- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Romansa Cinta Penguasa Orba (1947-1996)
TS
gurusejarah
Romansa Cinta Penguasa Orba (1947-1996)
Assalamualaikum WR WB
Spoiler for Suharto dan Ibu Tien :
Membahas seorang tokoh, tidak afdol jika hanya melihat dari salah satu sisi koin saja. Harus ada perbandingan antara sisi buruk juga sisi baiknya. Jika mendengar nama Suharto apa yang pertama kali muncul di benak kalian? Pasti kalian semua akan memberikan gambaran bagaimana cara dia berkuasa serta bagaimana sepak terjangnya dalam dunia kemiliteran dan politik. Tapi bagaimana jika yang dibahas adalah sisi romatisme beliau? Seseorang yang acap kali dianggap kejam dan brutal sekalipun memiliki sisi layaknya manusia biasa. Membahas Suharto tentu tidak dapat di lepaskan dari sosok penting yang selalu mendampingi hidupnya, beliau adalah Ibu negara ke 2 Republik Indonesia Siti Hartinah atau yang sering dipanggil dengan sebutan akrab ibu Tien Suharto. Ibu Tien adalah ibu negara terlama yang dimiliki indonesia mendampingi gelar suaminya yang menjadi presiden terlama yang dimiliki indonesia. Kisah romansa beliau berdua dimulai pasca kemerdekaan Republik Indonesia yang masih seumur jagung. Ketika itu tahun 1947, Suharto pulang ke Jogjakarta pasca berjuang dalam revolusi merebut kemerdekaan. Saat itu Suharto sedang berada di kediaman bibinya, Nyonya Prawiro mendadak mengingatkan Siti Hartinah yang merupakan adik dari teman sekelasnya Suharto waktu bersekolah menengah di Wonogiri. Suharto mengingatnya dan oleh bibinya hendak dikenalkan untuk dijodohkan. Walaupun awalnya muncul ragu di hati Suharto yang beranggapan dirinya tidak selevel dengan Siti Hartinah yang merupakan anak dari golongan ningrat dan Suharto hanya pemuda dusun biasa. Kedua orangtuanya adalah keturunan ningrat yang bahkan ibu dari Siti Hartinah adalah keturunan langsung dari Mangkunegara III Namun bibinya itu meyakinkan bahwa jaman sudah berubah, dimana status sudah bukan lagi penghalang.
Spoiler for potret keluarga kecil Suharto pasca kelahiran Putri pertama:
Singkat cerita mereka berdua berkenalan dan tidak lama melangsungkan pernikahan secara sederhana pada tanggal 26 Desember 1947 di Surakarta, saat itu Suharto berusia 27 tahun. Awal pernikahan dilewati dengan perasaan yang sulit bagi Tien sapaan akrab Siti Hartinah karena pada masa itu sering terjadi pergolakan dan membutuhkan suaminya yang saat itu adalah seorang tentara untuk dipanggil bertugas. Suharto saat itu masih berpangkat letnan kolonel yang sering diterjunkan langsung di garis depan sering membuat Tien khawatir. Namun ia meyakini yang dilakukan suaminya adalah untuk negara dan sebagai istri prajurit harus siap secara mental. Apalagi hubungan mereka dilakukan secara jarak jauh dimana sering ditinggal berbulan-bulan tanpa kabar karena Suharto sedang bergerilya. Bahkan kelahiran anak pertama mereka terjadi saat Suharto sedang bergerilya, anak yang kemudian dinamai Siti Hardijanti Hastuti atau dikenal sebagai mba tutut pada tanggal 23 Januari 1949. Suharto juga pernah dikejutkan dengan kedatangan tiba-tiba sang istri saat tengah bertugas di Makasssar, yang menjadi pengobat kerinduan Suharto saat sedang bertugas di medan pertempuran.
Spoiler for kedekatan Suharto dengan Tien:
Masa-masa kesetiaan dan pengorbanan Tien yang diuji pada masa awal kemerdekaan berbuah manis ketika suaminya menjadi orang nomer 1 di Republik Indonesia pada tahun 1966 pasca lengsernya presiden Sukarno. Tien, menjadi Ibu Negara yang ahirnya akan selalu dikenang sumbangsihnya. Tien seolah menjadi bayangan suaminya dimana setiap perjalanan yang dilakukan oleh Suharto akan selalu ada Ibu Tien. Ia menjadi sosok istri yang melengkapi dan memenuhi semua kebutuhan suaminya. Bukan hanya itu, Ibu Tien yang sangat dicintai oleh Suharto itu memiliki pengaruh yang besar terhadap arah kebijakan suaminya. Hal ini karena rasa cinta yang teramat besar Suharto terhadap istrinya itu. Suharto mencanangkan pembangunan sebuah komplek keluarga serta diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan cinta pada repyblik Indonesia yang dikemudian hari disebut sebagai Taman Mini Indonesia Indah sebagai jawaban atas keresahan Ibu Tien terhadap kebutuhan wahana rekreasi bagi keluarga Indonesia. Walaupun proyek ini sempat ditentang oleh masyarakat namun tak menyurutkan tekad Suharto untuk mewujudkannya. TMII rampung pada tanggal 20 april 1975 yang sekaligus diresmikan langsung oleh Ibu Tien.
Spoiler for Suharto dan Tien sedang dalam perjalanan ke tanah suci:
Tak berhenti sampai taman mini saja, namun juga pembangunan taman buah Mekarsari yang dimaksudkan juga untuk piknik keluarga Indonesia. Sebagai seorang suami yang cinta pada istrinya itu, keinginan Ibu Tien adalah sebuah keharusan untuk diwujudkan dan juga sebagai bukti pengaruh Ibu Tien terhadap arah kebijakan Suharto. Selain dalam pembangunan fisik, pengaruh Ibu Tien juga diwujudkan dalam kebijkan yang tertuang dalam peraturan resmi. Contohnya adalah PP no 10 Tahun 1983 yang melarang praktek poligami di kalangan ASN. Hal ini taklepas dari sikap Ibu Tien yang sangat anti terhadap poligami dan juga Ibu Tien yang sangat pro terhadap keluarga Harmonis. Bahkan kebjakan ini pun diterapkan tanpa terkecuali anggota militer, atas dorongan beliau Jendral bintang 4 sekalipun bisa di non aktifkan kalau ketahuan poligami. Banyak kegiatan sosial kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan keharmonisan keluarga contohnya diadakannya pemilihan keluarga bahagia, ibu terbaik se-indonesia, balita sehat Indonesia dll.
Spoiler for foto beberapa waktu sebelum ibu tien wafat:
Bagai seorang pemuda yang dimabuk cinta, Suharto dengan suka hati menuruti kehendak istrinya tersebut karena baginya Tien adalah segalanya. Kemesraan pasangan ini pun seolah-olah tak pernah lapuk hingga keduanya beranjak menua. Bukti cinta mereka tergambar dari besarnya keluarga cendana yang di karuniai 6 orang anak yang selanjutnya banyak berkiprah di bidang bisnis dan poitik yang sukses. Bagaimanapun kebahagiaan sifatnya sementara, mudah datang dan mudah pergi. Pada tanggal 28 April 1996, Ibu Tien dipanggil menghadap sang kuasa. Ia di diagnosa mendapat serangan jantung yang mengahiri hidupnya. Suharto sangat hancur mendapati cintanya pergi untuk selamanya. 49 tahun usia pernikahan bukanlah waktu yang singkat bagi kisah cinta dua insan manusia. 2 tahun pasca kepergian Ibu Tien Suharto lengser, baginya lengsernya di pemerintahan bukan perkara sulit baginya juga dunianya sudah hancur pasca kepergian separuh jiwanya. Ditengah keramaian politik pasca reformasi, Suharto sering berkunjung ke TMII. Baginya TMII adalah tempatnya kembali untuk mengenang sang cinta abadinya.
Hanya ada satu Nyonya Soeharto dan tidak ada lagi yang lainnya. Jika ada, akan timbul pemberontakan yang terbuka di dalam rumah tangga Soeharto
JAS MERAH
SUMBER 1
SUMBER 2
3
17.3K
123
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan