BANDUNG - Masyarakat diminta lebih cerdas menyikapi isu politik yang dibungkus agama. Pasalnya, agenda yang dibuat kelompok tertentu dengan bungkus agama, bisa saja disusupi maksud politik tertentu.

Hal itu dikatakan Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi menanggapi rencana Jambore Nasional 212 yang isinya berupa pelatihan relawan Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi).

Muradi mengemukakan, Aksi Bela Tauhid yang digelar beberapa waktu lalu dinilai tidak berdampak besar. Pasalnya, semua orang tahu aksi yang dimaksud bukan sebatas bela tauhid, melainkan ada pertarungan politik antara eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan pemerintah.

"Persoalan Jambore Nasional 212 juga akan sama karena mereka sudah punya agenda politik tertentu. Maka kemudian, tidak akan punya basis luar biasa. Karena sudah segmented. Segmentasinya sudah terbatas. Orang-orangnya itu-itu aja. Gak akan sebanyak seperti 2 tahun lalu," kata Muradi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Minggu (18/11/2018).

Pada akhirnya, ujar Muradi, publik harus lebih cerdas melihat agenda tersebut, bukan sebatas soal isu agama tertentu, tapi mengarahkan dukungan kepada salah satu calon peserta Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Hal itu menurut dia, tidak cukup baik untuk masyarakat. Seharusnya, masyarakat diarahkan kepada proses dinamis. Dalam posisi hari ini, Muradi menegaskan, agenda yang digalakkan PA 212 tidak bisa memberikan efek luar biasa.

"Karena segmentasinya sudah sangat jelas. Dia tidak membela agama, tapi lebih kepada kepentingan politik mereka. Itu dibaca publik secara luas," ujar dia.

Sebelumnya, beredar kabar di media sosial terkait rencana Jambore Nasional 212 setelah surat permohonan izin ke Kapolri berupa pelatihan relawan pemenangan Prabowo-Sandi. Agenda tersebut akan dilaksanakan di Bumi Perkemahan Cibubur pada 30 November sampai 1 Desember 2018 mendatang.

Sumur

Anda mengharap alumni 212 cerdas? Ngimpiiiiiii............