Seorang ibu berusia 80 tahun terpaksa menempati gubug seperti kandang ayam berukuran 3x4 meter di samping rumah anaknya. Penempatan ibu berusia lanjut ini dilakukan dengan alasan yang bersangkutan sudah uzur dan sering keluar rumah. Karena anaknya sibuk kerja, maka sang ibu tetap dikurung dengan mengunci pintunya.

Inilah yang terjadi pada ibu SS (80), warga Kelurahan Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan. Ia mendapatkan perlakuan dari anaknya bernama MM (60). Kondisi ini sudah berlangsung lama, tapi tak ada warga yang berani menegurnya.

Suatu kali ada orang menegur malah dibilang : "Urusan apa dengan keluarga kami, ini urusan domestik kami. Urus aja dirimu sendiri.” Warga pun hanya merasakan kasihan.


Ilustrasi, ini foto kejadian di Meetiyagoda, Sri Lanka (Tribunnews).
Pastinya MM belum merasakan jika suatu saat sudah tua seperti ibunya. Bagaimana ia merasakan sedih ketika anaknya tak merawatnya dengan kasih sayang, malah dikurung seperti orang gila.

Apakah tidak ada cara yang lebih terhormat kepada orang tua? Bukankah “Surga berada di telapak kaki ibu?’

Memang ini adalah kasus keluarga. Yang bisa menyelesaikan adalah pejabat kelurahan, Kecamatan dan Dinas yang terkait. Maka pada suatu hari info menyedihkan ini sampai ke telinga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Pendudukan dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Nunukan. Mereka langsung mendatangi lokasi itu pada Rabu (21/3) lalu beserta Camat Nunukan Selatan dan Lurah Mansapa.

Dinas terkait langsung memberikan pengarahan MM agar membongkar tempat ibunya berdiam diri selama ini. MM berjanji akan menempatkan sang ibu yang telah membesarkannya itu di tempat yang layak (Jawapos.com, 28/3/2018).

Kasus semacam ini banyak terjadi, hanya karena orang tua sudah tidak produktif harus dibuat terasing. Di masa tuanya mestinya mendapat perawatan yang layak, seperti ia merawat anak-anaknya, yang ia terima malah perlakuan tak manusiawi dan menganggapnya sebagai beban. Alangkah durhakanya manusia semacam ini. Semoga saja kita dijauhkan dari label anak durhaka.