- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Yang bodoh Kok Viral? Karena Dia Mewakili (Hati) Banyak Orang


TS
twisctre
Yang bodoh Kok Viral? Karena Dia Mewakili (Hati) Banyak Orang
Selamat malam Kaskus dan Indonesia! Akhirnya gue kembali karena sering ngobrol di thread HP dan sering curhat.... 
Jangan lupa cendolnya

Jangan lupa cendolnya

Quote:
Prolog

Lama gue gak buat thread. Semester 7 sangat menyiksa. Belum tanggung jawab gue di Instagram juga - nama gue dikenal sekampus, dengan kenekatan gue. Tulisan gue ini nekat juga hitungannya, karena gue harus mengumpulkan report dan beberapa deadline lain. Tapi ya sudahlah. Cepat aja.
Nggak sengaja buka HT terkait Instagram influencer @XX yang nggak banget kontennya, teriak-teriak di jalan dan direkam masbro! Itu sangat melanggar norma "silence" di angkutan umum (pernah dibahas di twitter, bahkan gue mau bawa isunya ke grup KRL mania dan thread KRL forum sebelah/Skyscrapercity). Di mana angkot aja mulai terpengaruh norma-norma KRL itu, lihat sekarang orang ngerumpi di angkot Ibukota makin jarang dibandingkan sekitar 5 tahun lalu.
Menurut gue, sekalipun melanggar aturan dan tentu saja tidak sopan, dia sudah melakukan hal yang mewakili banyak orang. Bisa jadi yang terjadi bukan orang-orang banyak meniru lalu menjadikan pelanggaran itu hal biasa - seperti yang terjadi di prank Hey Tayo yang mulai meresahkan. Malah semakin jarang orang yang mau melakukan, paling banter karena malu, paling bagus tentunya karena ia sadar bahaya tindakan itu sehingga yang melakukannya dibilang bodoh.

Lama gue gak buat thread. Semester 7 sangat menyiksa. Belum tanggung jawab gue di Instagram juga - nama gue dikenal sekampus, dengan kenekatan gue. Tulisan gue ini nekat juga hitungannya, karena gue harus mengumpulkan report dan beberapa deadline lain. Tapi ya sudahlah. Cepat aja.
Nggak sengaja buka HT terkait Instagram influencer @XX yang nggak banget kontennya, teriak-teriak di jalan dan direkam masbro! Itu sangat melanggar norma "silence" di angkutan umum (pernah dibahas di twitter, bahkan gue mau bawa isunya ke grup KRL mania dan thread KRL forum sebelah/Skyscrapercity). Di mana angkot aja mulai terpengaruh norma-norma KRL itu, lihat sekarang orang ngerumpi di angkot Ibukota makin jarang dibandingkan sekitar 5 tahun lalu.
Menurut gue, sekalipun melanggar aturan dan tentu saja tidak sopan, dia sudah melakukan hal yang mewakili banyak orang. Bisa jadi yang terjadi bukan orang-orang banyak meniru lalu menjadikan pelanggaran itu hal biasa - seperti yang terjadi di prank Hey Tayo yang mulai meresahkan. Malah semakin jarang orang yang mau melakukan, paling banter karena malu, paling bagus tentunya karena ia sadar bahaya tindakan itu sehingga yang melakukannya dibilang bodoh.
Quote:
Mewakili yang tak bisa melakukan

Masalah psikologis menerpa setiap orang. Mau bos bank Becak, mau orang miskin, mau pekerja escebede atau pekerja di Tangguh (LNG plant) sana. Banyak yang pengen teriak-teriak sepuasnya di jalan, terus disnapgramkan, direkam di muka buku. Banyak yang pengen memvandalisme rambu lalu lintas karena kesal dengan urusan pekerjaan - bahkan pernah melakukannya tapi tidak direkam aja.
Nggak semua orang bisa mengungkapkannya. For some reason. Salah satu yang sederhana tentu terkait kontrak dengan pihak kantor bahwa tidak akan bekerja di dua tempat. Ada kontrak terkait perilaku negatif juga - gue pernah baca kontrak seperti ini di buku peraturan kantor bokap. Selain itu, ketakutan nama institusi dibawa-bawa, contoh gue kerja di Bukangapak dan melakukan hal yang viral-negatif seperti video gue prank kesurupan di transjakarta menyebar, maka nama Bukangapak menjadi jelek dan gue bisa dikeluarkan. Hal-hal seperti ini berbahaya bagi periuk nasi seseorang.
Pengalaman gue ketika ngantor di salah satu gedung SCBD - refer ke thread gue yang soal makan murah tapi underground, apa yang orang lakukan di kantor bisa dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Ketika gue mulai mengupload rekaman gue ke Instagram, gue bergerilya agar jangan sampai ketahuan orang-orang kantor, cukup di antara teman-teman anak magang aja. Karena ada orang yang jadi bulan-bulanan sekantor karena curhat yang ia lakukan di media sosial.
Lah, kalau ada karyawan sana viral di Instagram, bisa habis digoreng, bahkan dipecat karena dianggap nggak tanggung jawab sama kerjaan dong....
Oleh karena itu, orang-orang viral yang kontennya suka disangka sampah itu telah mewakili banyak perasaan orang, mewakili orang yang pengen teriak-teriak sepuasnya di jalan karena depresi, mewakili orang yang ingin mengisengi orang namun terkendala waktu dan sadar diri dia lemah di mata hukum. Jadi, minimal keinginan memukuli orang di busway berubah jadi misuh-misuh melihat layar Instagram prankers.
Ingat, Jakarta darurat depresi.

Masalah psikologis menerpa setiap orang. Mau bos bank Becak, mau orang miskin, mau pekerja escebede atau pekerja di Tangguh (LNG plant) sana. Banyak yang pengen teriak-teriak sepuasnya di jalan, terus disnapgramkan, direkam di muka buku. Banyak yang pengen memvandalisme rambu lalu lintas karena kesal dengan urusan pekerjaan - bahkan pernah melakukannya tapi tidak direkam aja.
Nggak semua orang bisa mengungkapkannya. For some reason. Salah satu yang sederhana tentu terkait kontrak dengan pihak kantor bahwa tidak akan bekerja di dua tempat. Ada kontrak terkait perilaku negatif juga - gue pernah baca kontrak seperti ini di buku peraturan kantor bokap. Selain itu, ketakutan nama institusi dibawa-bawa, contoh gue kerja di Bukangapak dan melakukan hal yang viral-negatif seperti video gue prank kesurupan di transjakarta menyebar, maka nama Bukangapak menjadi jelek dan gue bisa dikeluarkan. Hal-hal seperti ini berbahaya bagi periuk nasi seseorang.
Pengalaman gue ketika ngantor di salah satu gedung SCBD - refer ke thread gue yang soal makan murah tapi underground, apa yang orang lakukan di kantor bisa dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Ketika gue mulai mengupload rekaman gue ke Instagram, gue bergerilya agar jangan sampai ketahuan orang-orang kantor, cukup di antara teman-teman anak magang aja. Karena ada orang yang jadi bulan-bulanan sekantor karena curhat yang ia lakukan di media sosial.
Lah, kalau ada karyawan sana viral di Instagram, bisa habis digoreng, bahkan dipecat karena dianggap nggak tanggung jawab sama kerjaan dong....
Oleh karena itu, orang-orang viral yang kontennya suka disangka sampah itu telah mewakili banyak perasaan orang, mewakili orang yang pengen teriak-teriak sepuasnya di jalan karena depresi, mewakili orang yang ingin mengisengi orang namun terkendala waktu dan sadar diri dia lemah di mata hukum. Jadi, minimal keinginan memukuli orang di busway berubah jadi misuh-misuh melihat layar Instagram prankers.
Ingat, Jakarta darurat depresi.
Quote:
Mencegah orang lain melakukan

Nggak semua orang bikin konten untuk mengajak orang melakukan hal yang sama bahkan bergaya hidup seperti dia.
Hal paling jelas dan konkret adalah reviewer HP, dicemplungin, digoreng, dikasih air. Apa tujuannya? Tentu saja supaya orang-orang awam tahu HP nya kuat api dan air sebelum ia melakukan hal sama ke HP nya. Sejumlah reviewer hotel mewah, lamborbini juga menyajikan kontennya agar orang nggak usah beli lamborbini dan menabung sampai lebaran kuda untuk merasakan sensasinya.
Dalam hatinya mungkin Awkarin berpikir bahwa orang jangan terjebak gaya hidup seperti dia, jangan dicontoh, kalian semua sucihh aku penuh dosahhhh.

Nggak semua orang bikin konten untuk mengajak orang melakukan hal yang sama bahkan bergaya hidup seperti dia.
Hal paling jelas dan konkret adalah reviewer HP, dicemplungin, digoreng, dikasih air. Apa tujuannya? Tentu saja supaya orang-orang awam tahu HP nya kuat api dan air sebelum ia melakukan hal sama ke HP nya. Sejumlah reviewer hotel mewah, lamborbini juga menyajikan kontennya agar orang nggak usah beli lamborbini dan menabung sampai lebaran kuda untuk merasakan sensasinya.
Dalam hatinya mungkin Awkarin berpikir bahwa orang jangan terjebak gaya hidup seperti dia, jangan dicontoh, kalian semua sucihh aku penuh dosahhhh.
Quote:
Gue Banget!

Kenapa sinetron laku? Karena kedekatannya dengan permasalahan yang terjadi di kalangan menengah ke bawah sebagai market target be.... eh tunggu, ada juga kok penonton sinetron secara keuangan sudah mapan, cuma dia demen aja. Premis ini terbukti ketika gue mendengarkan acara curhat di salah satu radio dangdut. Radio itu banyak iklan film India dan sinetron terbaru, kontras dengan radio yang kerap gue dengarkan. Penonton sinetron (ada yang ngaku) yang curhat di radio itu punya masalah yang mirip, seperti khawin cerai begitu mudahnya, kompleksitas bahtera rumah tangga, dimarahi bosnya - scene ini kerap terlihat di sinetron dengan tema dunia kerja, masalah sama anak. Nggak se ekstrim sinetron, tapi setidaknya ada potensi ke arah situ.
Saat ini, content maker dan advertiser dituntut membuat konten yang "gue banget". Dari dulu juga, cuma tuntutan media sosial yang sangat personal, berbeda ketika era televisi di mana komunikasi satu arah dan sensasinya seperti menonton pertunjukan. Tentu berbeda dengan radio yang sensasinya seperti punya teman kedua, semakin membuat advertiser kembali ke pola beriklan zaman radio. Jujur, saat gue menghadiri seminar terkait Instagram, ada kesamaan tuntutan content maker Instagram dengan gue datang ke workshop membuat program radio, yaitu "konten yang dekat dengan keseharian audience". Bahasa lainnya "gue banget", "ih gue pernah gini".
Balik lagi ke poin 1, content maker gila bin sampah itu melakukan hal yang nggak bisa lu lakukan, tapi itu lu banget. Seperti, pengen nyanyi-nyanyi sepuasnya di jalan, tapi lu berangkat kerja pakai seragam dan bisa habis kalau ada stalker merekam dan tendensinya malah "orang perusahaan XXXX kok gini".
Gak semua penonton konten sampah itu sampah, ada kalanya mereka senang karena terwakili perasaannya dan hawa nafsu terpendamnya.....
Kalau untuk golongan musik - seperti yang suka cover lagu bahkan bikin lagu, kebanyakan penonton ya pengen melakukan hal sama, namun nggak punya duit apalagi kit..... I feel it once bro.

Kenapa sinetron laku? Karena kedekatannya dengan permasalahan yang terjadi di kalangan menengah ke bawah sebagai market target be.... eh tunggu, ada juga kok penonton sinetron secara keuangan sudah mapan, cuma dia demen aja. Premis ini terbukti ketika gue mendengarkan acara curhat di salah satu radio dangdut. Radio itu banyak iklan film India dan sinetron terbaru, kontras dengan radio yang kerap gue dengarkan. Penonton sinetron (ada yang ngaku) yang curhat di radio itu punya masalah yang mirip, seperti khawin cerai begitu mudahnya, kompleksitas bahtera rumah tangga, dimarahi bosnya - scene ini kerap terlihat di sinetron dengan tema dunia kerja, masalah sama anak. Nggak se ekstrim sinetron, tapi setidaknya ada potensi ke arah situ.
Saat ini, content maker dan advertiser dituntut membuat konten yang "gue banget". Dari dulu juga, cuma tuntutan media sosial yang sangat personal, berbeda ketika era televisi di mana komunikasi satu arah dan sensasinya seperti menonton pertunjukan. Tentu berbeda dengan radio yang sensasinya seperti punya teman kedua, semakin membuat advertiser kembali ke pola beriklan zaman radio. Jujur, saat gue menghadiri seminar terkait Instagram, ada kesamaan tuntutan content maker Instagram dengan gue datang ke workshop membuat program radio, yaitu "konten yang dekat dengan keseharian audience". Bahasa lainnya "gue banget", "ih gue pernah gini".
Balik lagi ke poin 1, content maker gila bin sampah itu melakukan hal yang nggak bisa lu lakukan, tapi itu lu banget. Seperti, pengen nyanyi-nyanyi sepuasnya di jalan, tapi lu berangkat kerja pakai seragam dan bisa habis kalau ada stalker merekam dan tendensinya malah "orang perusahaan XXXX kok gini".
Gak semua penonton konten sampah itu sampah, ada kalanya mereka senang karena terwakili perasaannya dan hawa nafsu terpendamnya.....
Kalau untuk golongan musik - seperti yang suka cover lagu bahkan bikin lagu, kebanyakan penonton ya pengen melakukan hal sama, namun nggak punya duit apalagi kit..... I feel it once bro.
Quote:
Dah gitu aja, gak banyak-banyak, gak bertele-tele, I know that my generation as main target ain't have much time to care some content.

Jangan lupa follow Instagram gue @saelzdan dengarkan salah satu lagu gue, ya maaf aja kalau hancur. Haduh.

24
20.1K
Kutip
109
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan