sukhoivsf22Avatar border
TS
sukhoivsf22
Empat Tahun Pemerintahan Jokowi, Masyarakat Yakin Kondisi Ekonomi Semakin Baik
Empat Tahun
Pemerintahan
Jokowi, Masyarakat
Yakin Kondisi
Ekonomi Semakin
Baik

Jumat, 30 November 2018
10:14 WIB

TRIBUN/SETPRES/AGUS
SUPARTO
Presiden Joko Widodo
memberikan sambutan usai
meresmikan Tol Solo-Ngawi
segmen Sragen-Ngawi di Rest
Area KM 538, Sragen, Jawa
Tengah, Rabu (28/11/2018).
Presiden meresmikan tol
sepanjang 51 kilometer yang
merupakan tahap ketiga dari
pengoperasian jalan tol Solo-
Ngawi. TRIBUNNEWS/
SETPRES/AGUS SUPARTO

TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA - Hasil Survei
Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) Denny JA yang dirilis
beberapa waktu lalu berhasil
mengungkap bahwa 70,3
persen menilai ekonomi dalam
keadaan baik-baik saja.

Optimisme tersebut
cenderung menguat dibanding
survei serupa yang pada bulan
Agustus. Saat itu, situasi
ekonomi dalam keadaan baik
sebanyak 62,5 persen.

Direktur Eksekutif Tali
Foundation dan Praktisi
Ekonomi Digital, Jusman Dalle
menyatakan, bahwa
perekonomian Indonesia
relatif punya daya tahan yang
ampuh meredam berbagai
gejolak yang terjadi bila
dibanding negara lain di lingkup
Asia Tenggara atau bahkan
Asia.

Dia mencontohkan, pergerakan
nilai tukar Rupiah direspons
cepat oleh otoritas moneter
dan pemerintah.

"Mata uang Garuda kembali
perkasa beranjak
meninggalkan nilai psikologis
Rp15.000/USD. Situasi
ekonomi yang terkendali
seperti ini yang menguatkan
optimisme terhadap ekonomi
Indonesia," ujar Jusman dalam
keterangannya, Jumat
(30/11/2018).

Menurut Jusman optimisme
rakyat dan pemerintah
merupakan kekuatan untuk
mengarungi tahun politik.
Pasalnya, agenda politik lima
tahunan tersebut menjadi
pijakan untuk melanjutkan
pembangunan ekonomi
dengan kompleksitas problem
yang menumpuk.

"Persoalan ekonomi yang
bukan semata soal menaikkan
gaji pegawai, memotong pajak
kendaraan atau menyediakan
sembako dengan harga
terjangkau," ucapnya.

Jusman menuturkan bahwa
kompleksitas masalah
ekonomi yang dihadapi saat ini
jauh lebih dalam.

Mulai dari gap pembangunan
antar wilayah, ketimpangan
pendapatan, konektivitas,
infrastruktur hingga
pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya
manusia.

Berbagai persoalan tersebut ,
kata dia tengah berupaya
diurai satu persatu dan
ditemukan pangkal masalah
dan solusinya.

Sebagai negara yang
menyandang predikat pasar
berkembang, kata Jusman
Indonesia sangat
membutuhkan pembangunan
infrastruktur untuk membuka
potensi pertumbuhan
ekonomi.

Infrastruktur merupakan aspek
vital untuk mengakselerasi
orkestra pembangunan,
menebarkan pemerataan dan
menjalin konektivitas antar
wilayah.

"Intinya infrastruktur menjadi
fondasi untuk scale up
ekonomi Indonesia ke level
negara maju," tandasnya.

Optimisme semakin besar,
kata dia ketika melihat upaya
pemerintah memacu gerak laju
pembangunan infrastruktur
empat tahun terakhir.

Sebab, Infrastruktur menjadi
program andalan pemerintah
untuk memecahkan simpul-
simpul problem ekonomi
seperti masalah konektivitas
hingga logistik.

Hasilnya, kata dia, Bank Dunia
mencatat Logistic
Performance Index (LPI)
Indonesia merangsek ke posisi
46 secara global. Padahal,
tahun 2010 LPI Indonesia masih
berada di posisi 79. Dalam
rentang waktu delapan tahun,
Indonesia naik 29 peringkat.

"Pencapaian tersebut selaras
dengan peningkatan anggaran
infrastuktur dari Rp 86 triliun
pada tahun fiskal 2010,
menjadi Rp 410,4 triliun pada
APBN 2018," sebut dia.

Namun demikian, dia berharap
agar agenda politik lima
tahunan jangan sampai
memadamkan api optimisme
bangsa.

"Sebaliknya, dinamika sengit
memperebutkan dukungan
rakyat, harus jadi ajang
konsolidasi energi anak negeri
agar Indonesia melompat lebih
tinggi," pungkasnya.

Editor: Hasanudin Aco

http://m.tribunnews.com/bisnis/2018/...i-semakin-baik
0
1.5K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan