- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Rahasia Rambut Mira


TS
pungo21
Rahasia Rambut Mira
Pagi ini terasa sedikit dingin di sekitar rumah Soleh, mungkin karena sudah memasuki musim hujan sehingga bekas-bekas hujan tadi malam masih terasa hingga pagi ini. Soleh tinggal bersama istrinya Ratna di sebuah rumah minimalis di dusun pinggiran kota. Mereka sudah tinggal bersama di istana sederhana itu sejak mereka menikah satu tahun yang lalu.
Hari ini Soleh berjanji kepada Ratna untuk menemaninya pergi ke sebuah salon kecantikan. Hampir sebulan sekali Ratna selalu melakukan perawatan tubuhnya di salon kecantikan. Alasannya agar menarik perhatian suami, katanya. Soleh yang mendengar alasan itu, hatinya bergejolak seolah termakan mulut manis Ratna yang sedang berusaha membahagiakannya, sehingga tak ada celah bagi Soleh untuk menolak ajakan Ratna untuk merawat tubuh eloknya.
Pukul 09:00 pagi setelah selesai sarapan, mereka bersiap-siap berangkat menggunakan sepeda motor jadul--- hasil warisan ayah Soleh--- yang diberi nama Jason. Jason adalah jenis motor Honda C-70 yang digunakannya sejak dia duduk di bangku SMA ketika dia masih semangatnya membelah jalanan kota. Namun setahun ini Jason sudah jarang terawat karena perhatian Soleh sudah teralihkan oleh istri Jason, Maria, sebuah sepeda motor matic kekinian yang sekarang sering membantu perjalanannya. Sayangnya hari ini Maria sedang terbaring 3L--- lemah, lesu, lunglai. Tidak tahu masalah apa yang dialami Maria sehingga dia tidak berkutik dalam dua hari ini. Dugaan Sementara tak lain adalah masalah rumah tangga. Dua hari sebelumnya Soleh sudah menyuruh montir untuk memeriksa keadaan Maria, namun hingga detik ini tak kelihatan batang hidungnya. Terpaksa hari ini Jasonlah yang akan menjadi andalannya.
“Dek, udah siap? Ayo kita berangkat!”
“Bentar bang. Aku ke toilet dulu.”
Mendengar jawaban Ratna, Soleh memutuskan untuk memeriksa keadaan Jason terlebih dahulu. Diengkolnya Jason beberapa kali namun tak ada tanggapan darinya. “Apa kau ikut-ikutan Maria, Jason?” celutuk Soleh. Mendengar itu, Jason dalam hatinya seakan berkata:
“Bukan aku yang ikut-ikutan. Hati ini sudah berkarat sejak setahun yang lalu tanpa kau perhatikan wahai majikan durjanaku. Lebih baik ku habiskan waktuku bersama Maria disini daripada menemanimu.”
Entah mengapa isi hati Jason seakan didengar oleh Soleh sehingga dia memutuskan untuk memasukkan kembali Jason kedalam tempat tidurnya. Kemudian Soleh melaporkan hambatan yang terjadi kepada Ratna.
“Dek, motor gak bisa nyala. Kamu pesan ojek online aja, gimana?”
“Serius bang. Kalau itu masalahnya mau dikata apa. Aku pergi sendiri aja dengan ojek online.” Ratna menanggapi lesu bercampur kecewa.
“Maaf ya, aku gak bisa temenin kamu hari ini!”
“Iya, gak apa-apa.”
Beberapa saat menunggu pesanan ojek online, sang pemeran pun menunjukkan batang hidungnya. Ratna berpamitan kepada Soleh yang akan menjaga rumah sendirian. Sekarang rumah terlihat sungguh sepi bak rumah tak berpenghuni. Soleh yang dengan keadaan tak ada siapapun dirinya untuk berbagi, hanya terbaring tak berarti di atas sebuah sofa di ruang tamu. Pagi yang sangat mendukung itu membuat Soleh menenggelamkan dirinya kedalam dunia mimpi yang tidak pernah dilaluinya selama ini.
Tiga jam Soleh tertidur, kemudian dia terhentak seakan ruhnya--- yang sebelumnya masih berangan-angan di dunia mimpi--- dalam sekejap kembali ke tubuhnya. Itu adalah akhir mimpi yang aneh. Di akhir mimpi itu seseorang yang tak pernah dikenal sebelumnya menghentakkan pintu depan rumah sehingga membuat Soleh terbangun. Namun mimpi hanyalah mimpi. Tak ada kaitannya dengan realita, pikir Soleh. Dua jam berikutnya, dari luar rumah terdengar lembut suara motor yang tidak dikenali. Ketika dia keluar untuk memastikan siapa yang singgah di istananya, ternyata itu adalah sang ratu istana itu sendiri.
Melihat istrinya tiba dirumah bukan rasa senang yang dirasakan Soleh, namun perasaan bingung tak jelas. “Apakah itu istriku?” gumamnya. Wanita itu memiliki aura yang sungguh berbeda dari sebelumnya. Dia terlihat sungguh memukau cantik bak bunga yang tumbuh di ujung dunia dimana tak seorangpun pernah menyentuhnya. Aura wanita itu membuat gairah setiap lelaki yang memandangnya tak akan mengalihkan pandangan mereka se-senti pun.
“Assalamualaikum bang!” sapa Ratna kepada Soleh.
“Wa…. Waalaikumsalam!” jawab Soleh dengan rasa gugup bercampur kagum. Tak segan kemudian Soleh langsung menghampiri Ratna dan memeluknya erat. Aku tak ingin kehilangan bunga ini, pikirnya.
“Eh… bang kenapa tiba-tiba?” Tanya Ratna melihat tingkah suaminya yang aneh.
“Oh, gak ada. Aku cuma kangen aja.” Jawab Soleh tak masuk akal.
“Baru aja ditinggal lima jam udah kangen. Nanti aja lepas kangennya di dalam”
“Iya-iya.”
Seharian itu Soleh yang sangat bahagia. Dia terus memandangi istrinya itu setiap waktu. Terkadang dia curi-curi pandang dengan Ratna yang malu-malu kucing. Dia sangat kagum kepada istrinya. Sepertinya rasa kagum itu bukan hanya Soleh yang merasakan, Ratna juga tak kalah gembira. Dia menghabiskan waktu seharian dengan cermin genggam yang dibawanya kemana-mana.
Malam harinya sebelum tidur, Soleh menanyakan pertanyaan yang membuat dia penasaran sedari pulangnya Ratna dari tempat perawatan tubuhnya. Dia merasa tidak bisa memendam pertanyaan ini lagi. Tanpa ragu dia langsung membuka percakapan mereka.
“Dek, kamu cantik sekali hari ini. Hatiku terus berguncang tak tahu arah ingin selalu memelukmu. Apa yang sebenarnya kamu lakukan hari ini?”
“Serius abang berpikiran seperti itu?” Tanya Ratna yang malu-malu.
“Heeh”
“Padahal Adek cuma perawatan rambut sama hair extension sedikit hari ini. Gak ada yang lain.”
“Apa itu hair extension?” Tanya Soleh bingung.
“Itu loh bang, nyambung rambut.”
“Oh yang pakai rambut palsu itu?”
“Iya bang. Tapi ini rambutnya asli rambut manusia. Jadi bahannya gak jauh beda sama rambut adek…” Ditengah tengah penjelasan Ratna ternyata Soleh sudah terlelap terlebih dahulu. Ratna pun ikut menutup tirai matanya.
Satu minggu berjalan semenjak Ratna melakukan perawatan ada hal yang berubah di dalam rumah tangga Soleh. Tak tahu angin apa yang menghembus sehingga membuat Ratna sedikit mengabaikan tugasnya sebagai istri Soleh. Ratna beberapa hari tidak membangunkan Soleh untuk melaksanakan shalat subuh seperti yang biasa mereka lakukan. Padahal ketika Soleh bangun, Ratna sudah lebih dulu beranjak dari tempat tidurnya, namun bukan pekerjaan rumah yang dikerjakan Ratna, melainkan menghabiskan waktunya di depan cermin di dalam kamar mereka. Bahkan beberapa hari Ratna tidak pernah memasak sarapan untuk Soleh. Lupa alasannya. Hal ini membuat Soleh merasa aneh dengan keadaan Ratna.
Suatu hari Soleh bertanya kepada Ratna, apa ada hal yang mengganggu pikirannya. Jawaban Ratna mengindikasikan seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya, dengan santai dia menjawab tidak ada. Ratna pernah cerita bahwa seorang pekerja perempuan dari salon datang ke rumah saat Soleh berangkat kerja. Dia datang untuk memberikan perawatan lebih karena Ratna sudah menjadi pelanggan di tempat itu. Akan tetapi Soleh tidak pernah melihat pekerja itu. Dia datang tak tentu, terkadang pagi, siang atau sore. Soleh juga tak pernah bertanya lebih tentang perempuan itu.
Hari ini Soleh kembali mendapat perlakuan yang tidak biasa oleh Ratna. Karena tidak dibuatkan sarapan, dia hanya mengisi perut paginya dengan seenggok roti manis dan secangkir kopi. Pagi ini Soleh juga kedatangan seorang teman untuk membantu menyelesaikan pekerjaan Soleh yang mengekor, padahal hari ini adalah hari libur. Ryan namanya. Selain teman Soleh dan Ratna, dia juga mantan pacar Ratna dulu. Oleh karena itu Ratna tidak pernah suka Soleh dekat-dekat dengan Ryan.
Setibanya Ryan, dia disambut oleh Soleh dengan wajah lesu. Melihat keadaan itu Ryan semakin semangat untuk menggoda Soleh pagi itu.
“Kenapa kau leh? Lesu aja, kemana istrimu yang cantik itu.” Ryan sudah biasa menggoda Soleh dengan Ratna karena mereka terbilang pasangan yang sangat mudah digoda. Soleh juga sudah biasa dengan candaan Ryan sehingga dia hanya menganggapnya hal biasa. Mendengar suara tamu, Ratna pun bergegas keluar memastikan siapa yang ditemui suaminya.
“Eh, ada bang Ryan kok. Sebentar ya bang!” sapa Ratna dengan ramahnya. Melihat kejadian itu, Soleh yang sebelumnya lesu berubah wajahnya menjadi bingung. Ratna sebelumnya tidak pernah bertingkah baik kepada Ryan, namun hari ini dia bahkan menyapanya dengan ramah dan penuh godaan. Kemudian Ratna keluar dengan secangkir kopi hangat yang disajikan kepada Ryan.
“Ini bang, diminum ya. Jangan ada sisa tu!”
“Wah, jarang sekali kamu sajiin aku kopi Ratna. Kamu juga cantik sekali hari ini, Kenapa kamu Ratna? Apa Soleh membuatmu bahagia hari ini?” Ryan kembali melemparkan godaan kepada pasangan itu. Namun Ratna beranggapan lain, dia berpikir godaan itu hanya untuknya.
“Hehe, biasa aja kok bang. Bang Ryan bisa aja deh.”
“Apa?” pikir Soleh. Soleh yang tidak dibuatkan sarapan bahkan kopi sekalipun, melihat Ryan mendapat perlakuan sebaliknya membuat dirinya naik pitam. Namun amarah itu ditahannya. Soleh kemudian berdiri dan menarik pundak Ryan.
“Yan, yuk ke warung kita sarapan dulu!” nada bicara Soleh menunjukkan bahwa dia sangat kesal.
“Eh, kok buru-buru kali. Ini kopinya belum ku minum.”
“Alah, minum kopi warung aja! Disana lebih enak kopinya.”
“Eh leh kenapa kau…”
“Ah, gak usah banyak tanya. Ayo cepat!” Soleh menarik Ryan dengan kekesalan maksimal.
“Bang Ryan, Bang Soleh, hati-hati ya!” teriak Ratna kepada kedua pria itu.
Di warung, Soleh menyelesaikan sarapannya yang tertunda. Selesai sarapan, hati Soleh sedikit tenang, mungkin tadi dia emosi karena kurang makan. Soleh yang sudah tenang kemudian menceritakan semua apa yang terjadi padanya dan Ratna seminggu ini. Hal ini dilakukannya karena Soleh sudah percaya kepada Ryan, sahabat karibnya semenjak SMA. Ryan yang mendengar cerita Soleh jadi mengerti penyebab sikap Soleh yang aneh tadi. Kemudian mereka memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka di warung untuk menjaga perasaan Soleh yang gundah gulana itu.
Malam harinya Soleh kembali bertanya tentang sikap aneh Ratna seminggu ini. Dia tidak ingin memendam perasaan gundah gulananya.
“Dek, aku merasa kamu tidak biasa seminggu ini. Apa kamu baik-baik saja?”
“Ah, masa bang, adek biasa-biasa aja kok. Gak ada yang aneh.”
Mendengar jawaban itu membuat perasaan Soleh sedikit tenang karena sepertinya tidak ada masalah pada Ratna. Namun perasaan tidak tenang yang lain terus menggerugutinya. Dia selalu berdoa sebelum tidur agar keluarganya dijauhi dari masalah-masalah berarti.
Keesokan harinya Soleh kedatangan seorang tamu. Dia adalah seorang montir yang telah dipanggil Soleh seminggu yang lalu untuk memperbaiki keadaan Jason dan Maria yang terbaring lemah. Soleh meninggalkan sang montir di sebuah garasi untuk melakukan pekerjaannya.
Sekembalinya Soleh untuk memeriksa montir yang ditinggalkannya tadi, dia melihat Ratna dengan akrabnya berbicara dengan montir itu. Ratna adalah tipe wanita yang sedikit tertutup sehingga dia tidak mudah berbicara dengan lelaki yang belum di kenalnya. Melihat kondisi itu membuat hati Soleh bahagia sekaligus bingung. Dia berharap sifat Ratna ini tidak hanya untuk laki-laki, tetapi untuk semua warga desa tempat tinggal mereka. Namun perasaan aneh itu terus menghinggapi hati Soleh. Walaupun pertanyaannya sudah terjawab, pertanyaan lain muncul dari benak Soleh, Apa yang terjadi pada Ratna?
Malam harinya Soleh kembali bertanya mengenai perubahan sikap Ratna selama ini. Dia menduga karena kehadiran pekerja yang datang untuk merawat rambut Ratna membuat Ratna berubah. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentang perempuan itu.
“Dek, kamu sering kedatangan tamu perempuan yang merawat rambutmu, kan? Gimana orangnya? Aku penasaran”
“Oh dia. Orangnya baik, ramah, Dia selalu mendengar curhatan adek, selalu memberi saran tentang cara merawat tubuh adek, dan dia juga yang memberi donor rambutnya ke adek loh! Tapi walaupun gitu dia orangnya tetap cantik loh mas. Adek senang punya teman seperti dia.”
Lagi-lagi kata-kata Ratna menandakan tidak ada yang aneh pada dirinya. Bahkan kata-kata itu meyakinkan Soleh bahwa bukan orang itu yang mempengaruhi Ratna. Namun walaupun jawaban sudah diperoleh, rasa itu terus mengganjal di hati Soleh. Dia sangat ingin tahu apa yang mempengaruhi Ratna selama ini. Setelah bercakap-cakap Soleh dan Ratna pun beranjak tidur.
Pukul 02:00 pagi, soleh terbangun dari tidurnya karena dirinya ingin buang air kecil. Setelah beranjak dari tempat tidur, Soleh langsung menuju kamar mandi sedangkan Ratna masih tertidur pulas di tempatnya. Setelah dari kamar mandi, Soleh menuju dapur untuk melepas dahaganya. Sesampainya di dapur, betapa kagetnya Soleh melihat Ratna yang tengah meneguk air. Melihat itu, Soleh juga ikut mengambil gelas dan meneguk air. Kemudian Soleh mengajak ratna untu kembali ke kamar.
“Dek ayo balik ke kamar!” Soleh merangkul bahu Ratna dan menuju kamar mereka. Saat itu Ratna hanya terdiam tak berkata-kata walaupun Soleh memberikan sedikit candaan. Sesampainya di kasur, Soleh menyadari Ratna terlihat sangat pucat sehingga membuat Soleh berpikir bahwa Ratna sedang tidak enak badan. Setelah masing-masing dari mereka berbaring di kasur, Soleh kembali terlelap di dalam dunia mimpinya.
Paginya ketika waktu Subuh menyapa, Soleh dibangunkan oleh Ratna untuk melaksanakan ibadah. Melihat Ratna yang membangunkannya, Soleh kaget karena beberapa jam sebelumnya Ratna sungguh terlihat kurang sehat. Pagi ini Ratna berubah menjadi ceria dan berseri-seri. Bahkan pagi ini Soleh sungguh mendapat perhatian yang luar biasa dari Ratna. Soleh sangat bahagia, namun rasa aneh dan bingung juga tidak lepas darinya. Namun perasaan itu dibuang jauh-jauh olehnya sehingga hanya perasaan senang meluap-luap lah yang dirasakan Soleh pagi itu.
Setalah keberangkatan Soleh menuju tempat kerja, ditengah jalan dia merasa ada yang kurang. Kemudaian dia memeriksa kembali dokumen-dokumen yang dibawanya. Benar dugaannya, dia meninggalkan salah satu dokumen yang dikerjakannya bersama Ryan tempo hari. Menyadari itu Soleh langsung bergegas kembali kerumahnya menunggangi Maria.
Setiba Soleh dirumah dia memperhatikan kedalam rumahnya. Sepertinya kedatangan seorang tamu kerumahnya pagi itu, pikir Soleh. Setelah melihat lebih teliti dari balik jendela dia menduga bahwa tamu itu adalah perempuan pekerja salon yang melayani Ratna. Ini adalah kesempatan bagus bagi Soleh untuk mengetahui lebih jauh tentang wanita itu. tanpa ragu Soleh langsung memasuki rumahnya.
“Assalamualaikum!” sapa Soleh.
“Waalaikumsalam, eh abang. Kenapa balik bang?”
Soleh yang langsung menerobos kedalam rumahnya itu terkejut bukan kepalang melihat sang tamu perempuan. Mata Soleh terbelalak mengeluarkan pembuluh darahnya, kakinya gemetar bak guncangan gempa sepuluh skala richter, keringat dingin membasahi pergelangan tangan dan wajahnya. Dia tidak bisa mengendalikan lagi tubuhnya, bahkan kakinya tidak sanggup lagi melangkah. Dia hanya berdiri melihat sosok yang belum pernah dilihat semasa hidupnya.
Dia adalah sosok perempuan. Umurnya tak dapat dibaca karena wajahnya yang tak karuan. Kulit wajahnya terkelupas bagaikan daging yang diseret di aspal jalanan. Tubuhnya kurus tinggal kulit dan tulang. Dia hanya mengenakan sehelai kain putih yang compang camping bak karung beras buangan. Apa yang membuat Soleh makin merasa geli adalah, rambutnya yang telah dicabut sehingga meninggalkan kulit kepala yang terkelupas. Jadi selama ini bukanlah sosok pekerja salon yang sering menyambangi dan membantu Ratna. Dia… bukanlah sesosok manusia.
“Rat…Rat…Ratna, Siapa dia?” tanya Soleh gemetar.
“Oh iya bang, Ini perempuan cantik yang adek bilang semalam. Dia adalah teman adek, Mira namanya.”
---Terima kasih---
ngacir
Hari ini Soleh berjanji kepada Ratna untuk menemaninya pergi ke sebuah salon kecantikan. Hampir sebulan sekali Ratna selalu melakukan perawatan tubuhnya di salon kecantikan. Alasannya agar menarik perhatian suami, katanya. Soleh yang mendengar alasan itu, hatinya bergejolak seolah termakan mulut manis Ratna yang sedang berusaha membahagiakannya, sehingga tak ada celah bagi Soleh untuk menolak ajakan Ratna untuk merawat tubuh eloknya.
Pukul 09:00 pagi setelah selesai sarapan, mereka bersiap-siap berangkat menggunakan sepeda motor jadul--- hasil warisan ayah Soleh--- yang diberi nama Jason. Jason adalah jenis motor Honda C-70 yang digunakannya sejak dia duduk di bangku SMA ketika dia masih semangatnya membelah jalanan kota. Namun setahun ini Jason sudah jarang terawat karena perhatian Soleh sudah teralihkan oleh istri Jason, Maria, sebuah sepeda motor matic kekinian yang sekarang sering membantu perjalanannya. Sayangnya hari ini Maria sedang terbaring 3L--- lemah, lesu, lunglai. Tidak tahu masalah apa yang dialami Maria sehingga dia tidak berkutik dalam dua hari ini. Dugaan Sementara tak lain adalah masalah rumah tangga. Dua hari sebelumnya Soleh sudah menyuruh montir untuk memeriksa keadaan Maria, namun hingga detik ini tak kelihatan batang hidungnya. Terpaksa hari ini Jasonlah yang akan menjadi andalannya.
“Dek, udah siap? Ayo kita berangkat!”
“Bentar bang. Aku ke toilet dulu.”
Mendengar jawaban Ratna, Soleh memutuskan untuk memeriksa keadaan Jason terlebih dahulu. Diengkolnya Jason beberapa kali namun tak ada tanggapan darinya. “Apa kau ikut-ikutan Maria, Jason?” celutuk Soleh. Mendengar itu, Jason dalam hatinya seakan berkata:
“Bukan aku yang ikut-ikutan. Hati ini sudah berkarat sejak setahun yang lalu tanpa kau perhatikan wahai majikan durjanaku. Lebih baik ku habiskan waktuku bersama Maria disini daripada menemanimu.”
Entah mengapa isi hati Jason seakan didengar oleh Soleh sehingga dia memutuskan untuk memasukkan kembali Jason kedalam tempat tidurnya. Kemudian Soleh melaporkan hambatan yang terjadi kepada Ratna.
“Dek, motor gak bisa nyala. Kamu pesan ojek online aja, gimana?”
“Serius bang. Kalau itu masalahnya mau dikata apa. Aku pergi sendiri aja dengan ojek online.” Ratna menanggapi lesu bercampur kecewa.
“Maaf ya, aku gak bisa temenin kamu hari ini!”
“Iya, gak apa-apa.”
Beberapa saat menunggu pesanan ojek online, sang pemeran pun menunjukkan batang hidungnya. Ratna berpamitan kepada Soleh yang akan menjaga rumah sendirian. Sekarang rumah terlihat sungguh sepi bak rumah tak berpenghuni. Soleh yang dengan keadaan tak ada siapapun dirinya untuk berbagi, hanya terbaring tak berarti di atas sebuah sofa di ruang tamu. Pagi yang sangat mendukung itu membuat Soleh menenggelamkan dirinya kedalam dunia mimpi yang tidak pernah dilaluinya selama ini.
Tiga jam Soleh tertidur, kemudian dia terhentak seakan ruhnya--- yang sebelumnya masih berangan-angan di dunia mimpi--- dalam sekejap kembali ke tubuhnya. Itu adalah akhir mimpi yang aneh. Di akhir mimpi itu seseorang yang tak pernah dikenal sebelumnya menghentakkan pintu depan rumah sehingga membuat Soleh terbangun. Namun mimpi hanyalah mimpi. Tak ada kaitannya dengan realita, pikir Soleh. Dua jam berikutnya, dari luar rumah terdengar lembut suara motor yang tidak dikenali. Ketika dia keluar untuk memastikan siapa yang singgah di istananya, ternyata itu adalah sang ratu istana itu sendiri.
Melihat istrinya tiba dirumah bukan rasa senang yang dirasakan Soleh, namun perasaan bingung tak jelas. “Apakah itu istriku?” gumamnya. Wanita itu memiliki aura yang sungguh berbeda dari sebelumnya. Dia terlihat sungguh memukau cantik bak bunga yang tumbuh di ujung dunia dimana tak seorangpun pernah menyentuhnya. Aura wanita itu membuat gairah setiap lelaki yang memandangnya tak akan mengalihkan pandangan mereka se-senti pun.
“Assalamualaikum bang!” sapa Ratna kepada Soleh.
“Wa…. Waalaikumsalam!” jawab Soleh dengan rasa gugup bercampur kagum. Tak segan kemudian Soleh langsung menghampiri Ratna dan memeluknya erat. Aku tak ingin kehilangan bunga ini, pikirnya.
“Eh… bang kenapa tiba-tiba?” Tanya Ratna melihat tingkah suaminya yang aneh.
“Oh, gak ada. Aku cuma kangen aja.” Jawab Soleh tak masuk akal.
“Baru aja ditinggal lima jam udah kangen. Nanti aja lepas kangennya di dalam”
“Iya-iya.”
Seharian itu Soleh yang sangat bahagia. Dia terus memandangi istrinya itu setiap waktu. Terkadang dia curi-curi pandang dengan Ratna yang malu-malu kucing. Dia sangat kagum kepada istrinya. Sepertinya rasa kagum itu bukan hanya Soleh yang merasakan, Ratna juga tak kalah gembira. Dia menghabiskan waktu seharian dengan cermin genggam yang dibawanya kemana-mana.
Malam harinya sebelum tidur, Soleh menanyakan pertanyaan yang membuat dia penasaran sedari pulangnya Ratna dari tempat perawatan tubuhnya. Dia merasa tidak bisa memendam pertanyaan ini lagi. Tanpa ragu dia langsung membuka percakapan mereka.
“Dek, kamu cantik sekali hari ini. Hatiku terus berguncang tak tahu arah ingin selalu memelukmu. Apa yang sebenarnya kamu lakukan hari ini?”
“Serius abang berpikiran seperti itu?” Tanya Ratna yang malu-malu.
“Heeh”
“Padahal Adek cuma perawatan rambut sama hair extension sedikit hari ini. Gak ada yang lain.”
“Apa itu hair extension?” Tanya Soleh bingung.
“Itu loh bang, nyambung rambut.”
“Oh yang pakai rambut palsu itu?”
“Iya bang. Tapi ini rambutnya asli rambut manusia. Jadi bahannya gak jauh beda sama rambut adek…” Ditengah tengah penjelasan Ratna ternyata Soleh sudah terlelap terlebih dahulu. Ratna pun ikut menutup tirai matanya.
Satu minggu berjalan semenjak Ratna melakukan perawatan ada hal yang berubah di dalam rumah tangga Soleh. Tak tahu angin apa yang menghembus sehingga membuat Ratna sedikit mengabaikan tugasnya sebagai istri Soleh. Ratna beberapa hari tidak membangunkan Soleh untuk melaksanakan shalat subuh seperti yang biasa mereka lakukan. Padahal ketika Soleh bangun, Ratna sudah lebih dulu beranjak dari tempat tidurnya, namun bukan pekerjaan rumah yang dikerjakan Ratna, melainkan menghabiskan waktunya di depan cermin di dalam kamar mereka. Bahkan beberapa hari Ratna tidak pernah memasak sarapan untuk Soleh. Lupa alasannya. Hal ini membuat Soleh merasa aneh dengan keadaan Ratna.
Suatu hari Soleh bertanya kepada Ratna, apa ada hal yang mengganggu pikirannya. Jawaban Ratna mengindikasikan seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya, dengan santai dia menjawab tidak ada. Ratna pernah cerita bahwa seorang pekerja perempuan dari salon datang ke rumah saat Soleh berangkat kerja. Dia datang untuk memberikan perawatan lebih karena Ratna sudah menjadi pelanggan di tempat itu. Akan tetapi Soleh tidak pernah melihat pekerja itu. Dia datang tak tentu, terkadang pagi, siang atau sore. Soleh juga tak pernah bertanya lebih tentang perempuan itu.
Hari ini Soleh kembali mendapat perlakuan yang tidak biasa oleh Ratna. Karena tidak dibuatkan sarapan, dia hanya mengisi perut paginya dengan seenggok roti manis dan secangkir kopi. Pagi ini Soleh juga kedatangan seorang teman untuk membantu menyelesaikan pekerjaan Soleh yang mengekor, padahal hari ini adalah hari libur. Ryan namanya. Selain teman Soleh dan Ratna, dia juga mantan pacar Ratna dulu. Oleh karena itu Ratna tidak pernah suka Soleh dekat-dekat dengan Ryan.
Setibanya Ryan, dia disambut oleh Soleh dengan wajah lesu. Melihat keadaan itu Ryan semakin semangat untuk menggoda Soleh pagi itu.
“Kenapa kau leh? Lesu aja, kemana istrimu yang cantik itu.” Ryan sudah biasa menggoda Soleh dengan Ratna karena mereka terbilang pasangan yang sangat mudah digoda. Soleh juga sudah biasa dengan candaan Ryan sehingga dia hanya menganggapnya hal biasa. Mendengar suara tamu, Ratna pun bergegas keluar memastikan siapa yang ditemui suaminya.
“Eh, ada bang Ryan kok. Sebentar ya bang!” sapa Ratna dengan ramahnya. Melihat kejadian itu, Soleh yang sebelumnya lesu berubah wajahnya menjadi bingung. Ratna sebelumnya tidak pernah bertingkah baik kepada Ryan, namun hari ini dia bahkan menyapanya dengan ramah dan penuh godaan. Kemudian Ratna keluar dengan secangkir kopi hangat yang disajikan kepada Ryan.
“Ini bang, diminum ya. Jangan ada sisa tu!”
“Wah, jarang sekali kamu sajiin aku kopi Ratna. Kamu juga cantik sekali hari ini, Kenapa kamu Ratna? Apa Soleh membuatmu bahagia hari ini?” Ryan kembali melemparkan godaan kepada pasangan itu. Namun Ratna beranggapan lain, dia berpikir godaan itu hanya untuknya.
“Hehe, biasa aja kok bang. Bang Ryan bisa aja deh.”
“Apa?” pikir Soleh. Soleh yang tidak dibuatkan sarapan bahkan kopi sekalipun, melihat Ryan mendapat perlakuan sebaliknya membuat dirinya naik pitam. Namun amarah itu ditahannya. Soleh kemudian berdiri dan menarik pundak Ryan.
“Yan, yuk ke warung kita sarapan dulu!” nada bicara Soleh menunjukkan bahwa dia sangat kesal.
“Eh, kok buru-buru kali. Ini kopinya belum ku minum.”
“Alah, minum kopi warung aja! Disana lebih enak kopinya.”
“Eh leh kenapa kau…”
“Ah, gak usah banyak tanya. Ayo cepat!” Soleh menarik Ryan dengan kekesalan maksimal.
“Bang Ryan, Bang Soleh, hati-hati ya!” teriak Ratna kepada kedua pria itu.
Di warung, Soleh menyelesaikan sarapannya yang tertunda. Selesai sarapan, hati Soleh sedikit tenang, mungkin tadi dia emosi karena kurang makan. Soleh yang sudah tenang kemudian menceritakan semua apa yang terjadi padanya dan Ratna seminggu ini. Hal ini dilakukannya karena Soleh sudah percaya kepada Ryan, sahabat karibnya semenjak SMA. Ryan yang mendengar cerita Soleh jadi mengerti penyebab sikap Soleh yang aneh tadi. Kemudian mereka memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka di warung untuk menjaga perasaan Soleh yang gundah gulana itu.
Malam harinya Soleh kembali bertanya tentang sikap aneh Ratna seminggu ini. Dia tidak ingin memendam perasaan gundah gulananya.
“Dek, aku merasa kamu tidak biasa seminggu ini. Apa kamu baik-baik saja?”
“Ah, masa bang, adek biasa-biasa aja kok. Gak ada yang aneh.”
Mendengar jawaban itu membuat perasaan Soleh sedikit tenang karena sepertinya tidak ada masalah pada Ratna. Namun perasaan tidak tenang yang lain terus menggerugutinya. Dia selalu berdoa sebelum tidur agar keluarganya dijauhi dari masalah-masalah berarti.
Keesokan harinya Soleh kedatangan seorang tamu. Dia adalah seorang montir yang telah dipanggil Soleh seminggu yang lalu untuk memperbaiki keadaan Jason dan Maria yang terbaring lemah. Soleh meninggalkan sang montir di sebuah garasi untuk melakukan pekerjaannya.
Sekembalinya Soleh untuk memeriksa montir yang ditinggalkannya tadi, dia melihat Ratna dengan akrabnya berbicara dengan montir itu. Ratna adalah tipe wanita yang sedikit tertutup sehingga dia tidak mudah berbicara dengan lelaki yang belum di kenalnya. Melihat kondisi itu membuat hati Soleh bahagia sekaligus bingung. Dia berharap sifat Ratna ini tidak hanya untuk laki-laki, tetapi untuk semua warga desa tempat tinggal mereka. Namun perasaan aneh itu terus menghinggapi hati Soleh. Walaupun pertanyaannya sudah terjawab, pertanyaan lain muncul dari benak Soleh, Apa yang terjadi pada Ratna?
Malam harinya Soleh kembali bertanya mengenai perubahan sikap Ratna selama ini. Dia menduga karena kehadiran pekerja yang datang untuk merawat rambut Ratna membuat Ratna berubah. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentang perempuan itu.
“Dek, kamu sering kedatangan tamu perempuan yang merawat rambutmu, kan? Gimana orangnya? Aku penasaran”
“Oh dia. Orangnya baik, ramah, Dia selalu mendengar curhatan adek, selalu memberi saran tentang cara merawat tubuh adek, dan dia juga yang memberi donor rambutnya ke adek loh! Tapi walaupun gitu dia orangnya tetap cantik loh mas. Adek senang punya teman seperti dia.”
Lagi-lagi kata-kata Ratna menandakan tidak ada yang aneh pada dirinya. Bahkan kata-kata itu meyakinkan Soleh bahwa bukan orang itu yang mempengaruhi Ratna. Namun walaupun jawaban sudah diperoleh, rasa itu terus mengganjal di hati Soleh. Dia sangat ingin tahu apa yang mempengaruhi Ratna selama ini. Setelah bercakap-cakap Soleh dan Ratna pun beranjak tidur.
Pukul 02:00 pagi, soleh terbangun dari tidurnya karena dirinya ingin buang air kecil. Setelah beranjak dari tempat tidur, Soleh langsung menuju kamar mandi sedangkan Ratna masih tertidur pulas di tempatnya. Setelah dari kamar mandi, Soleh menuju dapur untuk melepas dahaganya. Sesampainya di dapur, betapa kagetnya Soleh melihat Ratna yang tengah meneguk air. Melihat itu, Soleh juga ikut mengambil gelas dan meneguk air. Kemudian Soleh mengajak ratna untu kembali ke kamar.
“Dek ayo balik ke kamar!” Soleh merangkul bahu Ratna dan menuju kamar mereka. Saat itu Ratna hanya terdiam tak berkata-kata walaupun Soleh memberikan sedikit candaan. Sesampainya di kasur, Soleh menyadari Ratna terlihat sangat pucat sehingga membuat Soleh berpikir bahwa Ratna sedang tidak enak badan. Setelah masing-masing dari mereka berbaring di kasur, Soleh kembali terlelap di dalam dunia mimpinya.
Paginya ketika waktu Subuh menyapa, Soleh dibangunkan oleh Ratna untuk melaksanakan ibadah. Melihat Ratna yang membangunkannya, Soleh kaget karena beberapa jam sebelumnya Ratna sungguh terlihat kurang sehat. Pagi ini Ratna berubah menjadi ceria dan berseri-seri. Bahkan pagi ini Soleh sungguh mendapat perhatian yang luar biasa dari Ratna. Soleh sangat bahagia, namun rasa aneh dan bingung juga tidak lepas darinya. Namun perasaan itu dibuang jauh-jauh olehnya sehingga hanya perasaan senang meluap-luap lah yang dirasakan Soleh pagi itu.
Setalah keberangkatan Soleh menuju tempat kerja, ditengah jalan dia merasa ada yang kurang. Kemudaian dia memeriksa kembali dokumen-dokumen yang dibawanya. Benar dugaannya, dia meninggalkan salah satu dokumen yang dikerjakannya bersama Ryan tempo hari. Menyadari itu Soleh langsung bergegas kembali kerumahnya menunggangi Maria.
Setiba Soleh dirumah dia memperhatikan kedalam rumahnya. Sepertinya kedatangan seorang tamu kerumahnya pagi itu, pikir Soleh. Setelah melihat lebih teliti dari balik jendela dia menduga bahwa tamu itu adalah perempuan pekerja salon yang melayani Ratna. Ini adalah kesempatan bagus bagi Soleh untuk mengetahui lebih jauh tentang wanita itu. tanpa ragu Soleh langsung memasuki rumahnya.
“Assalamualaikum!” sapa Soleh.
“Waalaikumsalam, eh abang. Kenapa balik bang?”
Soleh yang langsung menerobos kedalam rumahnya itu terkejut bukan kepalang melihat sang tamu perempuan. Mata Soleh terbelalak mengeluarkan pembuluh darahnya, kakinya gemetar bak guncangan gempa sepuluh skala richter, keringat dingin membasahi pergelangan tangan dan wajahnya. Dia tidak bisa mengendalikan lagi tubuhnya, bahkan kakinya tidak sanggup lagi melangkah. Dia hanya berdiri melihat sosok yang belum pernah dilihat semasa hidupnya.
Dia adalah sosok perempuan. Umurnya tak dapat dibaca karena wajahnya yang tak karuan. Kulit wajahnya terkelupas bagaikan daging yang diseret di aspal jalanan. Tubuhnya kurus tinggal kulit dan tulang. Dia hanya mengenakan sehelai kain putih yang compang camping bak karung beras buangan. Apa yang membuat Soleh makin merasa geli adalah, rambutnya yang telah dicabut sehingga meninggalkan kulit kepala yang terkelupas. Jadi selama ini bukanlah sosok pekerja salon yang sering menyambangi dan membantu Ratna. Dia… bukanlah sesosok manusia.
“Rat…Rat…Ratna, Siapa dia?” tanya Soleh gemetar.
“Oh iya bang, Ini perempuan cantik yang adek bilang semalam. Dia adalah teman adek, Mira namanya.”
---Terima kasih---




anasabila memberi reputasi
3
806
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan