Halo sahabat noah sekalian eh maksudnya sahabat kaskuser sekalian, kembali lagi dengan aneknoxville6 “threadmaker kesayangan antum sekalian” kali ini ane mau bahas masalah pengaturan skor di sepak bola bukan di bola voli. Tapi skandal yang ane bahas adalah contoh skandal yang terjadi di luar negri soalnya udah bosen kalau Cuma skandal yg di Indo aja ujung2nya juara settingan lah, papa edy out lah, save papa edy lah, wenger out lah. Jadi ane akan memberikan beberapa skandal internasional pengaturan skor bukan skandal Mojang Madagascar untuk memperlihatkan kalau pengaturan skor sepakbola itu Cuma bukan di Indo aja, tapi udah terjadi juga sebelumnya di luar negri. Oke gan lets cekidot

Skandal Totonero terjadi pada tahun 1980 dan menyeret nama salah satu pemain timnas italia kala itu, Paolo Rossidan beberapa klub italia seperti AC Milan, Perugia, Lazio, Bologna, Palermo, Avellino, dan Taranto. Skandal ini didalangi oleh pengusaha toko di Roma yakni Alvaro Trinca dan Massimo Cruciani, tapi mereka juga yang membocorkannya. Skandal satu ini begitu heboh di zamannya mungkin mengalahkan skandal Vicky-angel yang sekarang, sampai-sampai klub sekelas AC Milan dan Lazio harus turun kelas ke Seri B. Walaupun begitu Paolo Rossi menganggap dirinya bersih dan dijadikan kambing hitam, doi yang kala itu bermain di Perugia akhirnya dibanned 2 tahun dari sepakbola, tapi kemudian dia comeback saat membantu italia juara Pildun taun 1982

Kali ini kita terbang ke benua Afrika, tepatnya ke Nigeria terus masuk mesin waktu ke tahun 2013. Adalah 2 klub divisi 3 Nigeria yang sedang mengejar promosi ke liga atas. Plateau Uniteddan Police Machine sama-sama mengincar tiket terakhir promosi, sama-sama harus menang jadi penentuan pun dilihat tim mana yang paling banyak mencetak gol. Plateau United akhirnya menang dari lawannya dengan skor 79-0 sedangkan Police Machine "hanya" menang 67-0. Pertandingan yang aneh diwarnai gol bunuh diri dan pengaturan skor yang terlihat kentara akhirnya membuat kedua klub ini diusut pihak yang berenang eh berwenang. Alih-alih dapat tiket promosi, kedua klub tersebut beserta lawan-lawannya pun dibanned seumur hidup baik dari ofisial, pelatih, pemain, dan mungkin sampai ballboynya. Cukup miris sih yah keliatan banget diaturnya udah kayak maen Fifa level amateur setengah jam.

Skandal Timnas Lebanon

(Mahmoud El Ali pemain timnas Lebanon saat berseragam Persiba Balikpapan)

Skandal yang satu ini dimulai dari investigasi FIFA pada tahun 2012 yang mencurigai beberapa pemain di liga lokal Lebanon sengaja mengalah karena sudah disuap oleh bandar judi. Investigasi pun akhirnya melebar tak hanya di liga lokal, tapi juga di laga internasional timnas Lebanon dan pemain-pemain Libanon yang berlaga di luar negeri. Hasil investigasi menemukan total 24 pemain Lebanonterlibat skandal match-fixing dan 2 pemain diantaranya mendapat sanksi seumur hidup tidak boleh main bola lagi. 2 pemain itu adalah Ramez Dayoub dan Mahmoud El Ali, alasan kenapa sanksi mereka lebih berat adalah karena mereka dianggap actor utama kekalahan timnas Lebanon oleh Qatar pada pertandingan kualifikasi tahun 2014. Uniknya kedua pemain yang dibanned permanen itu main di asia tenggara, Ramez Dayoub main di Selangor FA dan Mahmoud El Ali main di Persiba Balikpapan. Lucunya lagi sudah tau dibanned permanen, Persela Lamongan pernah ngontrak si Mahmoud tahun 2015 buat ajang Piala Jendral Sudirman hadeh emang yah Indonesia sanksi FIFA aja dibabat juga dikira soto babat kali ya

Skandal Calciopoli / Moggiopoli

Bagi agan2 budiman sekalian yang mantengin liga aki-aki alias Serie A taun 2006 pasti tau kasus ini. Luciano Moggiyang kala itu menjabat sebagai direktur umum Juventus ditetapkan sebagai dalang dari kasus ini. Kasus ini menyeret banyak klub, bahkan juga pejabat federasi sepakbola italia pun kena. Juventus, AC Milan, Fiorentina, Lazio, dan Reggina adalah klub yang dituduh bersekongkol di calciopoli. Hukuman paling parah kena ke Juventus, dipaksa turun kasta, kena pengurangan poin, dan trofinya musim itu harus disedekahkan ke Iler eh Inter Milan, sedangkan klub lainnya hanya terkena pengurangan poin. Saking besar dan melebarnya kasus ini, presiden FIGC (PSSInya Italia) kala itu Franco Carraro mengundurkan diri karena terindikasi terlibat skandal ini. Kasus ini mungkin bisa dibilang paling heboh dalam 20 tahun terakhir sampai mengharuskan klub sebesar Juventus untuk turun kasta. Dan menurut ane akibat kasus ini juga Iler eh Inter Milan mulai menyusun momentum sebagai “sisa klub besar yang bersih” untuk membangun kekuatan karena rivalnya udah ilang sampai puncaknya kala mereka meraih treble tahun 2010.

yap itulah contoh pengaturan skor yang terjadi di luar negeri, jadi jangan cuma teriak2 mapia-mapia aja di liga gojek kita ini toh di luar negri juga ada mafianya. Ada yang mainnya rapih sekali ada juga yang keciri sekali

Menurut ane selama orang2 di planet bumi ini masih pada doyan ikut judi bola pasti akan ada mafianya atau bandarnya yang main karena mereka pastinya kan gamau rugi. Kalau mau gaada mafia ya silahkan aja pindah ke planet namek disana masih banyak kavling kosong yang disewain kok