- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Akhir Cerita Prabowo dan Keislamannya


TS
bocahlugu14
Akhir Cerita Prabowo dan Keislamannya
Beberapa hari terakhir marak beredar isu mengenai diragukannya sisi keislaman Prabowo. Isu pertama kali diangkat oleh La Nyalla alam sebuah penyataan ke media beberapa hari lalu, La Nyalla menuding Prabowo memiliki pengetahuan keagamaan yang kurang sehingga tak berani memimpin salat berjamaah. Selain itu disebutkan juga bahwa Prabowo tidak mampu membaca Alquran dengan baik. Sontak pengakuan La Nyalla itu membuka kembali pembicaraan publik terkait keislaman Prabowo. Praktik keagamaan orang nomor satu di Gerindra itu dipertanyakan lagi. Tak hanya kali ini saja praktik ibadah Prabowo menjadi gunjingan masyarakat. Pasalnya, sebelumnya juga terekam Prabowo melakukan beberapa kesalahan saat menjalankan ibadah rutin. Misalnya, beberapa waktu lalu beredar video di media sosial yang memperlihatkan Prabowo melakukan kesalahan saat mengambil air wudhu. Dalam video berdurasi kira-kira satu menit itu, tampak Prabowo mengenakan safari putih dan peci berwarna hitam. Ketika akan berwudhu, Prabowo sempat menggulung celananya sebelum mendekati keran air. Hal yang dikomentari netizen adalah cara wudu Prabowo yang mendahulukan mencuci kaki kiri baru kemudian kaki kanan. Kemudian, yang paling mengejutkan tentu saja adalah pengakuan salah satu putra tokoh NU KH Salahuddin Wahid, Irfan Asyari Sudirman yang pernah menuliskan pengalamannya di Twitter dan membuat heboh. Gus Ipang (panggilan akrabnya) menuliskan bahwa ada capres yang berkunjung ke PBNU, kemudian seperti biasa diminta untuk jadi imam shalat. Tetapi capres itu mengelak dan justru meminta Yenny Wahid yang menjadi imam shalat dikarenakan dia adalah anak Kiai. Kala itu, Gus Ipang mengutarakan pendapatnya bahwa berdasarkan mazhab Syafi'i dan jumhur ulama tidak diperkenan seorang perempuan menjadi imam shalat. Pendapat ini yang paling umum di kalangan umat Islam sedunia. Kontan saja saat itu followers Gus Ipang langsung menebak-nebak siapa yang dimaksud. Dan, mereka kebanyakan menduga capres yang dimaksud itu Prabowo Subianto. Kejadian-kejadian seperti ini membuat kekhawatiran setiap orang apakah Prabowo memang merupakan calon yang tepat dalam memperjuangkan hak umat islam sebagaimana yang tertuang dalam dukungan ijtima ulama kepada pasangan Prabowo-Sandi.

Selain itu, respon Prabowo terbilang unik menanggapi isu keraguan masyarakat terhadap keislaman yang dimilikinya, yang paling baru munculnya tuduhan yang dilontarkan mantan anggota penasihat PA 212, Usamah Hisyam, tentang Prabowo Subianto memukul meja di depan ulama dalam menanggapi isu keraguan terhadap keislaman yang dimilikinya dalam forum Dewan Penasihat PA 212. Banyak persepsi negatif yang muncul di masyarakat atas tindakan Prabowo ini, salahsatunya adalah “bagaimana mungkin Prabowo dapat membela kepentingan umat islam manakala tidak menghargai ulama di depannya?”. Hal ini tentu saja semakin memperumit keadaan dan memunculkan persepsi bahwa Prabowo semakin tidak menghargai dan memandang ulama sebagai pondasi yang kokoh dalam menjaga semangat keislaman di Indonesia. Meskiipun tak sepenuhnya tepat, tetapi beberapa preseden di atas menunjukkan bahwa keislaman Prabowo memang kurang. Ia bahkan pernah mengakui, meskpun menganut agama Islam tetapi tak begitu taat menjalankan ibadah sebagaimana Muslim lainnya. Kehidupan spiritual memang sepenuhnya hak pribadi seseorang. Tak seorang pun berhak mengaturnya, termasuk bagi seorang Prabowo. Perkara dia shalat atau tidak, adalah urusannya dengan Tuhan. Tetapi, sedikit banyak praktik ibadah seseorang itu pasti dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa meskipun menganut agama Islam, tidak menjadi jaminan bahwa Prabowo taat menjalani ritual sebagaimana Muslim lainnya. Menurut hemat saya, pada akhirnya semua itu karena urusan politik semata, dan dalam kacamata politik, mau tidak mau, hanyalah soal kepentingan dan kekuasaan.

Selain itu, respon Prabowo terbilang unik menanggapi isu keraguan masyarakat terhadap keislaman yang dimilikinya, yang paling baru munculnya tuduhan yang dilontarkan mantan anggota penasihat PA 212, Usamah Hisyam, tentang Prabowo Subianto memukul meja di depan ulama dalam menanggapi isu keraguan terhadap keislaman yang dimilikinya dalam forum Dewan Penasihat PA 212. Banyak persepsi negatif yang muncul di masyarakat atas tindakan Prabowo ini, salahsatunya adalah “bagaimana mungkin Prabowo dapat membela kepentingan umat islam manakala tidak menghargai ulama di depannya?”. Hal ini tentu saja semakin memperumit keadaan dan memunculkan persepsi bahwa Prabowo semakin tidak menghargai dan memandang ulama sebagai pondasi yang kokoh dalam menjaga semangat keislaman di Indonesia. Meskiipun tak sepenuhnya tepat, tetapi beberapa preseden di atas menunjukkan bahwa keislaman Prabowo memang kurang. Ia bahkan pernah mengakui, meskpun menganut agama Islam tetapi tak begitu taat menjalankan ibadah sebagaimana Muslim lainnya. Kehidupan spiritual memang sepenuhnya hak pribadi seseorang. Tak seorang pun berhak mengaturnya, termasuk bagi seorang Prabowo. Perkara dia shalat atau tidak, adalah urusannya dengan Tuhan. Tetapi, sedikit banyak praktik ibadah seseorang itu pasti dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa meskipun menganut agama Islam, tidak menjadi jaminan bahwa Prabowo taat menjalani ritual sebagaimana Muslim lainnya. Menurut hemat saya, pada akhirnya semua itu karena urusan politik semata, dan dalam kacamata politik, mau tidak mau, hanyalah soal kepentingan dan kekuasaan.
0
723
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan