Maaf kalau salah ruang, saya bingung mau post d forum mana. Saya mau minta masukkan gan, mungkin ada yang bisa kasih solusi tindakan apa yang harus saya lakukan untuk masalah saya ini.

Saya menikah dengan A pada September 2015. Dari awal menikah percekcokan  selalu ada. Mei 2016 kita sudah tidak satu rumah, A kembali ke rumah orangtuanya dan saya tinggal di kontrakan dengan kondisi saya hamil 3 bulan (saya merantau). Komunikasi tetap ada tapi hanya lewat telp karna ortu A melarang A menemui saya. Bulan Juni 2016 saya meminta untuk bercerai saja. Awalnya A menolak, namun pada Agustus 2016 kami sepakat untuk berpisah (A mentalaq saya lewat telp, tanpa saksi). Kami berpisah tapi secara negara belum diurus. A merantau ke Jakarta sampai saya melahirkan bulan November 2016. Januari 2017 saya kembali ke rumah ortu saya, komunikasi saya dengan A kadang lancar kadang A menghilang. A tidak pernah mnengok anak, tidak menafkahi, tidak masalah bagi saya. Kami belum juga mengurus perceraian di pengadilan Agama karna saya merasa belum terlalu penting, saya belum ingin menikah lagi.

Masalah mulai terjadi ketika saya berniat buat akte lahir anak saya. Saya dan A belum sempat membuat KK dan mengganti status KTP, kami masih ada di KK ortu masing2, KTP saya sudah el tapi KTP A belum. Pertama saya ganti data status pernikahan di KTP. KTP selesai, disarankan untuk pecah KK dari ortu karna saya sudah punya keluarga sendiri. KK jadi dengan status saya sebagai kepala keluarga dan ada nama anak saya. KK sudah  jadi lanjut buat akte anak, ternyata persyaratan saya kurang, saya harus melampirkan ftokopi KTP A. Kejadian ini terjadi April 2018, saya langsung menghubungi A, saya jelaskan masalahnya. Saat itu A bilang KTP el dia belum selesai dan akan mengirimkan jika sudah selesai, tapi setelah itu A kembali menghilang. Setiap A mnghubungi saya, saya selalu menanyakan soal KTP yang belum juga dikirim. Sampai pada bulan Agustus 2018 A mau mengirimkan foto ftokopi KTP melalui wa. Ketika saya terima ftonya disana tertulis status masih perjaka, saya bilang itu harus diubah dulu jadi menikah. Saya kirimkan ftokopi buku nikah yang sdh dilegalisir agar A bisa mengubah statusnya di KTP. Dan jawaban tidak masuk akal saya terima, A bilang dia tidak bisa mengganti status karna KTP yang dia gunakan dulu KTP ketika menikah dengan saya adalah KTP abal-abal (KTP nembak atau apalah), jadi data A yang ada dipengadilan data lama sedangkan KTP dia yang sekarang adalah KTP baru. Saya curiga, A bohong dan kurang cerdas mengarang. Saya tanya siapa yang bilang begitu, A bilang petugas capil. Saya jelaskan prosedur yang pernah saya alami waktu merubah status KTP, saya minta A untuk ke capil lagi, saya mau bicara sama petugasnya lewat telp. Dan lagi-lagi A menghilang. 

November 2018, beberapa hari menjelang ultah anak, A kembali menghubungi. Saya tanya lagi soal KTP. Beliau bilang belum sempat ke capil. WTF, sdh berapa bulan masih belum sempat. Kesabaran saya habis. Saya bilang sama A Desember ini saya tunggu sampai akhir bulan kalau tetap tidak ada, i dont know what i do.

Dan sampai hari ini belum ada kabar dari A. Kesimpulan saya memang A tidak mau mengganti statusnya. apapun alasan A secara tidak langsung A tidak mengakui pernikahan kami, terlebih anak kami. Pikiran jahat mulai terlintas, sometimes saya akan balas tindakan A ini. Entah kapan. Fokus saya sekarang soal akte anak saya, tanpa nama A pun tak apa. Saya pernah minta untuk tidak mencantumkan nama Ayah dalam akte anak, petugas bilang tidak bisa karna anak lahir dalam status pernikahan. Apakah saya harus bercerai lebih dulu? setelah putus status janda baru saya urus akte? tapi di dalam KK saya tercantum nama Ayah anak saya A. Saya bingung harus bagaimana. Mungkin ada yang bisa kasih masukkan. Saya sakit diperlakukan begini, niat untuk membalas kuat sekali. Kalau A menikah dengan orang lain, saya tetap bisa menggugat A dengan tuduhan pemalsuan data nggak gan meskipun status kami sudah bercerai? 

mohon pencerahannya gan.
maaf gak rapi, nulis penuh emosi.