- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
"Belum Kerja Kalau Belum Jadi Karyawan" Opini di Sekitar Kita.


TS
knoxville6
"Belum Kerja Kalau Belum Jadi Karyawan" Opini di Sekitar Kita.

Quote:
Halo agan-agan Kaskuser yang budiman kembali lagi dengan ane Knoxville6akhirnya berjumpa kembali dengan trit terbaru ane setelah sempat vakum karena lagi nyari vacum cleaner (maap garing ya). Kali ini ane mau membahas suatu opini yang sudah dari dulu ada di sekitar masyarakat kita, ya seperti pada judul trit ini " Belum Kerja Kalau Belum Jadi Karyawan". Topik yang mainstream apalagi kalau agan sekarang adalah seorang freelancer, entrepeurner ataupun baru menjadi fresh graduate. Nah Langsung saja kita kupas dengan tajam setajam piso roti

Spoiler for Ulasan 1:
"Freelancer itu apa sih? Udah jadi karyawan aja"

Diremehkan. Ya begitulah kenyataannya disini, apalagi kalau agan baru lulus sma / kuliah tapi langsung banting setir sebagai freelance. Ditambah dengan budaya gosip indonesia yang bisa ane katakan sangat toxic tentunya bisa membunuh mental agan-agan. Kita ambil contoh :
Quote:
" Fulan merupakan seorang lulusan S1 Teknik Sipil dari Univ. Bojong Kenyot. Dia terinspirasi dari senior2nya yang memilih "berdiri sendiri" daripada menjadi karyawan di perusahaan properti seperti yang diharapkan orang tuanya. Akan tetapi Fulan mempunyai passion di bidang desain grafis dan juga aktif sebagai "seniman" dulu di kampusnya. Fulan kemudian mencoba membangun reputasi onlen dengan mencoba ikut situs sayembara desain 666designs.com . Orang tua Fulan sebenarnya tidak ingin mengekang anaknya tetapi setiap arisan pasti selalu diungkit oleh tetangganya si Mpok Hindun yang bilang ke ibu Fulan: "Eh anakmu kok masi di rumah aja belom kerja? susah ya cari kerja? emang berapa sih IPK anakmu?" dan itu selalu berulang-ulang ke minggu berikutnya. Hingga akhirnya dipaksalah si Fulan untuk mencoba melamar kerja oleh ortunya. Karena tidak enak dengan orang tuanya, Fulan akhirnya mencoba melamar kerja dan akhirnya ada yang tembus. Ya, Fulan akhirnya menjadi karyawan. Tapi apa itu sesuai passionnya? apakah ia akan betah? bisakah dia melanjutkan cita-citanya di bidang seni? Yah kalau sudah begini hanya Tuhan yang tau."
Itu adalah salah satu ilustrasi bagaimana lingkungan bakal berpengaruh ke pola pikir kita. Mindset kebanyakan orang yang berfikir kalau menjadi karyawan dengan penghasilan tetap adalah sebuah "zona nyaman hidup"menurut ane salah besar. Passion orang berbeda, ada orang yang bisa bekerja dengan pressure yang tinggi, tapi ada juga orang yang butuh waktu lama untuk ide tapi hasilnya sangat memuaskan. Apalagi kalau agan bergelut di industri kreatif pasti akan merasakan perbedaan antara kerja "Di setir boss besar dengan deadline yang serba mepet" dengan kerja "berdasarkan ide sendiri tapi cukup untuk convince si klien" yang pastinya kita pasti bakal "disetir" kalau jadi karyawan dan terkadang "the boss takes all the credits" hal yang bisa kita hindari kalau kita bekerja freelance

Spoiler for Ulasan 2:
"Nanti aja lu jadi pengusahanya, jadi karyawan dulu buat ngumpulin modal."

Kata-kata diatas adalah jurus andalan para orang tua dalam menghadapi anak-anaknya yang mau nekat menjadi pengusaha atau membangun start-up. Biasanya diucapkan oleh orang tua yang dulunya juga bekerja sebagai karyawan seumur hidupnya. Menurut ane bakal ada 2 output dari fenomena ini:
1. Perkataan itu bakal membunuh passion entrepreneur si anak,
2. Si anak merasa orang tuanya tidak mendukung keinginannya sehingga menjauh dari keluarga.
Memang orang tua tidak sepenuhnya salah kalau menolak membantu sang anak untuk menjadi pengusaha, tapi setidaknya bisa untuk memberikan sang anak satu kesempatan untuk pembuktian dirinya. Memang benar kalau jadi pengusaha pasti butuh modal, tapi bukan berarti menjadi karyawan adalah satu-satunya cara untuk mengumpulkan modal kan? Justru dengan kepercayaan orang tua untuk "meminjamkan" modal kepada sang anak dapat memacunya untuk memberikan pembuktian sebagai balas budi kepercayaan pada si anak.
Dan satu hal lagi, intinya adalah niat dan kesungguhan. Seperti kata Jack Ma kalau kita memulai dengan kecil pastinya bisa lebih fokus untuk mengembangkannya menuju besar

Spoiler for Ulasan 3:
Penghasilan Tetap = Zona Nyaman

Salah satu alasan kenapa kita harus menjadi karyawan adalah penghasilan yang sudah pasti per bulannya. Tapi apakah agan pernah berfikir kalau begitu berarti kita benar-benar "menggantung" hidup kita di perusahaan tersebut? Bagaimana bila tiba-tiba perusahaan tersebut terkena skandal atau bangkrut? Jawabannya, kalau agan masih muda hal tersebut mungkin tidak akan terlalu mengganggu toh masih bisa apply lagi, masih ada abang atau orang tua untuk numpang hidup beberapa bulan. Tapi bayangkan bila agan sudah terlalu nyaman sebagai karyawan dan usia agan sudah 35 ke atas tentunya akan sulit apalagi kalau sudah berkeluarga. tiba-tiba dapur keluarga agan berhenti ngebul, sedangkan istri ngomel2 karna gak ada duit, anak agan kelaparan butuh susu, sedangkan sulit menemukan lowongan untuk umur tua kecuali pendidikan atau jabatan agan dulu tinggi. Ya mungkin ini merupakan skenario terburuk kalau kita terlalu "nyaman" hidup sebagai karyawan.
Tidak ada salahnya kan untuk menyiapkan "Plan B" sebelum semuanya telat

Spoiler for Ulasan 4:
Kehidupan Keluarga Karyawan, Kurangnya Quality Time Keluarga

Menjadi karyawan bukanlah hal yang buruk bila agan bisa memanage kehidupan sosial dan keluarga agan tentunya. Apalagi jika pasangan hidup agan juga kerja sebagai karyawan sebaiknya harus ada satu yang mengalah ketika sang buah hati lahir kelak. Anak salah pergaulan salah satunya diakibatkan kurangnya pengawasan orang tua, dan kalau ane lihat banyak dari anak salah gaul itu dari keluarga berada tetapi tidak bisa menikmati quality time keluarga karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Orang tuanya berfikir dengan memberikan uang jajan yang banyak dan menyerahkan urusan dapur ke pembantu bisa menyelesaikan semuanya. Dimana pada akhirnya justru bakal memberikan prilaku konsumtif ke anak yang berujung hedon dan si anak bakal lebih dekat dengan pembantu daripada ibu atau ayahnya.
Quote:
Yak seigini saja pemikiran random dari ane yang selalu muncul di kepala ane minta untuk dilampiaskan 
Ane bukannya berkata kalau jadi karyawan itu gak enak atau jelek atau tidak baik dll. Tapi trit ini berupa kritik dari ane terhadap opini publik yang berkata "Belum Kerja Kalau Belum Jadi Karyawan" juga kritik terhadap para orang tua yang terlalu "menyetir" anaknya dengan membangun mindset kalau menjadi karyawan barulah itu kerja yang sesungguhnya.
Tentunya kalau gak ada karyawan ekonomi negara ini gak akan jalan kan
dari trit ini juga ane menghimbau untuk jangan terlalu nyaman dengan penghasilan sebagai karyawan. Coba di waktu luang agan luangkan sedikit dari gaji agan untuk modal berbisnis karena tentu tidak ada yang tau sampai kapan agan berada di "zona nyaman" itu sebelum terdepak nantinya. 
Sekian trit dari ane yang memang rada berbobot walau berasa ga berbobot ini. Bye

Ane bukannya berkata kalau jadi karyawan itu gak enak atau jelek atau tidak baik dll. Tapi trit ini berupa kritik dari ane terhadap opini publik yang berkata "Belum Kerja Kalau Belum Jadi Karyawan" juga kritik terhadap para orang tua yang terlalu "menyetir" anaknya dengan membangun mindset kalau menjadi karyawan barulah itu kerja yang sesungguhnya.
Tentunya kalau gak ada karyawan ekonomi negara ini gak akan jalan kan


Sekian trit dari ane yang memang rada berbobot walau berasa ga berbobot ini. Bye

Spoiler for bukan trit ane kalo gak ada bonus segernya:

sumur dari pendapat dan pengalaman pribadi ane
gambar diambil dari mbah gugel
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 130 suara
Kalau bisa milih agan lebih pengen jadi apa?
Karyawan Abadi
12%
Pengusaha yang Jatuh Bangun tapi Berakhir Sukses
58%
Kerja Freelance Sesuai Passion
29%
Diubah oleh knoxville6 08-09-2018 00:36






nunu403 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
15.4K
Kutip
134
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan