilai jelek pada orang lain. Mengatakan orang lain tidak benar!



Jika hal baik saja mempunyai sisi negatif, apalagi hal yang biasa saja? Tentu ada sisi negatifnya. Namun jangan lupa, ada juga sisi positif yang sebaiknya diketahui dan jangan ditutupi. Perayaan malam tahun baru, bagi anda-anda orang kaya yang alim mungkin tidak ada gunanya, bid'ah dan sesat. Tapi tidak bagi Lek Kirno.



Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang penjualan mainan anak-anak, Lek Kirno sangat menantikan malam tahun baru. H-14 alias dua minggu sebelum malam puncak perayaan tahun baru, dia sudah memborong semua kebutuhan untuk membuat terompet. Dia yang sehari-hari berjualan gelembung sabun di sekolah-sekolah, melupakan dulu bisnis gelembungnya. Kebetulan sekolah juga sudah libur. Di kepala Lek Kirno hanya satu, membuat terompet dan aksesoris tahun baru sebanyak-banyaknya.

Setiap hari tanpa lelah dia begadang membuat terompet. Di kepalanya hanya satu, terompet ini laku, dan dia bisa membayar kreditan motor yang merupakan sarana usahanya. Menutup uang kontrakan, dan jika masih ada lebih (karena dia prediksi jualannya laku keras) dia ingin mengajak anaknya main-main ke waterboom biar anaknya merasakan bahagia seperti anak-anak orang yang lain. Sampai di sini sudah paham berkah tahun baru?



Saya kasih contoh lagi kalau belum paham. Mas Sabar adalah seorang supir bus AKAP. Dengan sistem pendapan persenan, di mana semakin banyak okupasi penumpangnya, maka semakin banyak uang yang dia terima. Jalur Bus yang dilewati mas Sabar melewati beberapa rute tempat wisata yang populer untuk menikmati perayaan malam tahun baru. Jauh hari Mas Sabar sudah membayangkan pendapatan yang besar dari okupasi busnya.

Mas Sabar yang masih muda berniat membeli cincin untuk mas kimpoi. Dari mana? Dari hasil tarikan nya menjelang dan sesudah malam tahun baru. Saat anak muda lain menikmati indahnya malam tahun baru bersama keluarga, Mas Sabar masih fokus dengan tiga pedal dan sebuah stir bundar. Rela orang seperti Mas Sabar kehilangan okupasi hanya karena pemahaman sempit yang tidak berguna dari pikiran anda? Masih belum paham juga, saya tambah satu contoh lagi.



Suko adalah penghuni rumah susun sewa di sebuah kota. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya hanya buruh cuci. Sudah 6 bulan Suko dan ibunya menunggak uang sewa rusun. Mereka terancam diusir dan hidup menggelandang di jalanan. Kebetulan Ibunya Suko baru saja sembuh dari sakit. Namanya sakit, tentu tidak bisa menghasilkan uang. Sekolah dan pengobatan memang gratis, tapi makan? Mau tidak mau, Suko yang mencarinya.

Terpaksa adalah alasan Suko untuk memulung dan menepikan rasa malu jika ketemu teman sekolahnya. Nah, momen tahun baru adalah tambang emas bagi orang-orang macam Suko. Cukup nongkrong di alun-alun, sampah akan datang sendiri. Harapan untuk mencicil tunggakan sewa rusun sudah terbayang indah di depan matanya. Selain itu, dia juga bisa berbakti untuk membantu kebersihan kotanya. Mau mematikan harapan anak seperti Suko?



Jujur saya sedih melihat ada poster seperti di atas. Dulu, yang seperti itu tidak pernah ada, tapi mengapa sekarang ada? Jika semua yang menyerupai golongan yang beda itu sama saja ikut golongan itu, sebaiknya kalau haji jalan kaki saja. Karena budaya naik pesawat itu bukan dari golongan mu! Ah, sudahlah tidak perlu diperpanjang. Saya hanya ingin menyampaikan, bijaklah dalam memandang sebuah peristiwa. Bisa jadi di balik peristiwa yang tidak anda suka, ada ratusan bahkan ribuan nyawa yang tertolong kehidupannya. Selamat Tahun Baru, Salam Damai!


Merdeka!

Ide Tulisan : Pemikiran sendiri
Sumbr Gambar : sini, sini, sini, sini