Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BowoSanAvatar border
TS
BowoSan
Satire politik, Meme Penghias Pemilu di Indonesia
Satire politik, Meme Penghias Pemilu di Indonesia
Satire politik, Meme Penghias Pemilu di Indonesia
Satire politik, Meme Penghias Pemilu di Indonesia


Satire politik, perlukah untuk demokrasi Indonesia?

Sebelumnya tulisan ini, bukan sebagai ajang kampanye politik untuk paslon tertentu, tulisan ini sifatnya independen penulis, menilai dari sudut pandang penulis, disarankan bagi pembaca wajib memahami “Point Estimate”dari tulisan ini.

:merdeka:merdeka:merdeka


Sebuah negara demokrasi wajib menetapkan policy executing, terutama ketika janji politik untuk rakyat dan tentu pemilihnya ketika jabatan eksekutif maupun legislative dapat dicapai oleh masing-masing paslon. Apa yang terjadi jika realitas politik hanya mempertontonkan Low Politics, yang mengakibatkan Low Trust Societydan begitu itu terjadi, respon rakyat akan mengkritisi. Tak menampik satire politik akan muncul dikalangan masyrakat, tidak itu saja ketika pun akan mendekati pemilu satire politik menghiasi setiap perdebatan di media sosial.

Satire digunakan sebagai cara untuk mengkritik kecendrungannya memperolok dan menyindir seorang tokoh politik, biasanya selipan humor memiliki porsi tersendiri. Ketika mendekati pilpres atau pemilu yang menjadi isu bukanlah konstalasi politik, melainkan kontestasi pesan politik. Apakah setiap pesan politik dapat dimaknai sebuah sindiran ke lawan politik, atau membangun optimisme program dari masing-masing paslon yang ditawarkan?

Apa yang terjadi hingga hari ini, kita menghindari sebuah bentuk politik yang disebut Het doel heiling de middelen, tujuan politik ini dimaknai sebagai sebuah cara menghalalkan segalanya, tetapi tensi politik menjadikan orang cendrung memfitnah, mengadu-domba, untunglah persetruan politik di Indonesia tidak mengarah seperti paham Machiavelli, kita ketahui penganut paham politik ini akan mengorbankan rakyat  kecil.


Perang Pesan & Satire Politik

Quote:


Kultur negara ini mengalami percepatan perubahan dalam berkomunikasi, cara efektif menggunakan medsos untuk menyampaikan pesan politik atau bahkan satire. Bentuk satire ada berbagai macam, mengamati satire seperti cartoon mice jika berbicara politik dan kehidupan orang Indonesia, meme yang biasa kita temui di berbagai media sosial. Sebuah satire membutuhkan prolog, kita paham meme satire  memerlukan historis atas konteks berhubungan dengan politik Indonesia. Contohnya dibawah ini:

Quote:
Contoh meme satire


Seperti ilustrasi meme diatas memiliki pesan satire, bagaimana tidak di masa kampanye ini Prabowo dan mantan istrinya titik Soeharto berseliweran beritanya di berbagai media, kemudian ada pesan dari pers “rujuk kembali”. Faktanya kedekatan ini menjadi intens ketika mendekati pemilu tiba, tentunya asumsi netizen adalah sebuah pencitraan, sebagai sesuatu yang didesain untuk popularitas politik, sehingga keluarlah meme satire yang bernada tajam.

Quote:
Meme satire membuktikan ucapan Sandiaga Uno


Tidak jauh berbeda dengan prabowo, kritik Sandiaga Uno, terhadap kondisi ekonomi mikro Indonesia menjadi bahan sindirannya, bersama ketum partai PAN, melakukan kampanye masuk ke pasar tradisional, komentar tempe setebal kartu ATM, uang 100 ribu cuma dapat cabai dan bawang. Ketika pesan itu sampai ke public memunculkan berbagai respon, aliansi emak-emak yang sebelumnya digerakan Ratna memiliki suara bulat untuk Sandi, tentunya karena ganteng. Emak-emak pun sama dengan pesan politik sandi. Pada akhirnya Jokowi melakukan belusukan, dan membuktikan Folk Plan yang ingin dibangun Sandi, dan aliansi Emak-emak, sehingga pemirsa “netizen” yang menilai, apakah uang 100 ribu hanya dapat cabai dan bawang, atau tempe setipis kartu ATM?

Quote:
Pesan politik temepe setebal kartu ATM


Isu lain tentang Ratna Sarumpaet, adalah kebohongan public yang di set bersama, ketika menjadi konsumsi public dan pihak “Projo” disudutkan sebagai pelaku, Polisi menemukan bukti bahwa Sarumpaet, melakukan kebohongan menyeret satu gerbong paslon nomer 2, imbasnya adalah menjadi olok-olok public, dan sayangnya mindset tanpa kordinasi antar parpol pendukung tidak dikordinasikan dengan baik, yang muncul adalah Prabowo meminta maaf, Hidayat Nur wahid menuduh Ratna agen yang sengaja disusupkan. Bagi netizen mereka akan membuat satire politik untuk respon kejadian ini. Imbasnya juga menjalar ke sekmen lain, nuansanya di perfileman Indonesia menjadi isu panas ketika film tentang ahok vs film buatan hanum “Anak Muhamad Amin Rais”. Lagi-lagi tensi politik menjalar ke tensi perfileman Indonesia.

Quote:
Meme Sarumpaet menyalahkan setan


Ilustrasi lain, Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudoyono (SBY) tak luput perhatiannya dari netizen, tentunya apa yang terjadi dinamika kualisi partai Demokrat dengan tim pemenangan PAS (Prabowo-Sandi), ketika partainya disangkakan tidak mendukung 100 persen, tentunya kekawatiran ini diakibatkan lobi politik yang tidak sesuai dengan janji politik kualisi “PAS”. Hingga kritik dari kader “kita sebut mbalelo” dari Demokrat menyerang Prabowo. Kenapa SBY juga dijadikan meme satire? Tentunya posisi SBY dan partai demokrat kurang mensosialisikan “PAS” dan juga memberikan kebebasan bagi kadernya mendukung paslon “Join” hingga isu politik dua kaki menjadi isu hangat dibahas diberbagai channel media.

Quote:


Quote:
Meme Demokrat koalisi kardua


Tak luput dari itu, satire politik juga dirasakan kubu “Join”. Isu sempat hangat munculnya pemilihan diksi “sontoloyo” dan “gandaruwo”. Maksud dari ini menjadi menjalar kemana-mana, bahkan dirasa kurang tepat pimilihan diksi bagi seorang presiden, gorengan politik menjadi sebuah psychological warfare masing-masing tim pemenangan.

Quote:
Contoh meme satire “Join”


Apa yang diucapkan Jokowi menjadi permasalahan bagi kubu sebelah, atas tuduhan Jokowi yang mendeskriditkan partai dan kader tertentu, faktanya Jokowi hanya memberikan nasehat bukan menuduh-nuduh, sekan kita dipertontonkan bahwa reaksi politik kubu lawan merasa terzolimi atau mungkin merasa yang dituduhkan ke partai lawan, dengan begitu tegangya tensi ini, bumbu-bumbu ini membawa perjalanan lebih jauh.

Quote:
Contoh meme satire “Maruf Amin”


Interest politik kita sebelumnya juga tertuju kepada penunjukan Maruf Amin, seorang ulama NU dan mantan Ketua MUI ketika itu harus mundur sebagai formalitas maju cawapres, menjadi unik ketika sosok kiyai sepuh ternyata masih bernafsu berpolitik. Usia yang tak muda lagi menjadi pergunjingan lawan politik pak Kiyai, saya rasa politik memang tak mengenal kharom, akhirnya bentuk satire meme pun terjadi. Media sosial seakan membully kyai maruf, toh dengan klarifikasi, tetapi meme tetaplah meme, cultural satire yang diciptakan seakan menyindir prilaku Kyai maruf di gambarkan cipika-cipiki. Reaksi reasional seorang kyai pastinya marah, seakan tidak percaya hanya karena perbedaan politik, satire politik berhasil dari lawannya.


Etika yang harus dipahami

Saya rasa tak aneh, ketika perbedaan politik menjadi persoalan etik yang belum bisa diluruskan dan diperbaiki. Etika politik bukan hanya membangun Plain Folk, tetapi menciptakan nuansa politik lebih sejuk, bermartabat, dan menggambarkan kedewasaan demokrasi. Ketika politik hanya dipahami sebagai Low Politics, lobi apa dapat apa, lobi kepentingan, berarti demokrasi hanya akan dinikmati golongan elit saja. Sehingga butuh partisipasi masyarakat dengan kesadaran dan kedewasaan berdemokrasi.

Harusnya etika berpolitik diutamakan, ketika sistem demokrasi menjunjung nilai Pancasila, yang diutamakan adalah sebuah kerendahan hati dari politikus, bukan seperti cowboy, sehingga yang muncul hanya berbegai respon atas konflik yang sengaja dibuat.


Kesimpulan

Menjawab pertanyaan yang disebutkan diatas, perlukah politik satire? Bagi masyarakat demokrasi sangat perlu, tentunya yang wajib menjadikan perhatian ketika nuansa/ungkapan dari konten satire tidak menyalahi aturan hukum undang undang kita, UU ITE memproses segala bentuk ekspresi/pendapat yang kebablasan, hal ini menjadi pembenaran bagi pemegang kekuasaan, sehingga menjadi tabu ketika ditanyakan kembali kekuasaan berada ditangan rakyat, tetapi salah artikan atau mungkin berubah fungsi hukumnya. Ini seperti kita tersesat diterangnya dunia, ketika sebuah respon kebebasan reformasi 98, masih menyajikan persoalan.

Pendapat dan kritik bagian dari kebebasan berbicara, tetapi jika kebebasan ini melanggar nilai moral dan etika, bahkan melanggar hukum, konsekuensi hukumlah yang akan anda uji. Sehingga perlunya sebuah kritik satire, bentuk meme atau kritik lainnya, asalkan kita mematuhi rambu rambu yang ada. Jika ingin hidup tenang, ada sebuah kutipan Noam Chomsky yang paling terend:

Kebebasan pikiran menjadi aneh ketika pikiran kita di kontrol, oleh kontrol pikiran. Kita bebas berimajinasi, tetapi konsekuensi hukum terjadi, ketika bertindak.

Mari kita mengupayakan untuk mengontrol pikiran kita agar selamat dari sangkaan kepentingan politik.


Quote:


Quote:


Quote:


Satire politik, Meme Penghias Pemilu di Indonesia

Satire politik, Meme Penghias Pemilu di Indonesia
Diubah oleh BowoSan 23-11-2018 17:08
1
8.6K
17
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan