- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PENGETAHUAN : Negara / Kerajaan Berdaulat yang Pernah Dijajah China sejak Abad ke-20.


TS
suarabenar
PENGETAHUAN : Negara / Kerajaan Berdaulat yang Pernah Dijajah China sejak Abad ke-20.
China memiliki kekayaan sejarah yang patut kita ketahui bersama. Meskipun telah ditakdirkan memiliki wilayah negara yang besar, namun bukan berarti negara yang mayoritas buddha tersebut "puas" akan kebesarannya tersebut. Alih-alih bersyukur, China tercatat pernah beberapa kali berupaya menjajah negara lain. Ada yang berhasil dan mereka klaim sebagai wilayahnya sampai sekarang, ada pula yang masih dalam wilayah sengketa.
Lalu negara-negara mana saja yang mereka invasi setidaknya 100 tahun belakangan? Yuk kita simak :
1. Invasi ke wilayah Manchukuo atau Manchuria tahun 1940-an
2. Invasi ke wilayah Xinjiang, Rep. Turkistan Timur (1940-an)
3. Invasi ke wilayah Tibet (1950-an)
4. Invasi wilayah perbatasan India (1960-an)
5. Invasi ke Wilayah Vietnam (diakhir 1970-an)
Demikianlah Trid ini ane buat agar kita bisa menambah khasanah pengetahuan umum kita tentang sejarah dunia. Semoga kita bisa makin cerdas, pintar, dan bisa mengambil hikmah atas sejarah diatas.

Lalu negara-negara mana saja yang mereka invasi setidaknya 100 tahun belakangan? Yuk kita simak :
1. Invasi ke wilayah Manchukuo atau Manchuria tahun 1940-an
Spoiler for 1.:
Pada dasarnya wilayah Manchukuo atau Manchuria bukanlah wilayah yang mengakui dirinya sebagai bagian teritori China. Namun diawal 1940-an ada aksi militer China yang hendak menguasai wilayah tersebut. Hal ini karena Orang Cina sendiri menganggap Manchuria sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Cina. Manchuria terdiri dari beberapa propinsi yang terletak di sebelah timur laut Cina yaitu propinsi Jilin, Heilungjiang dan Liaoning. Propinsi-propinsi tersebut oleh orang barat lebih dikenal dengan nama Manchuria dan merupakan daerah tapal batas antara Cina, Korea (saat itu diduduki oleh Jepang), Jepang, dan Rusia sehingga memiliki kedudukan yang sangat strategis.

Manchuria memiliki arti yang sangat penting bagi Cina yaitu sebagai garis depan pertahanan Cina terhadap invasi asing seperti Jepang maupun Rusia. Dalam dinamikanya, wilayah Manchu yang seharusnya independen, akhirnya dianeksasi melalui jalan militer. Untuk diketahui, sebelum China melakuka aksi militernya, Manchukuo, diakui oleh 23 negara dari 80 negara di dunia masa itu.


Manchuria memiliki arti yang sangat penting bagi Cina yaitu sebagai garis depan pertahanan Cina terhadap invasi asing seperti Jepang maupun Rusia. Dalam dinamikanya, wilayah Manchu yang seharusnya independen, akhirnya dianeksasi melalui jalan militer. Untuk diketahui, sebelum China melakuka aksi militernya, Manchukuo, diakui oleh 23 negara dari 80 negara di dunia masa itu.

2. Invasi ke wilayah Xinjiang, Rep. Turkistan Timur (1940-an)
Spoiler for 2.:
Wilayah Xinjiang adalah wilayah yang pelik dimana penguasa wilayahnya silih berganti dari abad ke abad. Dimulai dari Negara Turkistan, Rep. Islam Turkistan Timur, hingga Pencaplokan yg dilakukan oleh Dinasti Hui dan Dinasti Qing. Bangsa yang mendiami wilayah Xinjiang adalah Bangsa Uyghur.

Perbedaan yang teramat kental antara ras dominan (Han) dengan bangsa Uyghur sebenarnya sudah menjawab bahwa wilayah ini sebenarnya bukanlah tempat orang-orang China (Han). Mulai dari mayoritas karakteristik fisik ras, bahasa, budaya, hingga agama. Hal inilah yang meresapkan identitas Uyghur sebagai negara tersendiri, yaitu Turkistan dan Republik Islam Turkistan Timur.
Republik Islam Turkistan adalah republik Islam yang didirikan pada tahun 1933. Negara ini dipusatkan di kota Kashgar yang kini dikelola Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang. Meskipun negara ini adalah program gerakan kemerdekaan dari Uyghur , penduduk yang hidup di sana , RTT adalah wilayah yang didominasi etnis Turki , termasuk Kyrgyz, dan lainnya.

Republik Islam Turkistan Pertama dihapuskan dengan penghapusan Kashgar pada tahun 1934 oleh kepala suku Hui yang secara teoretis bersekutu dengan pemerintah Kuomintang di Nanjing. Disamping dijajah oleh China, Rep. Islam Turkistan juga dijajah oleh Bangsa Rusia. Namun ditahun 1940-an, ada lagi gerakan politik untuk melahirkan Rep. Turkistan Kedua, yang kemudian disebut dengan Rep. Turkistan Timur (RTT), adalah sebuah republik rakyat Turki yang ternyata juga didukung Rusia. Namun negara inipun berumur pendek. RTTK berdiri pada tahun 1940-an (12 November 1944 - 1946) di Xinjiang kini. Negara ini dimulai sejak revolusi di tiga kabupaten utara (Ili, Tarbaghatai, Altai). Perjuangan mereka berakhir keberhasilan China mencaplok Xinjiang ditahun 1979. Wilayah ini sekarang merupakan bagian dari Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang dibawah kendali Pemerintah China.



Perbedaan yang teramat kental antara ras dominan (Han) dengan bangsa Uyghur sebenarnya sudah menjawab bahwa wilayah ini sebenarnya bukanlah tempat orang-orang China (Han). Mulai dari mayoritas karakteristik fisik ras, bahasa, budaya, hingga agama. Hal inilah yang meresapkan identitas Uyghur sebagai negara tersendiri, yaitu Turkistan dan Republik Islam Turkistan Timur.
Republik Islam Turkistan adalah republik Islam yang didirikan pada tahun 1933. Negara ini dipusatkan di kota Kashgar yang kini dikelola Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang. Meskipun negara ini adalah program gerakan kemerdekaan dari Uyghur , penduduk yang hidup di sana , RTT adalah wilayah yang didominasi etnis Turki , termasuk Kyrgyz, dan lainnya.

Republik Islam Turkistan Pertama dihapuskan dengan penghapusan Kashgar pada tahun 1934 oleh kepala suku Hui yang secara teoretis bersekutu dengan pemerintah Kuomintang di Nanjing. Disamping dijajah oleh China, Rep. Islam Turkistan juga dijajah oleh Bangsa Rusia. Namun ditahun 1940-an, ada lagi gerakan politik untuk melahirkan Rep. Turkistan Kedua, yang kemudian disebut dengan Rep. Turkistan Timur (RTT), adalah sebuah republik rakyat Turki yang ternyata juga didukung Rusia. Namun negara inipun berumur pendek. RTTK berdiri pada tahun 1940-an (12 November 1944 - 1946) di Xinjiang kini. Negara ini dimulai sejak revolusi di tiga kabupaten utara (Ili, Tarbaghatai, Altai). Perjuangan mereka berakhir keberhasilan China mencaplok Xinjiang ditahun 1979. Wilayah ini sekarang merupakan bagian dari Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang dibawah kendali Pemerintah China.


3. Invasi ke wilayah Tibet (1950-an)
Spoiler for 3.:
Tibet dahulunya adalah sebuah kerajaan merdeka yang mengalami interaksi maupun benturan terutama secara politik dengan dinasti-dinasti yang ada di dataran Cina (Ras Han).
Untuk diketahui, Cina melumpuhkan Tibet bukan dengan darah dan doa tapi dengan sejumlah megaproyek. Megaproyek ini berdampak pada sosial budaya masyarakat di negeri Dalai Lama itu.
Musim gugur 1950, pasukan tentara merah Cina menguasai Tibet—negeri di atas angin yang dipimpin Dalai Lama. Dari penyerbuan inilah pertikaian Cina-Tibet bermula. Setahun kemudian, pimpinan Tibet, Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, didongkel dari jabatannya. Sementara Cina mengangkat pemimpin baru di Tibet. Tibet terpecah belah. Gejolak politik memanas.

Pada 17 Maret 1959, tentara Cina hendak menangkap Dalai Lama guna menguasai Tibet sepenuhnya. Tapi Dalai Lama ke-14 itu berhasil meloloskan diri dan mendirikan semacam pemerintahan pelarian di Dharamsala, India sampai hari ini. Sejak itu pula Cina mengklaim Tibet sebagai wilayah resminya.
“Sejak Cina mencaplok Tibet pada tahun 1951 dan pemimpin agama dan politik, Dalai Lama, melarikan diri ke pengasingan di India, pemerintah pusat telah menyuntikkan dana lebih dari 648 miliar yuan atau setara 100 miliar dolar AS untuk wilayah tersebut,” demikian sebut Bloomberg pada Desember tahun lalu.

Subsidi Beijing ini digunakan untuk sejumlah megaproyek infrastruktur paling penting bagi peradaban modern: listrik, transportasi, dan teknologi informasi.
Untuk memenuhi target energi terbarukan, Cina—meski sudah menjadi negeri paling produktif menghasilkan pembangunan bendungan di dunia—masih terus memanfaatkan lebih banyak lagi tenaga air. Di Tibet, megaproyek bendungan raksasa itu ditempatkan di sungai Yarlung Tsangpo Dataran Tinggi Tibet. Sungai ini merupakan hulu dari sungai Brahmaputra yang mengalir ke hilir di India dan Bangladesh.

Cutural Survival, sebuah lembaga nirlaba, pendukung kelangsungan budaya Masyarakat Adat Internasional menyebutkan banyak orang Tibet tidak memperoleh manfaat ekonomi dari berbagai proyek besar yang dilakukan China tahun 1950-an tersebut. Sebagian besar pekerjaan yang diciptakan oleh pembangunan pariwisata di Tibet hanya untuk pekerja migran asal Cina. Dan lebih parahnya, berbagai laporan menyatakan bahwa pekerja China yang datang ke Tibet ternyata adalah tentara yang menyamar sehingga ketika Pemerintah Pusat China mengomandoi Invasi, misi inpun berjalan dengan mudah.
“Sementara sebagian besar pendapatan yang dihasilkan dari peningkatan jumlah wisatawan Cina mengalir kembali ke Cina,” demikian sebut lembaga itu.
Untuk diketahui, Cina melumpuhkan Tibet bukan dengan darah dan doa tapi dengan sejumlah megaproyek. Megaproyek ini berdampak pada sosial budaya masyarakat di negeri Dalai Lama itu.
Musim gugur 1950, pasukan tentara merah Cina menguasai Tibet—negeri di atas angin yang dipimpin Dalai Lama. Dari penyerbuan inilah pertikaian Cina-Tibet bermula. Setahun kemudian, pimpinan Tibet, Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, didongkel dari jabatannya. Sementara Cina mengangkat pemimpin baru di Tibet. Tibet terpecah belah. Gejolak politik memanas.

Pada 17 Maret 1959, tentara Cina hendak menangkap Dalai Lama guna menguasai Tibet sepenuhnya. Tapi Dalai Lama ke-14 itu berhasil meloloskan diri dan mendirikan semacam pemerintahan pelarian di Dharamsala, India sampai hari ini. Sejak itu pula Cina mengklaim Tibet sebagai wilayah resminya.
“Sejak Cina mencaplok Tibet pada tahun 1951 dan pemimpin agama dan politik, Dalai Lama, melarikan diri ke pengasingan di India, pemerintah pusat telah menyuntikkan dana lebih dari 648 miliar yuan atau setara 100 miliar dolar AS untuk wilayah tersebut,” demikian sebut Bloomberg pada Desember tahun lalu.

Subsidi Beijing ini digunakan untuk sejumlah megaproyek infrastruktur paling penting bagi peradaban modern: listrik, transportasi, dan teknologi informasi.
Untuk memenuhi target energi terbarukan, Cina—meski sudah menjadi negeri paling produktif menghasilkan pembangunan bendungan di dunia—masih terus memanfaatkan lebih banyak lagi tenaga air. Di Tibet, megaproyek bendungan raksasa itu ditempatkan di sungai Yarlung Tsangpo Dataran Tinggi Tibet. Sungai ini merupakan hulu dari sungai Brahmaputra yang mengalir ke hilir di India dan Bangladesh.

Cutural Survival, sebuah lembaga nirlaba, pendukung kelangsungan budaya Masyarakat Adat Internasional menyebutkan banyak orang Tibet tidak memperoleh manfaat ekonomi dari berbagai proyek besar yang dilakukan China tahun 1950-an tersebut. Sebagian besar pekerjaan yang diciptakan oleh pembangunan pariwisata di Tibet hanya untuk pekerja migran asal Cina. Dan lebih parahnya, berbagai laporan menyatakan bahwa pekerja China yang datang ke Tibet ternyata adalah tentara yang menyamar sehingga ketika Pemerintah Pusat China mengomandoi Invasi, misi inpun berjalan dengan mudah.
“Sementara sebagian besar pendapatan yang dihasilkan dari peningkatan jumlah wisatawan Cina mengalir kembali ke Cina,” demikian sebut lembaga itu.

4. Invasi wilayah perbatasan India (1960-an)
Spoiler for 4:
Tanggal 20 Oktober 1962, pasukan Cina yang ada di front barat (Aksai Chin) & front timur (Cina selatan) secara serentak melakukan serangan cepat ke wilayah Aksai Cin, India. Pihak India sama sekali tidak menyangka bahwa Cina akan melakukan serangan besar-besaran sehingga menjelang dimulainya perang, pasukan mereka hanya melakukan sedikit persiapan. Di front barat contohnya, serangan cepat yang dilakukan Cina berhasil membuat pasukan India yang menjaga pos-pos perbatasan kewalahan & terpaksa melawan dengan kekuatan seadanya. Hasilnya, hanya dalam waktu 2 hari sejak memulai serangan, pasukan Cina berhasil menguasai seluruh wilayah Aksai Chin.
Di front timur, pasukan Cina yang dari segi jumlah & persiapan perang lebih unggul melakukan penyerbuan ke basis pertahanan pasukan India di sebelah selatan Sungai Namka Chu atau biasa disebut MacMahon Line. Pasukan Cina secara mendadak mulai mengepung basis pertahanan India di dekat Sungai Namka Chu. Sembari melakukan serangan, pasukan Cina juga memutus jaringan kabel telepon milik pasukan India. Terkejut dengan serangan mendadak tersebut & tidak bisa mengirimkan pesan ke luar medan perang untuk meminta bantuan, pasukan India yang ada di sana kemudian melarikan diri ke Bhutan, negara tetangga India di sebelah timur. Pasukan Cina memilih untuk melanjutkan penaklukannya ke wilayah-wilayah sengketa lainnya di India timur & tidak mengejar pasukan India yang melarikan diri ke Bhutan.

Tanggal 24 Oktober, Cina yang sudah berhasil menguasai seluruh wilayah sengketa di kedua front lalu mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut juga diikuti dengan tawaran dari pihak Cina yang menyatakan bahwa Cina akan menarik mundur pasukannya dari medan perang kalau India mau merundingkan kembali soal garis perbatasan di wlayah sengketa kedua negara. Tawaran tersebut ditolak India yang diikuti dengan pernyataan bahwa India akan mengerahkan kekuatan militernya secara penuh untuk mengusir Cina dari tanah India. India merasa berani mengeluarkan pernyataan tersebut karena di saat bersamaan, AS & Inggris menyatakan dukungannya pada India.
Tanggal 14 November alias sekitar 3 minggu setelah gencatan senjata pertama kali diumumkan, pertempuran kembali meletus di front timur. Dalam pertempuran tersebut, India yang melancarkan serangan besar-besaran ke kota Walong milik Cina berhasil merebut kota tersebut & membunuh sejumlah besar tentara Cina. Cina lantas meresponnya dengan melakukan serangan balik ke basis pertahanan India di dekat Se La pada tanggal 17 November.

Pertempuran yang kembali pecah di front timur lantas menjalar ke front barat. Pada tanggal 18 November 1962, pasukan Cina yang memanfaatkan gangguan jaringan komunikasi yang menimpa pasukan India & kabut yang menyelimuti kawasan tersebut berhasil merebut Bukit Gurung dari tangan pasukan India setelah melalui pertempuran sengit selama 2 hari. Begitu sengitnya pertempuran tersebut sehingga sekitar 1.000 orang tentara Cina harus tewas atau terluka. India sendiri di lain pihak kehilangan 109 orang dari total 123 tentara yang ditugaskan untuk mempertahankan Bukit Gurung.
Sejumlah tentara India yang selamat dari pertempuran tersebut lalu melarikan diri ke wilayah pegunungan yang lebih tinggi & sempat meminta bantuan pengiriman pasukan tambahan karena khawatir pasukan Cina akan menerobos masuk ke wilayah India untuk mengejar mereka. Namun yang terjadi adalah pihak Cina justru kembali mengumumkan gencatan senjata tak lama usai pertempuran di Bukit Gurung karena mereka merasa sudah berhasil merebut kembali wilayah-wilayah sengketa yang diklaim sebagai milik mereka. Dengan diumumkannya gencatan senjata tersebut, maka perang Cina-India yang sudah berlangsung selama 1 bulan pun berakhir.
Invasi Cina ke India yang berlangsung selama sekitar 1 bulan memakan korban jiwa 3.000 orang lebih di pihak India & 700 orang lebih di pihak Cina. Pasca perang, baik Cina maupun India juga sama-sama menunjukkan komitmennya untuk menyelesaikan masalah sengketa di perbatasan lewat cara-cara damai. Hasilnya, India mengakui klaim Cina atas Tibet utara & sebagian Kashmir (Aksai Chin).
Di front timur, pasukan Cina yang dari segi jumlah & persiapan perang lebih unggul melakukan penyerbuan ke basis pertahanan pasukan India di sebelah selatan Sungai Namka Chu atau biasa disebut MacMahon Line. Pasukan Cina secara mendadak mulai mengepung basis pertahanan India di dekat Sungai Namka Chu. Sembari melakukan serangan, pasukan Cina juga memutus jaringan kabel telepon milik pasukan India. Terkejut dengan serangan mendadak tersebut & tidak bisa mengirimkan pesan ke luar medan perang untuk meminta bantuan, pasukan India yang ada di sana kemudian melarikan diri ke Bhutan, negara tetangga India di sebelah timur. Pasukan Cina memilih untuk melanjutkan penaklukannya ke wilayah-wilayah sengketa lainnya di India timur & tidak mengejar pasukan India yang melarikan diri ke Bhutan.

Tanggal 24 Oktober, Cina yang sudah berhasil menguasai seluruh wilayah sengketa di kedua front lalu mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut juga diikuti dengan tawaran dari pihak Cina yang menyatakan bahwa Cina akan menarik mundur pasukannya dari medan perang kalau India mau merundingkan kembali soal garis perbatasan di wlayah sengketa kedua negara. Tawaran tersebut ditolak India yang diikuti dengan pernyataan bahwa India akan mengerahkan kekuatan militernya secara penuh untuk mengusir Cina dari tanah India. India merasa berani mengeluarkan pernyataan tersebut karena di saat bersamaan, AS & Inggris menyatakan dukungannya pada India.
Tanggal 14 November alias sekitar 3 minggu setelah gencatan senjata pertama kali diumumkan, pertempuran kembali meletus di front timur. Dalam pertempuran tersebut, India yang melancarkan serangan besar-besaran ke kota Walong milik Cina berhasil merebut kota tersebut & membunuh sejumlah besar tentara Cina. Cina lantas meresponnya dengan melakukan serangan balik ke basis pertahanan India di dekat Se La pada tanggal 17 November.

Pertempuran yang kembali pecah di front timur lantas menjalar ke front barat. Pada tanggal 18 November 1962, pasukan Cina yang memanfaatkan gangguan jaringan komunikasi yang menimpa pasukan India & kabut yang menyelimuti kawasan tersebut berhasil merebut Bukit Gurung dari tangan pasukan India setelah melalui pertempuran sengit selama 2 hari. Begitu sengitnya pertempuran tersebut sehingga sekitar 1.000 orang tentara Cina harus tewas atau terluka. India sendiri di lain pihak kehilangan 109 orang dari total 123 tentara yang ditugaskan untuk mempertahankan Bukit Gurung.
Sejumlah tentara India yang selamat dari pertempuran tersebut lalu melarikan diri ke wilayah pegunungan yang lebih tinggi & sempat meminta bantuan pengiriman pasukan tambahan karena khawatir pasukan Cina akan menerobos masuk ke wilayah India untuk mengejar mereka. Namun yang terjadi adalah pihak Cina justru kembali mengumumkan gencatan senjata tak lama usai pertempuran di Bukit Gurung karena mereka merasa sudah berhasil merebut kembali wilayah-wilayah sengketa yang diklaim sebagai milik mereka. Dengan diumumkannya gencatan senjata tersebut, maka perang Cina-India yang sudah berlangsung selama 1 bulan pun berakhir.
Invasi Cina ke India yang berlangsung selama sekitar 1 bulan memakan korban jiwa 3.000 orang lebih di pihak India & 700 orang lebih di pihak Cina. Pasca perang, baik Cina maupun India juga sama-sama menunjukkan komitmennya untuk menyelesaikan masalah sengketa di perbatasan lewat cara-cara damai. Hasilnya, India mengakui klaim Cina atas Tibet utara & sebagian Kashmir (Aksai Chin).
5. Invasi ke Wilayah Vietnam (diakhir 1970-an)
Spoiler for 5.:
Tanggal 6 Maret 1979 pasukan militer China memasuki wilayah Vietnam Utara dan mengokupasi kota-kota perbatasan.
Latar belakangnya adalah sebagai berikut : Semasa berlangsungnya Perang Vietnam antara Vietnam Utara & Selatan, negara-negara komunis seperti Cina & Uni Soviet melimpahkan dukungannya kepada Vietnam Utara. Namun hubungan Cina & Uni Soviet sendiri pada waktu itu tidak benar-benar kompak karena sejak meninggalnya Joseph Stalin d tahun 1953, Mao Zedong selaku presiden Cina merasa kalau Nikita Khruschev selaku penerus Stalin bersikap terlalu lembek di hadapan Blok Barat. Puncaknya adalah ketika pada tahun 1969, Cina & Uni Soviet terlibat perang singkat di perbatasan.
Tahun 1975, Perang Vietnam berakhir dengan keberhasilan Vietnam Utara menaklukkan tetangganya di selatan untuk mendirikan negara Vietnam bersatu. Hubungan Cina & Vietnam lantas mulai memburuk karena Vietnam ternyata lebih suka mencondongkan dirinya pada Uni Soviet. Tahun 1978, Vietnam & Uni Soviet menanda tangani Traktat Persahabatan & Kooperasi. Oleh Cina, traktat tersebut dianggap sebagai aliansi militer sehingga Cina memendam kekhawatiran kalau Uni Soviet & Vietnam kelak bakal menyerbu Cina dari 2 penjuru sekaligus.

Di Asia Tenggara, Cina memiliki Kampuchea (Kamboja) yang sedang dikuasai oleh kelompok komunis Khmer Merah sebagai negara sekutunya. Sejak tahun 1977 sendiri, Kampuchea & Vietnam terlibat serangkaian konflik bersenjata di perbatasan. Rentetan konflik tersebut lantas memuncak menjadi invasi total pasukan Vietnam ke wilayah Kampuchea yang diikuti dengan tumbangnya rezim Khmer Merah pada bulan Januari 1979. Pasca invasi, pemerintahan baru yang tunduk kepada Vietnam kemudian didirikan di Kampuchea.
Tindakan Vietnam mendongkel paksa rezim Khmer Merah membuat Cina merasa semakin geram kepada Vietnam. Buntutnya, "Negeri Tirai Bambu" itupun melancarkan invasinya ke Vietnam sebulan kemudian. Selain karena masalah Kampuchea, alasan lain yang diajukan Cina terkait invasinya ke Vietnam adalah karena pemerintah Vietnam dituding melakukan penindasan kepada etnis minoritas Cina (Hoa) yang bermukim di wilayah Vietnam.
Tanggal 17 Februari 1979, pasukan Cina yang berkekuatan antara 100 sampai 200 ribu personil & didukung oleh 400 tank melancarkan serangannya ke wilayah Vietnam. Serangan pasukan Cina dimulai dengan hujan tembakan artileri yang kemudian diikuti dengan gelombang serangan tank & tentara. Hanya dalam waktu sehari, pasukan Cina sudah berhasil masuk hingga sejauh 8 km. Radio pemerintah Vietnam pada masa itu memberitakan kalau pertempuran sengit terjadi di kawasan sekitar Bat Xat, Muong Khong, Dong Dang, Hu Nghi, & Thong Nong.

Walaupun berlangsung kurang dari sebulan, Perang Cina-Vietnam menelan korban jiwa yang tak sedikit. Penyebab utama tingginya korban jiwa tak lepas dari pemilihan taktik kedua belah pihak yang mengharuskan prajuritnya untuk berhadapan langsung dengan pasukan lawan dari jarak yang rentan. Bedanya adalah jika Vietnam lebih banyak menggunakan taktik serangan mendadak, maka Cina menggunakan taktik serangan gelombang manusia (human wave attack) yang notabene kurang cocok untuk kawasan utara Vietnam yang didominasi oleh celah sempit & perbukitan

Jumlah akurat korban jiwa perang ini sendiri tidak diketahui secara pasti karena kedua belah pihak memiliki laporan versinya masing-masing. Namun kedua belah pihak sepakat kalau Perang Cina-Vietnam memang menelan korban tewas dalam jumlah besar. Radio pemerintah Vietnam mengklaim kalau pasukan Vietnam berhasil menewaskan & melukai 42.000 tentara Cina. Klaim tersebut 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan klaim versi Wu Xiuquan - Deputi Kepala Staf Angkatan Darat Cina - yang menyatakan kalau pihaknya "hanya" kehilangan 20.000 prajurit. Wu juga mengklaim kalau pasukan Cina berhasil menewaskan & melukai 50.000 tentara Vietnam.
Latar belakangnya adalah sebagai berikut : Semasa berlangsungnya Perang Vietnam antara Vietnam Utara & Selatan, negara-negara komunis seperti Cina & Uni Soviet melimpahkan dukungannya kepada Vietnam Utara. Namun hubungan Cina & Uni Soviet sendiri pada waktu itu tidak benar-benar kompak karena sejak meninggalnya Joseph Stalin d tahun 1953, Mao Zedong selaku presiden Cina merasa kalau Nikita Khruschev selaku penerus Stalin bersikap terlalu lembek di hadapan Blok Barat. Puncaknya adalah ketika pada tahun 1969, Cina & Uni Soviet terlibat perang singkat di perbatasan.
Tahun 1975, Perang Vietnam berakhir dengan keberhasilan Vietnam Utara menaklukkan tetangganya di selatan untuk mendirikan negara Vietnam bersatu. Hubungan Cina & Vietnam lantas mulai memburuk karena Vietnam ternyata lebih suka mencondongkan dirinya pada Uni Soviet. Tahun 1978, Vietnam & Uni Soviet menanda tangani Traktat Persahabatan & Kooperasi. Oleh Cina, traktat tersebut dianggap sebagai aliansi militer sehingga Cina memendam kekhawatiran kalau Uni Soviet & Vietnam kelak bakal menyerbu Cina dari 2 penjuru sekaligus.

Di Asia Tenggara, Cina memiliki Kampuchea (Kamboja) yang sedang dikuasai oleh kelompok komunis Khmer Merah sebagai negara sekutunya. Sejak tahun 1977 sendiri, Kampuchea & Vietnam terlibat serangkaian konflik bersenjata di perbatasan. Rentetan konflik tersebut lantas memuncak menjadi invasi total pasukan Vietnam ke wilayah Kampuchea yang diikuti dengan tumbangnya rezim Khmer Merah pada bulan Januari 1979. Pasca invasi, pemerintahan baru yang tunduk kepada Vietnam kemudian didirikan di Kampuchea.
Tindakan Vietnam mendongkel paksa rezim Khmer Merah membuat Cina merasa semakin geram kepada Vietnam. Buntutnya, "Negeri Tirai Bambu" itupun melancarkan invasinya ke Vietnam sebulan kemudian. Selain karena masalah Kampuchea, alasan lain yang diajukan Cina terkait invasinya ke Vietnam adalah karena pemerintah Vietnam dituding melakukan penindasan kepada etnis minoritas Cina (Hoa) yang bermukim di wilayah Vietnam.
Tanggal 17 Februari 1979, pasukan Cina yang berkekuatan antara 100 sampai 200 ribu personil & didukung oleh 400 tank melancarkan serangannya ke wilayah Vietnam. Serangan pasukan Cina dimulai dengan hujan tembakan artileri yang kemudian diikuti dengan gelombang serangan tank & tentara. Hanya dalam waktu sehari, pasukan Cina sudah berhasil masuk hingga sejauh 8 km. Radio pemerintah Vietnam pada masa itu memberitakan kalau pertempuran sengit terjadi di kawasan sekitar Bat Xat, Muong Khong, Dong Dang, Hu Nghi, & Thong Nong.

Walaupun berlangsung kurang dari sebulan, Perang Cina-Vietnam menelan korban jiwa yang tak sedikit. Penyebab utama tingginya korban jiwa tak lepas dari pemilihan taktik kedua belah pihak yang mengharuskan prajuritnya untuk berhadapan langsung dengan pasukan lawan dari jarak yang rentan. Bedanya adalah jika Vietnam lebih banyak menggunakan taktik serangan mendadak, maka Cina menggunakan taktik serangan gelombang manusia (human wave attack) yang notabene kurang cocok untuk kawasan utara Vietnam yang didominasi oleh celah sempit & perbukitan

Jumlah akurat korban jiwa perang ini sendiri tidak diketahui secara pasti karena kedua belah pihak memiliki laporan versinya masing-masing. Namun kedua belah pihak sepakat kalau Perang Cina-Vietnam memang menelan korban tewas dalam jumlah besar. Radio pemerintah Vietnam mengklaim kalau pasukan Vietnam berhasil menewaskan & melukai 42.000 tentara Cina. Klaim tersebut 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan klaim versi Wu Xiuquan - Deputi Kepala Staf Angkatan Darat Cina - yang menyatakan kalau pihaknya "hanya" kehilangan 20.000 prajurit. Wu juga mengklaim kalau pasukan Cina berhasil menewaskan & melukai 50.000 tentara Vietnam.
Demikianlah Trid ini ane buat agar kita bisa menambah khasanah pengetahuan umum kita tentang sejarah dunia. Semoga kita bisa makin cerdas, pintar, dan bisa mengambil hikmah atas sejarah diatas.

Spoiler for Wilayah China Asli jika Ditinjau dari Sejarah 3 Abad Belakangan:

Diubah oleh suarabenar 20-09-2017 15:30
0
7.5K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan