Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA
Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA
Prajurit TNI AL menunjukan serpihan yang diduga dari pesawat Lion Air JT610 saat pencariaan menggunankan KRI Kobra di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018).
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap fakta terbaru penerbangan Lion Air JT610 yang bernasib nahas di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, akhir bulan lalu.

Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI, Menteri Perhubungan, Badan SAR Nasional (Basarnas), tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri, dan BMKG, Kamis (22/11/2018), KNKT menemukan bahwa parameter mesin pada pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP itu tidak mengalami kerusakan.

Menganalisis data yang termuat dalam Flight Data Recorder (FDR) pada kotak hitam, parameter mesin bagian kanan dan kiri milik Lion Air PK-LQP dalam kondisi baik, sebab hampir seluruhnya menunjukkan angka yang konsisten.

Adapun anomali pesawat justru terjadi akibat perbedaan indikator ketinggian yang ditunjukkan pada masing-masing sisi pilot dan kopilot. Pada pilot, sensor AOA menunjukkan posisi 20 derajat lebih tinggi, sementara pada kopilot sensor itu di posisi normal.

Fakta itu memperkuat spekulasi kerusakan indikator kecepatan penerbangan (airspeed indicator) yang terjadi akibat perbedaan data pada sensor angle of attack (AOA).

Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, dalam CNN Indonesia, menyampaikan perbedaan penunjuk kecepatan antara pilot dan kopilot bahkan sudah terbaca sejak awal pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, 29 Oktober 2018 pagi.

Bukan hanya perbedaan kecepatan, saat menjelang terbang pesawat juga mengalami stick shaker atau kemudi bergetar. Stick shaker merupakan perangkat mekanik secara cepat dan bergetar control yoke (tongkat) dari pesawat untuk memberi peringatan kepada pilot bahwa pesawat sedang mengalami stall (kehilangan daya angkat).

Dalam kondisi ini, pilot masih berhasil menerbangkan pesawat meski sempat naik turun pada kisaran ketinggian 5.000 kaki. Saat kondisi pesawat berada di atas ketinggian 5.000 kaki, Automatic Trim Down atau Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) secara otomatis menggerakkan hidung pesawat untuk turun.

Respons MCAS ini terjadi karena pesawat “menduga” pesawat akan kehilangan daya angkat lantaran adanya perbedaan pada AOA. Pilot kemudian melawannya dengan melakukan trim up ketika pesawat trim down.

Nurcahyo menyebut, dari penelusuran FDR diketahui Automatic Trim pesawat bertambah namun trim yang dibuat pilot semakin pendek. “Akhirnya jumlah trimnya mengecil, jumlah beban di kemudi makin berat dan pesawat turun,” sambung Nurcahyo.
Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA
Kepala Basarnas M. Syaugi (kiri) bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (tengah), Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono (kedua kanan), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kedua kiri), dan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana Banguningsih (kanan) menyampaikan paparannya pada rapat kerja dengan Komisi V DPR di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Perbedaan AOA ini juga sudah terbaca dalam penerbangan sebelumnya, Denpasar-Cengkareng. Menurut Nurcahyo, pilot Lion Air PK-LQP Denpasar-Jakarta berhasil mengatasi masalah “dugaan” stall itu.

Namun, dirinya tidak memerinci apa yang dilakukan pilot tersebut sehingga bisa menghindari potensi kecelakaan. Berdasarkan data yang dikumpulkan, paling tidak ada empat kesalahan kegagalan sistem yang terjadi dalam satu waktu dan pilot harus melakukan empat prosedur.

“Pilot melakukan prosedur yang pertama, yaitu memastikan stabilizer trim sehingga MCAS tidak lagi bergerak. Jadi ada sesuatu yang dilakukan pilotnya untuk menghentikan MCAS,” kata Nurcahyo dalam detikcom.

Prosedur yang dilakukan pilot Denpasar-Cengkareng ini yang diduga menjadi latar penerbitan buletin yang berisi panduan penerbangan ketika sensor AOA bermasalah oleh Boeing Company.

KNKT, ditegaskan Nurcahyo, bakal mengungkap analisis kotak hitam selengkapnya pada rilis penyelidikan awal yang rencananya digelar 28 November 2018.
Nasib pemesanan Lion Air
Analisis KNKT ini semakin menyudutkan posisi Boeing Company, perusahaan pembuat pesawat tipe 737 Max 8 yang digunakan dalam penerbangan Cengkareng-Pangkalpinang tersebut.

Boeing dituding lalai dalam menginformasikan MCAS dan anomali pada sensor AOA sejak awal pesawat dipasarkan.

Kondisi ini menyulitkan posisi Lion Air. Maskapai berlambang singa itu diketahui sudah memesan 218 pesawat Boeing 737 Max 8 sejak tahun lalu.

Lion Air belum membuat keputusan apakah pihaknya akan membatalkan atau meneruskan pesanan. Direktur Pelaksana Lion Air Group Kapten Daniel Putut Kuncoro mengatakan, keputusan itu akan diambil setelah hasil investigasi dari KNKT diumumkan.

“Kami juga akan berangkat ke Seattle, kantor Boeing, untuk mendiskusikan masalah ini dengan manajemen di sana. Kita akan review lagi,” tutur Daniel dalam kesempatan yang sama di DPR RI.

Boeing memang telah mengirimkan timnya untuk ikut dalam investigasi kecelakaan. Boeing juga sudah dua kali menerbitkan buletin panduan untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul pada penerbangan.

Namun, Boeing masih enggan mengungkap spekulasi terkait anomali pada peringatan sensor AOA. Boeing bahkan membatalkan agenda tanya jawab jarak jauh (conference call) dengan klien dan otoritas penerbangan terkait kabar terbaru kecelakaan.
Hari terakhir identifikasi DVI
Hari ini, Jumat (23/11/2018), adalah batas akhir tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri melakukan identifikasi jasad korban Lion Air JT610 di Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Dari 189 penumpang yang tercatat pada manifes penerbangan, DVI berhasil mengidentifikasikan 125 korban. Sejak operasi identifikasi dilaksanakan, 29 Oktober 2018, DVI telah menerima 195 kantung jenazah yang berisi total 666 bagian tubuh.

Kapusdokkes Polri Bridgjen Arthur Tampi menuturkan, 125 korban yang berhasil teridentifikasi terdiri dari 89 laki-laki dan 36 perempuan. Sebanyak 123 di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI), satu berkewarganegaraan Italia, dan satu lainnya dari India.

Kebanyakan jasad korban yang berhasil diidentifikasi ternyata penumpang yang duduk di bagian belakang.

“Yang belum bisa kita identifikasi itu yang ada di tempat duduk 1A, 1B, 1C serta 2D, 2E, 2F, serta yang paling depan untuk kokpit. Tetapi setelah bangku kedua sampai ke belakang, nyaris teridentifikasi semua,” tutur Arthur dalam Liputan6.com.

Mengutip CNN Indonesia, setelah identifikasi dihentikan, DVI akan menyerahkan data korban kepada pihak Lion Air untuk ditindaklanjuti.

“Dan dengan mengucapkan puji syukur, seluruh tahapan operasi DVI terhadap kecelakaan pesawat Lion Air resmi saya nyatakan berakhir,” tukasnya.
Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ali-sensor-aoa

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA Sumber daya genetik di perairan Indonesia rentan dicuri

- Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA Air laut pasang hingga Bundaran HI

- Analisis KNKT perkuat dugaan anomali sensor AOA Penerbitan surat utang negara dirasa sudah cukup

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
236
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan