Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

TempeMAFIAAvatar border
TS
TempeMAFIA
Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda
Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda

Jakarta - Jalur kereta lama yang sudah tidak beroperasi bakal diaktifkan kembali atau reaktivasi. Tepatnya di Jawa Barat, ada empat jalur kereta yang akan dihidupkan kembali, untuk akses ke Pangandaran, Kawah Putih, hingga Jatinangor.
Pertama adalah jalur dari Stasiun Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari dengan panjang lintasan 11,5 km. Kedua, jalur dari Stasiun Bandung-Ciwidey sepanjang 37,8 km.

Ketiga yakni jalur dari Stasiun Cibatu-Stasiun Garut-Stasiun Cikajang dengan total panjang lintasan 47,5 km. Yang keempat memiliki jalur dari Stasiun Banjar-Pangandaran-Cijulang dengan panjang lintasan 82 km.

Berikut ini adalah fakta-fakta menarik terkait rencana pembangunannya.

Jalurnya Bekas Peninggalan Belanda


Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda[/b]

Jalur yang akan dihidupkan kembali ada sejak zaman Belanda. Jalur-jalur kereta peninggalan Belanda ini akan diaktifkan kembali alias reaktivasi. Rencananya ada empat jalur yang akan dihidupkan kembali.

"Rata rata peninggalan zaman Belanda itu ya. Satu untuk hasil kebun, kemudian penumpang juga," kata Humas PT KAI (Persero) Agus Komarudin kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/9/2018).

Selepas penguasaan Belanda, ada juga jalur-jalur kereta yang digunakan saat Jepang menduduki Indonesia. Mereka menggunakan jalur tersebut untuk mengangkut batu bara, dan kepentingan logistik.

Setelah Indonesia merdeka, jalur-jalur kereta lama itu masih beroperasi untuk mengangkut penumpang, hasil bumi atau perkebunan.

Sayangnya, lama kelamaan angkutan kereta mulai ditinggalkan seiring berkembangnya angkutan di jalan raya. Angkutan jalan raya dianggap lebih mudah, apalagi di masa itu belum macet.

"Artinya kalah bersaing dengan angkutan jalan raya pada saat itu. Jalan raya dulu masih lancar sehingga penumpang beralih. Sementara kereta dioperasikan kondisinya kosong segala macam sehingga saat itu jalur tersebut ditutup," tambahnya.

Biaya Pembangunannya Lebih Hemat

Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda

Pengamat infrastruktur Harun Alrasyid menjelaskan, mengaktifkan kembali jalur lama (reaktivasi) bisa lebih murah karena tidak lagi mengeluarkan biaya pembebasan lahan.


"Yang pasti lebih murah lah, sebut saja lah 10-15-20%, kan mau kurangi lahannya, kurangi saja 15-20%," kata dia kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/9/2018).

Namun mengaktivasi jalur kereta yang sudah lama tetap perlu mengeluarkan biaya untuk merelokasi penghuni bangunan-bangunan liar di sekitar rel. Hanya saja dipastikan biayanya lebih murah.

"Gusur (bangunan liar di sekitar rel) sama beli (lahan) lain dong (biayanya). Harapannya gitu dong, masa yang nggak punya hak minta harga hak milik," ujarnya.

Dia memperhitungkan, perkiraan biaya pembangunan jalur kereta paling tinggi sekitar Rp 100 miliar per kilometer. Biaya tersebut sudah termasuk untuk pembelian lahan.

Dengan kata lain, jika menghidupkan kembali jalur lama yang sudah tidak beroperasi, biayanya hanya Rp 80 miliar, alias 20% lebih murah.

Jalur Kereta Masih Diduduki Warga

Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda

Kawasan wisata Pangandaran dan Kawah Putih di Jawa Barat akan punya akses kereta dengan mereaktivasi jalur lama. Namun menurut Pengamat infrastruktur Harun Alrasyid, yang jadi persoalan adanya permukiman liar di sekitar rel kereta.

"Persoalannya kan dari dulu gimana bebaskan (lahan) yang sudah diokupansi (diduduki) oleh masyarakat. Sepanjang itu bisa diselesaikan Pemda (Jabar) bagus," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/9/2018).

Menurutnya, Pemda Jabar harus bisa membebaskan jalur kereta tersebut dari warga-warga yang menempatinya. Lahan tersebut, kata dia adalah milik negara yang diserobot oleh masyarakat tertentu.

Mau tidak mau, memang harus ada kompensasi atau semacam uang ganti rugi untuk warga yang selama ini menempati lahan tersebut.

"Iya dong, gimana ya, kalau ada tanah kosong dipakai masyarakat nggak ada pemilikan, kan ada aturannya kan, dikasih uang pindah atau gimana," paparnya.

"Tergantung pemerintahnya punya uang nggak untuk itu, kan harus pakai uang, nggak bisa pakai otot saja. Harus pakai otot dan uang kan masalah penegakan hukum," tambahnya.

Kapan Bisa Mulai Dijajal Warga?

Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda

Humas PT KAI (Persero) Agus Komarudin menyampaikan, untuk awal, reaktivasi jalur Cibatu-Garut yang menjadi bagian dari jalur Cibatu-Garut-Cikajang akan diselesaikan tahun depan.

"Kita coba perhitungan target ya, artinya rencana, ya rencananya menurut perhitungan bisa selesai di tahun 2019," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/9/2018).

Akan ada 4 jalur yang diaktifkan kembali. Empat jalur tersebut akan dibangun secara bergiliran, termasuk jalur ke Pangandaran dan Kawah Putih. Namun jalur Pangandaran dan Kawah Putih belum bisa ditargetkan kapan dibangun dan selesai.

"Belum, pasti nanti setelah ada MoU (nota kesepahaman) kan ada batasan batasan waktunya ya," sebutnya.

Sementara akhir tahun ini fokusnya ke jalur Cibatu-Garut dulu. Sosialisasi ke masyarakat yang menempati area sekitar jalur kereta itu pun akan dilakukan akhir tahun ini.
Namun, terkait target dan sebagainya, kata Agus akan dimatangkan setelah PT KAI, Pemprov Jabar, dan Kementerian Perhubungan melakukan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU).

[Setelah MoU, bakal dibahas lebih dalam mengenai reaktivasi tersebut, baik dari sisi infrastruktur, rolling stock (rangkaian kereta), dan sarana-sarana lainnya.

Bakal Lebih Murah dan Cepat

Fakta di Balik Rencana Hidupkan Lagi Rel Kereta Peninggalan Belanda

Humas PT KAI (Persero) Agus Komarudin mengatakan menggunakan kereta ke Kawah Putih lebih cepat daripada kendaraan roda empat.

Dia mensimulasikan, menggunakan kendaraan roda empat, dalam hal ini kendaraan pribadi, butuh waktu 3 jam dari Bandung ke Kawah Putih, Ciwidey. Jika macet, waktu tempuhnya bertambah jadi rata-rata 4,5 jam.

"Ke sana itu berikut macetnya hampir sekitar rata rata 4,5 jam, kalau normal sih 3 jam lah," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/9/2018).

"Kalau dengan kereta ya sekitar, kira kira Bandung-Ciwidey paling kurang lebih 1,5 jam lah," sebutnya.

Terkait tarif, Agus mengatakan bakal lebih murah daripada naik kendaraan roda empat, meskipun dia belum bisa menyebutkan berapa kisaran tarifnya.

Guna memastikan tarifnya terjangkau buat masyarakat, ada 2 skema yang bisa diterapkan, yakni dengan kewajiban pelayanan publik (public service obligation/PSO), atau dengan skema tarif kereta perintis. Skema tersebut yang akan menentukan pemerintah.

(ang/ang)

SUMBER


Ada warga kaskus senior yang pernah ngerasain jalur2 ini waktu itu?
Diubah oleh TempeMAFIA 15-09-2018 05:41
2
3.6K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan